Sekitar 50 karya rupa akan dihadirkan dalam pameran bertajuk “SAMA-SAMA”.
Pameran diikuti 38 perupa dari tiga negara yaitu Indonesia, Malaysia, dan Filipina. Adapun eksibisi ini akan buka secara resmi oleh budayawan Made Wijaya hari ini pukul 19.00 WITA.
Lokasi pameran di Bentara Budaya Bali, Jln. Prof. Ida Bagus Mantra No. 88 A Ketewel, Gianyar.
Pameran kali ini merupakan kolaborasi antara ArtMalaysia, The Arts Prints Alley, Cebu Artist Ink, Wina Gallery, serta Bentara Budaya Bali. Selain menghadirkan karya-karya dua dimensi, dipamerkan pula karya tiga dimensi berupa instalasi, multimedia, hingga performing art.
Gagasan mengenai tema “SAMA-SAMA” berangkat dari adanya kesamaan rumpun budaya dan bahasa dari kawasan Asia Tenggara. Eksibisi yang berlangsung hingga 23 Januari 2015 ini dirancang dan dikuratori oleh Anthonius Kho dan bertindak sebagai penulis (art writer) adalah Sri Rahayu.
Menurut Antonius Kho, seniman yang juga koordinator pameran ini, acaara di Bali ini merupakan rangkaian dari pameran-pameran sebelumnya yang digelar di Kuala Lumpur dan Malacca. Bermula pada 14 – 17 Agustus 2014 lalu, dalam ArtMalaysia Art Tourism Fair dihadirkan eksibisi bertajuk “Now Art is for Everyone’, diikuti seniman-seniman dari empat negara yaitu Indonesia, Iran, Filipina, dan Malaysia.
Selanjutnya pada 12-21 Oktober 2014, diselenggarakan Langkawi Art Biennale, yang diikuti oleh lebih dari 250 seniman dari 40 negara. Eksibisi tersebut mengambil tema “Migration”. Acara serupa berlanjut ke Malacca International Art Festival/MICAF, di Malacca pada tahun 2015. Pameran kali ini diikuti ratusan seniman terpilih dari berbagai negara di dunia, termasuk dari Indonesia juga Bali.
Adapun seniman dari Malaysia yang terlibat di antaranya Asghar Yaghoubi, Martin Wood, Debora Teo Linang, Koh Shim Luen, Maxine Xie Xianxin, Tey Beng Tze, Rat Heist. Negara Filipina diwakili oleh seniman Celco Pepito, Ross Capili, Angelico Vilanueva, Fe Madrid Pepito, Danny Pangan, Joe Datun.
Sedangkan seniman dari Indonesia yang terlibat di antaranya Antonius Kho, Diyano Purwadi, Putu Sudiana Bonuz, Djunaidi Kenyut, IGN Sura Ardana, Made Somadita, Made Supena, Putu Edy Asmara, Ketut Lekung Sugantika, Imam Nurofiq, Ridi Winarno, Lindu Prasekti, Syahrizal Koto, Made Arya Dedok, Ketut Kabul Suasana, Made Kaek, Made Dollar Astawa, Nyoman Sujana Kenyem, Ketut Adi Candra, Nyoman Sani, Uuk Paramahita, Putu Bambang Juliartha, Tien Hong, Atmi Kristiadewi.
Lebih lanjut, Antonius Kho menyatakan bahwa program kerja sama pameran lintas negara ini tidak hanya bertujuan untuk menjalin persahabatan antar negara-negara, khususnya Asia, namun juga dalam rangkap upaya melakukan studi banding dengan seniman-seniman luar negeri. Diharapkan pula dapat mendorong lahirnya kemungkinan kreatif penciptaan karya rupa.
Sejalan niatan tersebut, diselenggarakan diskusi seni rupa yang berlangsung pada Minggu, 18 Januari 2015, pukul 18.30 WITA. Sebagai pembicara dalam diskusi kali ini adalah Martin Wood, pelukis kenamaan asal Malaysia yang juga pendiri dari Martin Wood Art Gallery, Ross Capili, seniman asal Filipina, serta Anthonius Kho.
Dialog ini akan mencoba memetakan posisi dunia seni rupa Asia serta makna keberadaaan berbagai program art fair atau art biennial, seperti ArtMalaysia Art Tourism Fair/AATF, Langkawi Art Biennial/LAB 1, Malacca International Art Festival/MICAF sepanjang tahun 2014 dan 2015.
Berbagai peristiwa seni rupa tersebut akan diperbandingkan pula dengan peristiwa-peristiwa serupa di belahan dunia lainnya. Termasuk akan dibahas pula kecenderungan karya-karya mutakhir para perupa tiga negara tersebut bila dibandingkan dengan karya-karya kontemporer seniman-seniman dari regional lain. [b]