Oleh Ni Made Juli Adelia
Penemuan wabah pneumonia baru pada akhir 2019 telah mengejutkan dunia.
Bermula dari Wuhan, Provinsi Hubei, Cina wabah ini menyebar sangat cepat ke berbagai negara dan teritori. Wabah ini bernama coronavirus disease 2019 (COVID-19) yang disebabkan oleh Serve Acute Respiratory Syndrome Coronavirus-2 (SARS-CoV-2). Penyebaran dari penyakit ini telah memberikan dampak luar biasa terhadap tatanan kehidupan dunia mulai dari bidang sosial, ekonomi dan yang terpenting kesehatan.
Salah satu masalah dari segi kesehatan akibat pandemi COVID-19 ini adalah penanganan dan pengobatan terhadap orang dengan HIV AIDS (ODHA). Dampak pada pengobatan HIV/AIDS ini dirasakan karena obat antiretroviral (ARV) yang sempat mengalami hambatan dalam masalah stok atau penurunan ketersediaan dari obat ARV itu sendiri.
ARV merupakan jenis obat yang dapat digunakan untuk memperlambat perkembangan HIV yang bekerja dengan cara menghilangkan unsur yang diperlukan oleh virus HIV untuk menggandakan diri dan juga mencegah virus HIV menghancurkan sel CD4 atau sel darah putih yang bertugas untuk menjaga kekebalan tubuh. Terjadinya penurunan ketersediaan ARV karena beberapa negara melakukan penutupan (lockdown). Akibatnya, ketersediaan obat ARV pun sempat terhambat.
Terhambatnya pendistribusian obat ARV ini juga dirasakan oleh ODHA di Bali. Hal tersebut dibenarkan Dewa Suyetna, Koordinator Yayasan Kerti Praja, organisasi swadaya masyarakat yang mendampingi ODHA. “Ya memang ARV kadang lancar kadang seret. Tapi sekarang lancar,” ucapnya.
Dewa Suyetna juga menyebutkan bahwa kondisi pandemi ini memang berpengaruh terhadap ODHA karena mereka harus sering datang untuk ambil obat karena ketersediaan obat yang terbatas. Biasanya ODHA hanya perlu datang sebulan sekali untuk mengambil ARV, namun sekarang ODHA perlu datang ke pusat layanan setidaknya tiga kali dalam satu bulan.
Meskipun mengalami beberapa hambatan, menurut Dewa Suyetna, Yayasan Kerti Praja yang sedari dulu telah aktif dalam kegiatan pencegahan dan penanggulangan masalah kesehatan seksual terutama HIV AIDS di Bali saat ini tetap melaksanakan pelayanan dan program seperti sebelum pandemi. Hal yang membedakan adalah diberlakukannya protokol kesehatan sesuai standar dalam pelaksanaan layanan dan program.
Pihaknya menegaskan, jika pendistribusia ARV lancar, maka baik pandemi atau tidak, pelayanan dan program tidak akan memiliki perbedaan.
Dewa Suyetna menyatakan bahwa akibat terhambatnya ketersediaan obat ARV pada masa pendemi, ODHA menjadi lebih sering untuk datang ke pusat pelayanan. Jika terlalu sering bolak-balik ke layanan akan berdampak pada meningkatnya kemungkinan ODHA terkena COVID-19. Jadi semua orang termasuk ODHA diharapkan untuk selalu menjalankan protokol kesehatan seperti mencuci tangan, memakai masker dan selalu jaga jarak.
Meskipun mengalami hambatan, Dewa Suyetna berharap ODHA agar selalu minum obat tepat waktu, ini berlaku untuk ada atau tidaknya pendemi karena jika ODHA rajin dan rutin untuk minum obat maka dapat memperlambat perkembangan dari virus HIV itu sendiri. Beliau juga berharap kepada seluruh elemen masyarakat untuk saling mendukung karena ini merupakan isu masalah kesehatan bersama.
“Baik pandemi atau tidak, masyarakat diharapkan jangan melakukan diskriminasi pada ODHA,” ucapnya.
Mewabahnya pendemi memang tidak bisa dipungkiri sudah menghambat seluruh aspek kehidupan termasuk dalam kelancaran pengobatan untuk ODHA. Namun, mewabahnya pendemi ini tidak akan menghentikan yayasan, klinik, dan komunitas sosial untuk tidak peduli terhadap HIV AIDS, banyak yang masih memberikan pelayanan yang tentunya sesuai dengan protokol kesehatan dan masih semangat dalam membantu menanggulangi HIV AIDS itu sendiri.
Rekan-rekan ODHA diharapkan untuk selalu terus semangat dan tidak menyerah dalam kondisi pendemi yang seperti ini. Jangan lupa untuk selalu mengonsumsi obat yang disarankan, selalu menjaga kesehatan mental, dan menjalankan protokol kesehatan untuk mencegah penyebaran COVID-19. Masyarakat umum juga perlu untuk selalu peduli dengan sesama termasuk terhadap ODHA.
Ingatlah bahwa kita tidak sendirian. Rekan-rekan ODHA juga tidak sendiri. Kita semua akan bisa melalui ini dengan saling menjaga satu sama lain dengan selalu mematuhi protokol kesehatan yang ada. [b]
Catatan: Tulisan ini merupakan juara pertama kategori umum dalam lomba menulis HIV AIDS Yayasan Kesehatan Bali (Yakeba) periode November 2020 dengan tema Suka Duka Penanggulangan HIV AIDS di Tengah Pandemi COVID-19.