Sebanyak 109 seka teruna teruni (STT) Bali berkumpul.
Selama satu hari penuh, STT yang tergabung dalam Paguyuban STT Bali Tolak Reklamasi Teluk Benoa mengadakan paruman di Sanur, Denpasar. Mereka menolak reklamasi dan kriminalisasi aktivis tolak reklamasi.
Paruman atau rapat tersebut digelar di Lapangan Bulu Tangkis Indoor, Banjar Adat Buruan, Jalan Danau Batur, Sanur pada Minggu (4/12) melibatkan sebanyak 109 STT. Acara paruman STT dibuka dengan pekikan tolak reklamasi Teluk Benoa oleh Jero Bendesa Sanur dan diikuti oleh seluruh peserta paruman STT.
Paruman bertujuanuntuk menentukan kepengurusan Paguyuban STT Bali Tolak Reklamasi Teluk Benoa di wilayah Kota Denpasar.
I Wayan Gede Sugiartha Selaku Ketua Panitia paruman menyatakan STT yang diundang dalam acara paruman ini merupakan STT yang tegas menolak rencana reklamasi Teluk Benoa. “Mereka tegas menolak dengan mendirikan baliho, surat pernyataan sikap dan atau berita acara hasil rapat STT yang menyatakan menolak rencana reklamasi Teluk Benoa,” kata Sugiartha.
A.A Ngurah Anom Sanjaya, Koordinator Paguyuban STT Bali Tolak reklamsi Teluk Benoa menyampaikan paruman juga untuk mempermudah koordinasi. Anom menambahkan paruman tersebut perlu diadakan mengingat investor terus memaksakan kehendaknya untuk memuluskan rencana reklamasi Teluk Benoa.
“Investor bersama penguasa terus berupaya memuluskan rencana reklamasi Teluk Benoa dan dalam waktu yang sama juga melakukan kriminalisasi untuk mengendurkan semangat kita para pemuda yang secara tegas menolak rencana reklamasi Teluk Benoa,” tambahnya.
“Karena itu kami juga mengecam upaya kriminalisasi terhadap aktivis ForBALI termasuk upaya pemaksaan reklamasi Teluk Benoa,” tegasnya.
Anom menjelaskan sampai saat ini pun upaya pembungkaman terus dilakukan. Dia mencontohkan perobekan baliho kembali terjadi dan menimpa Desa Adat Kedonganan pada 3 Desember 2016. Merespon kejadian tersebut, ia mengajak peserta paruman agar terus melakukan aksi penolakan rencana reklamasi Teluk Benoa.
“Jangan pernah takut dengan intimidasi karena apa yang kita lakukan ini kita yakini benar. Tidak ada lagi ruang negosiasi kepada penguasa dan investor yang terus ingin memperkosa Teluk Benoa dengan cara mengurugnya,” ucapnya.
Ida Bagus Paramartha, Bendesa Pakraman Sanur menyampaikan apresiasinya atas diadakannya acara paruman tersebut. Dalam sambutannya, Bendesa Pakraman Sanur juga menyampaikan dukungan untuk terus memperjuangkan dan membela tanah kelahiran.
“Dalam proses perjuangan yang penting sebenarnya adalah membela tanah kelahiran kita yang diobok-obok oleh orang lain tanpa seizin kita,” ujarnya.
Paramartha juga menjelaskan tujuan perjuangan saat ini tegas untuk menolak rencana reklamasi Teluk Benoa, meminta pembatalan Perpres Nomor 51 tahun 2014 dan menuntut dikembalikannya status konservasi Teluk Benoa untuk tetap menjaga kawasan suci.
“Saya ucapkan selamat berjuang untuk adik-adik semua dan mari terus tuntut pemerintah untuk membatalakan Perpres Nomor 51 tahun 2014 dan menuntut dikembalikan status konservasi Teluk Benoa,” ujarnya.
Di dalam paruman yang berlangsung selama satu hari tersebut, Paruman menghasilkan keputusan penting dengan terpilihnya Koordinator Paguyuban STT Bali Tolak Reklamasi Teluk Benoa Wilayah Kota Denpasar. [b]