Provinsi Bali telah lama dikenal sebagai salah satu basis kuat PDI Perjuangan (PDIP) dalam kontestasi politik nasional dan daerah. Dalam setiap pemilu legislatif (pileg) dan pemilu presiden (pilpres), PDIP kerap tampil dominan di provinsi ini, membangun citra sebagai partai yang tak tergoyahkan. Namun, hasil Pilpres 2024 menunjukkan adanya penurunan suara yang signifikan bagi PDIP di Bali, memunculkan pertanyaan: Apakah dominasi PDIP di Bali masih kokoh? Pilkada Bali tahun 2024 menjadi ujian penting untuk menjawab pertanyaan ini.
PDIP telah menjadi partai utama di Bali sejak era reformasi. Sejak Pemilu 1999, partai ini meraih dukungan luas berkat basis ideologis yang kuat, figur Megawati Soekarnoputri sebagai simbol partai, dan relevansi PDIP terhadap kultur dan nilai-nilai masyarakat Bali. Faktor historis seperti kedekatan ideologi partai dengan semangat perjuangan rakyat kecil juga memperkuat posisi PDIP di provinsi ini.
Pada Pilpres 2014 PDIP memenangkan suara sebanyak 71,42% dan pada pilpres 2019 PDIP memenangkan suara sebanyak 91,68% saat itu Joko Widodo yang diusung PDIP menang telak di Bali, meneguhkan citra PDIP sebagai representasi politik masyarakat Bali (Databoks, 2019). Demikian pula, dalam Pileg 2014 memenangkan 40,9% dan Pileg 2019 memenangkan 54,36% dari seluruh suara sah di dapil Bali.
Namun, pemilihan umum tahun 2024 menandai babak baru dalam perjalanan politik PDIP di Bali. Untuk pertama kalinya, PDIP menghadapi tantangan berat dari partai-partai lain, terutama di tengah polarisasi yang terjadi secara nasional. Penurunan suara PDIP di Bali pada pilpres 2024 dimana hasil pilpres 2024 di Bali: paslon (Prabowo-Gibran) berhasil memenangkan 54,26 persen suara di Bali; diurutan kedua paslon (Ganjar-Mahfud MD) dengan persentase 42,4%; dan paslon (Anies-Imin) dengan persentase 3,7% (Bali Post, 2024).
Meskipun hal ini ditepis, bahwa faktanya pada pileg 2024 PDIP masih mendominasi di Bali dengan persentase 55,56%. Penurunan suara PDIP di Bali meskipun tidak secara drastis, memicu spekulasi bahwa dominasi PDIP mulai goyah.
Pilkada 2024 menjadi momentum penting untuk mengukur kembali kekuatan PDIP di Bali. Terdapat dua paslon yang bertanding dalam pilkada tahun 2024 di Bali yaitu : paslon 01 (Mulia-PAS) yang diusung oleh PAN, PSI, PKN, Demokrat, NasDem, PKS, Golkar, dan Gerindra; dan paslon 02 (Koster-Giri) diusung oleh PDIP, Perindo, Hanura, Partai Gelora, Partai Buruh, dan PBB. Hasil quick-count pilkada Bali 2024 menunjukkan paslon yang diusung PDIP sebagai pemenangnya.
Dikutip dari live quick TribunSumsel.com pada pukul 20.30 WITA dengan jumlah suara masuk 80%, paslon 01 Mulia-PAS memperoleh 38,38% dan paslon 02 Koster-Giri memperoleh sebanyak 61,62%. Hasil quick-count pilkada Bali 2024 menunjukkan PDIP masih mampu mempertahankan dominasinya dengan kemenangan pasangan Koster-Giri.
Dalam pemahaman kaitannya dengan perspektif teori politik, mengutip teori hegemoni Antonio Gramsci (2003) mengenai bagaimana sebuah partai politik atau kelompok tertentu dapat mendominasi melalui kombinasi dari kekuasaan koersif (melalui institusi formal) dan persetujuan sukarela (melalui ideologi, budaya, dan nilai).
Dominasi politik PDIP di Bali yang telah berlangsung selama beberapa dekade mencerminkan keberhasilan partai ini dalam membangun hegemoni ideologis yang kuat. PDIP mampu memadukan nilai-nilai nasionalis dan kerakyatan dengan tradisi lokal Bali yang menjunjung tinggi budaya adat. Pasangan Koster-Giri memiliki pengalaman dalam menjalankan pemerintahan sebelumnya di tingkat provinsi dan kabupaten. Koster sebagai petahana dengan pengalamannya sebagai Gubernur Bali periode 2018-2023 dan Giri dengan pengalamannya sebagai Bupati Badung selama 2 periode dapat saling melengkapi.
Stabilitas politik dan kelancaran implementasi kebijakan dapat berjalan lancar. Dukungan partai yang solid juga berarti bahwa mereka memiliki akses ke sumber daya dan jaringan yang diperlukan untuk menjalankan pemerintahan dengan baik. Mengingat legislatif yang masih di dominasi oleh PDIP. Di sisi lain, PDIP juga berhasil membangun institusionalisasi yang dominan di Bali, memiliki struktur organisasi yang solid di tingkat lokal, memastikan kehadiran dan pengaruhnya hingga ke akar rumput
Penulis adalah mahasiswa Magister Ilmu Politik, UGM.