Oleh Luh De Suriyani
Sebuah baliho besar berukuran sekitar 3×2 meter berdiri di kawasan Banjar Pengubengan Kauh, Kerobokan, Kuta Utara mulai akhir Januari lalu. Baliho dengan warna latar hijau ini mencuri perhatian karena menampilkan partai asing di luar kontestan Pemilu 2009 di Indonesia.
Partai Daur Ulang. Bersih dan Sehat adalah hak dan kewajiban setiap orang. Mari bersama saya, menjaga kebersihan dan kesehatan warga Pengubengan Kauh dengan cara mendaur ulang sampah. Seorang pria bebaju safari mengepalkan tangan kanannya, seperti calon legislatif. Dialah Wayan Budiasa alias Alex, anak muda penggerak Partai Daur Ulang ini.
“Baliho itu untuk menarik perhatian. Sampah adalah masalah besar bagi Bali. Belum ada pola penanganan sampah yang baik sampai kini,” ujar Alex, warga Banjar Pengubengan Kauh, Senin.
Partai Daur Ulang (PDU), adalah nama resmi yang disepakati warga banjar untuk pengelolaan sampah secara swadaya di daerah ini. Mulai awal Januari ini, sebanyak 125 kepala keluarga di daerah ini harus menyediakan tempat sampah terpidah bagi organik dan anorganik.
“Warga juga diminta memilah sampahnya sendiri. Barang-barang yang bisa didaur ulang akan diolah menjadi pupuk dan kertas daur ulang,” ujar I Nengah Suwirya, Kepala Lingkungan Banjar Pengubengan Kauh.
Pengelolaan sampah ini kemudian dihandel oleh dua anak muda warga setempat, Alex dan Made Sueca.
“PDU ini bukan lucu-lucuan. Kami ingin menegaskan sampah harus ditangani profesional oleh warga,” ujar Alex.
Dua minggu sekali, Alex menganggkut sampah di rumah-rumah warga untuk dikumpulkan dan dipilah kembali. Residu sampah yang tak bisa diolah baru dibuang ke tempat pembuangan akhir Suwung.
Program PDU ini masih uji coba dan tahap analisa untuk menghitung volume sampah masing-masing warga. Besaran volume ini untuk menetapkan biaya retribusi masing-masing warga. Awal Februari nanti diperkirakan telah berjalan optimal.
PDU menjadi badan usaha milik banjar yang disuvervisi Yayasan Wisnu, LSM bidang lingkungan yang berlokasi di Pengubengan Kauh. “Ini implementasi dari UU No 18 tahun 2008 soal pengelolaan sampah. Banjar bisa mandiri dan menghasilkan keuntungan dari pengelolaan sampah sendiri,” kata Made Puriati, aktivis Yayasan Wisnu.
Menurut riset Yayasan Wisnu yang mengadvokasi sistem pengelolaan sampah swadaya di Bali, setiap hari sedikitnya 800 m3 sampah yang dihasilkan warga di Denpasar dan Badung, belum termasuk industri. “Ini setara dengan tumpukkan sampah seluas 8 are dengan ketinggian satu meter,” ujar Puriati.
Tak heran, banyak tempat pembuangan sampah ilegal di sejumlah tempat di Denpasar dan Badung karena tak dikelola. Kini, pemerintah Bali mulai mengoperasikan sistem pengelolaan residu sampah menjadi listrik di TPA Suwung. Namun, program ini hanya memindahkan tanggung jawab masalah sampah pada pemerintah saja. [b]
Versi bahasa Inggris tulisan ini dimuat di http://www.thejakartapost.com/news/2009/01/22/recycle-party-wins-neighborhood039s-votes.html
Mendukung sepenuhnya kegiatan “partai” ini, semoga menular ke desa-desa sekitarnya, kalau bisa ke luar propinsi! Rasanya anggota partai begini inilah yang mestinya direkrut dan dibangun di negeri kita, bukan anggota partai yang lahir dan sibuk hanya karena ada pemilu caleg dan pilpres 2009 mendatang. Salam kenal untuk Pak Aleks dan hangat untuk pak Suarnatha di Wismu. Sukses!
Rahajeng.
waldi – jakarta
Maju terus Partai Daur Ulang, hehehhehehhe. Kesehatan modal utama. Apalagi bali merupakan destinasi wisata besar bagi Indonesia.
Saya mo merintis kreatifitas daur ulang khususnya baliho. U/menjahit baliho pa da mesin khusus. Tipe apa ya mesinnya