Begitu runut I Ketut Ardana menceritakan perjalanannya saat memulai di dunia pariwisata. Berawal sebagai dagang acung ke Thailand dengan membawa brosur penawaran wisata ke Bali. Saat itu ia berbekal koper, tetapi setengah kopernya berisi brosur. Berkeliling Thailand naik tuk-tuk (moda transportasi khas Bangkok) menawarkan brosur perjalanan wisata ke Bali.
“Mereka sulit berbahasa Inggris, saya minta tujuan ditulis dalam bahasa Thai. Demikian bertahun-tahun sampai 30 kali,” tutur Ketut Ardana, mantan Ketua Association of The Indonesian Tours and Travel Agencies (ASITA) Bali. Ia membagi pengalaman jadi guide kemudian pengusaha travel agent di Upgrading Program Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Bali dari divisi Domestik pada 2 Oktober 2023 di Putra Barong, sebuah gedung pertunjukkan tari Barong di Celuk, Sukawati.
Perjalanan itu ia ulangi sampai setahun 3 kali. Hingga ia hapal lokasinya. Perjalanannya akhirnya membuahkan hasil. Tamu terbanyak yang berkunjung ke Bali yang dihandel agensinya yakni dari Thailand, Vietnam, India, terutama ASEAN.
“Meski perkembangannya cepat, tapi tidak mudah karena persaingan. Dalam sebulan ada 8-10 grup, sehingga saat itu kekurangan guide berbahasa Inggris,” jelasnya.
Banyak suka duka sebagai pemandu perjalanan pariwisata. Pengalamannya saat awal menjemput tamu ke airport yang penuh keringat. Ia teringat ketika itu membawa papan nama dari Garuda. “Mengantar turis dari Ngurah Rai ke Ubud dengan bahasa Inggris putus-putus tapi turis tidak menunjukkan kekesalannya. Ketika mereka bicara juga banyak tidak dipahami,” ceritanya.
Belum lagi ketika membawa grup cruise. Busnya mati di Bangli. Sedangkan agenda perjalanan masih harus makan siang dan ke Pura Batur.
“Saya minta mereka jalan-jalan di sekitar desa. Sembari berusaha mencari kendaraan pengganti. Akhirnya dapat mobil pribadi 5 unit. Kemudian saya jelaskan kondisinya dan mereka bisa terima tanpa AC,” kenang Ardana.
Sesampainya di Pura Batur ada bus pengganti menuju ke restoran. Lalu baru datang bus pengganti. Tak hanya pengalaman menantang. Namun, ia juga berbagi bagaimana baju safari yang biasa ia pakai memandu penuh dengan tip.
Begitu kenang Ardana bercerita tentang Pembekalan Budaya Bali dalam Ranah Pramuwisata ketika Upgrading Divisi Domestik HPI Bali yang dihadiri lebih dari 100 orang pemandu muda dan tua.
Selain sharing session, juga ada pembekalan teknis mengenai etika komunikasi online karena saat ini semua kegiatan didominasi dalam jaringan (online). Selain berkomunikasi dengan klien, juga promosi dan keakraban dijalin di dunia media sosial. Beberapa sesi diskusi dipandu Wayan Wilyana.
Inisiatif Memandu Tamu Domestik
Banyaknya tamu-tamu dari Jakarta yang datang ke Bali ketika tahun 1978, menjadi peluang para pemandu wisata di Bali. Sayangnya saat itu lebih banyak tersedia pemandu wisata untuk tamu asing.
Sebagai salah satu tokoh pariwisata zaman itu, Ida Pandita Mpu Jaya Yoga Darmika (Wayan Satra Arnaya, nama ketika masih walaka) melihat peluang bagus. Di satu sisi, Mpu Jaya melihat kondisi perekonomian masyarakat Bali saat itu juga rendah. Kemirisan situasi perekonomian itu akhirnya disiasati dengan mengajak para pedagang dan kosir dokar di Bali untuk belajar memandu turis domestik ini.
Sekaligus untuk perbaikan ekonomi, Mpu Jaya Yoga selanjutnya memberikan peningkatan sumber daya manusia melalui pelatihan-pelatihan memandu turis. Peluang pekerjaan baru ini disambut baik oleh banyak orang. Begitu juga meningkatkan kuota keanggotaan yang ikut untuk memandu turis domestik.
Banyaknya jumlah anggota ini kemudian muncul organisasi pariwisata yang melakukan penertiban dengan legalitas keanggotaan. Organisasi pariwisata yang paling awal terbentuk di Bali yaitu Bali Guide Association (BGA). Setelah mengadakan musyawarah nasional terjadi perubahan nama menjadi Himpunan Duta Wisata Indonesia.
“Lalu berganti lagi, sekarang namanya Himpunan Pramuwisata Indonesia. Setelah terbentuk keorganisasian, keanggotaan harus berlisensi, KTTP (kartu tanda pengenal pramuwisata),” jelas Made Wijana, kepala divisi domestik, HPI Bali.
Para pramuwisata domestik dulu memiliki sistem kelompok yang diberi nama bebanjaran (kelompok). Dikelompokkan sesuai tujuan wisata. Hanya saja kelompok ini tidak memiliki kekuatan hukum. Hanya saja setelah masuk dalam keanggotaan di HPI, menjadi divisi domestik.
Hingga perkembangannya saat ini, para pelaku pariwisata terlebih pemandunya terdata dalam wadah organisasi resmi. Para pemandu didata secara legalitas dengan mewajibkan setiap pemandu memiliki Kartu Tanda Pengenal Pramuwisata (KTPP).
“Untuk mengakses KTPP sebagai pemandu domestik akan dites kemampuan berbahasa Indonesianya yang baik dan benar,” jelas Made Wijana.
Semua proses legalitas itu akan lebih mudah didapatkan dengan bergabung di organisasi pariwisata. Salah satunya Himpunan Pramuwisata Indonesia.
Kenapa kelompok pramuwisata ini berkembang pesat? Sebab Bali memiliki peluang bagus dalam kedatangan tamu domestik. Bali memang kecil, tapi wilayah-wilayah di luar Bali beragam. Daya tarik kebudayaan dan seni mengundang masyarakat luar Bali berbondong-bondong menghabiskan waktu luangnya ke Bali.
Made Wijana juga berkisah masa-masa ketika pandemi juga. Ia masih ingat persis saat masa-masa pemulihan pandemi dan beberapa negara masih lockdown. Wisatawan-wisatawan domestik inilah yang kembali menghidupi pariwisata di Bali.
Perubahan situasi pasca pandemi juga menyumbang jejak adaptasi baru untuk dunia pariwisata di Bali. Jika sebelumnya kedatangan tamu domestik bisa dipetakan dalam liburan sekolah (Bulan Juni-Juli). Saat ini, turis domestik tidak hanya datang dari kalangan anak sekolah. Turis domestik semakin berkembang. Masyarakat umum seperti para pedagang dan tukang juga turut liburan ke Bali.
“Sekarang setiap saat bisa jadi waktu liburan,” tambah Wijana. Keragaman turis domestik ini juga menguji daya kreatif pemandu wisata. Salah satu strategi yang dikembangkan para pramuwisata yaitu memberikan pilihan wisata pada kategori objek tertentu.
Jika untuk anak sekolahan, biasanya ditawarkan wisata edukasi. Sedangkan untuk masyarakat umum saat ini banyak yang tertarik perjalanan tur religius. Misalnya mempelajari sejarah. Sesekali menyelipkan cerita-cerita legenda lokal yang berkembang di Bali.
Senada dengan Made Wijana, dalam upgrading Ketut Ardana juga berbagi tips dalam memandu turis domestik. Untuk menonjolkan cerita lokal, para pramuwisata bisa menyiapkan diri dengan sering membaca buku cerita lucu, menguasai dan mengupdate lelucon yang berkembang di masyarakat.
Pengetahuan paling dasar menjadi pemandu domestik adalah menguasai cerita-cerita budaya Bali. Cerita tentang kepercayaan masyarakat Bali dan memberikan logika pada sebuah budaya yang dilakukan di Bali.
“Pemandu itu adalah duta sebuah daerah,” cetus Ardana berbagi dari atas panggung.
Hal yang perlu ditaklukkan menghandle turis domestik, pemandu dituntut untuk lebih komunikatif. Memiliki kemampuan menjawab pertanyaan tak terduga dari tamu. Hingga memposisikan tamu sebagai teman.
“Pemandu itu bisa menjadi local contact tamu selama liburan di sebuah daerah. Sesederhana informasi dimana rumah sakit, ia akan bertanya ke pemandu,” kisahnya.
Sebagai duta wilayah yang harus bisa berbagi tentang segala informasi yang baik. Beberapa pedoman yang setidaknya perlu diingat sebagai pramuwisata:
- kemampuan beradaptasi dengan mempelajari budaya turis yang akan dihandle,
- berbicara taktis untuk menjawab pertanyaan yang memojokkan, berlatihlah menyiapkan jawaban yang diplomatis,
- penguasaan bahasa, penyampaian tidak perlu cepat dan terburu-buru. Sampaikan dengan jelas,
- eye contact, bertatapan dengan turissaat di bus. Tatapan tidak hanya pada satu orang aja. Tatapan mata bisa dijatuhkan pada penumpang yang duduk di bangku kedua dari belakang,
- penekanan suara, tidak bernada tinggi, gunakan suara yang mengenakkan, intonasi yang tepat, pelafalan yang jelas,
- gesture, misalnya ketika menunjukkan destinasi, tunjukkan dengan gerakan badan yang antusias,
- cara menjelaskan informasi, gunakan unsur 5W + 1H. Sehingga informasi lengkap,
- cara menghadapi komplain, hadapi dengan tenang, dengarkan penjelasan tamu. Kemudian petakan apa yang dipersoalkan.
“Bisa jadi yang dikomplain karena ketidaknyamanan, sampaikan komplain ke perusahaan yang diajak kerjasama. Biasanya kalau tamu tidak suka pemandunya, dia tidak akan bilang langsung, tapi tamu akan lapor ke perusahaan atau pimpinan,” Ardana berbagi.
Meski bergerak di dunia hiburan, menjadi pramuwisata di Bali juga perlu memperhatikan hal-hal tersebut. Melalui organisasi Himpunan Pramuwisata Indonesia Bali, akan mendekatkan para pemandu mendapatkan informasi seputar kepemanduan.