Oleh Wayan Sunarta
Patung-patung kayu yang dipamerkan itu seperti segerombolan mahkluk aneh yang bangkit dari masa jutaan tahun lampau. Mahkluk-mahkluk bawah laut yang merayap ke permukaan pantai.
Wujudnya beraneka ragam, ada yang menyerupai kerang, mahkluk bertentakel, sulur-sulur akar pohon bawah laut, jalinan akar yang berkelindan, bongkahan jamur, kerak pohon. Patung-patung itu sangat imajinatif. Namun dari berbagai wujud patung itu samar-samar orang masih bisa menemui padanannya di alam nyata.
Misalnya, patung berjudul Tentacle (2003), yang bisa langsung ditebak sebagai bagian dari tentakel gurita. Patung yang menyerupai kerang bisa dilihat pada Coco (2000), Spike (2001), Spike (2002), Erosion (2000), Multiplicity (2001). Yang mirip akar tumbuhan laut bisa dicermati pada patung berjudul Reef (2002). Kalau mau melihat patung berwujud bongkahan atau kerak jamur maka nikmatilah Moonscape (2003) yang oleh pematungnya diimajinasikan sebagai kerak-kerak daratan di bulan. Atau bisa dilihat pada Blossom (2001) dan Duality (2003).
Patung-patung itu merupakan karya Carola Vooges. Dipamerkan di Griya Santrian Gallery, Sanur, Bali, sejak 16 Januari – 16 Februari 2009. Pameran yang bertajuk “Sculpture” ini dikuratori oleh Thomas U. Freitag.
Keindahan wujud-wujud patung itu memunculkan berbagai ragam tafsir yang mampir ke dalam benak ketika menyimaknya. Judul karya pada akhirnya hanya menjadi sebuah tafsir di antara sekian banyak tafsir, atau malah bisa mematikan keanekaragaman tafsir.
Misalnya, patung berjudul Mountain (2003), tidak benar-benar menyerupai gundukan gunung, melainkan lebih mirip kerangka ikan paus atau penis yang terpilin-pilin. Atau patung Planet (2002) tidak menyerupai planet yang dibayangkan banyak orang. Atau patung Stars (2008) tidak kelihatan seperti bintang, namun lebih mirip cukli, sejenis kerang yang pada malam hari bercahaya di permukaan laut.
Namun pameran ini cukup mampu memukau pengunjung. Patung-patung yang ditampilkan sangat unik dan mampu memainkan imajinasi pengunjung. Bentuk-bentuk patungnya seperti percampuran antara alam dongeng dan alam nyata.
“Carola tidak tertarik pada bentuk absolut. Yang ada pada karyanya selalu relasi dari perkawinan antara bentuk murni dan alam kehidupan,” kata Thomas U. Freitag menjelaskan karya-karya Carola Vooges.
Sementara itu, Srijoni, humas Griya Santrian Gallery mengatakan bahwa patung-patung Carola kebanyakan lebih mengarah ke suatu yang abstraksi. Hal itu mampu mengundang berbagai ragam tafsir penikmatnya. “Patung-patung Carola sangat imajinatif,” ujar Srijoni.
Carola lahir di Haarlem, Netherlands, pada tahun 1956. Selain patung, dia juga menekuni seni lukis, drawing, fotografi, desain, kriya, dan performance art. Sejak tahun 1975 telah mengenyam berbagai pameran bersama dan tunggal di berbagai tempat, seperti Amsterdam, San Fransisko, Paris, Thailand, Burma, Malaysia, Jakarta, Bandung, Yogya, Bali. [b]
Deket rumah, main kesana nggak ya? 🙂