Teks dan Foto Bentara Budaya Bali
Pameran tunggal “Out of The Locker” akan diselenggarakan di Bentara Budaya Bali, 31 Maret sampai 8 April 2011 mendatang.
Acara yang akan dibuka Prof. Dr. Nengah Bawa Atmadja, MA pada 30 Maret pukul 18.30 wita ini merupakan salah satu dari sekian upaya Bentara Budaya untuk menghadirkan peristiwa kesenian, dalam hal ini seni rupa, sebagai ruang berbagi dalam jalinan kebersamaan yang erat dan tetap mengedepankan sikap kreatif menyikapi kekinian.
Pameran karya Wayan Sudiarta ini akan dilanjutkan dengan diskusi “Kosa Tradisi Sebagai Pernyataan Kini”. Pembicaranya Hardiman dan I Wayan Sudiarta pada Jumat, 8 April 2011, pukul 15.00 wita di Bentara Budaya, Jalan By Pass IB Mantra no. 88 A, Ketewel-Gianyar.
I Wayan Sudiarta perupa kelahiran Peliatan, Ubud, 23 April 1969. Saat ini ia mengajar Seni Rupa di Universitas Pendidikan Ganesha Bali. Dalam kurun waktu kesenimanannya ia sempat melakoni proses kreatif dengan berguru kepada Wayan Gandera, Ketut Djudjul, Wayan Daging, dan Wayan Barwa, pelukis tradisi mumpuni Bali.
Menurut kurator pameran, Hardiman, dalam pameran tunggal di Bentara Budaya Bali kali ini ada dua hal mengemuka, yakni bahasan seksualitas dan bahasa formal kesenirupaan. “Perkara seksualitas yang diajukan I Wayan Sudiarta adalah perkara tipe kepribadian yang, oleh masyarakat dominan, sering disebut sebagai ‘abnormal’,” katanya.
Menurut Hardiman kepribadian bisa dikategorikan ‘normal’ bila sesuai dengan tipe kepribadian dominan. “Bila tidak sesuai dengan tipe kepribadian dominan akan dianggap ‘abnormal’ atau menyimpang (deviant)”, ujarnya. Ditambahkan pula perkara yang dianggap menyimpang ini dihadirkan dalam sejumlah karya dua dan tiga dimensi yang menonjolkan kecenderungan ‘keluar dari persembunyian’ (out of the locker).
Pelukis yang kerap berpameran di Singapura, Jerman dan Italia, serta banyak tempat di tanah air ini juga dipandang mampu mempertautkan sejumlah dialek rupa tradisi Bali dan idiolek miliknya dalam merespon persoalan global. Ia pun menyadari bahwa budaya global merupakan fenomena yang terbentuk dari berbagai citra serta pertarungan aneka definisi yang penuh kontradiksi.
Menurut Putu Aryastawa dan Juwitta Katrina, pekerja budaya di Bentara Budaya Bali, dengan latar kreatif yang boleh dikata lengkap, tumbuh di desa seniman, mengenyam pendidikan akademis yang memadai serta sempat bersinggungan dengan nilai dan teknik rupa tradisi, masyarakat boleh berharap melalui karya-karya Wayan Sudiarta terbaca kemungkinan arah masa depan seni rupa Bali.
“Karya-karyanya ibarat sebuah jendela, bukan hanya menarik secara visual, melainkan mengandung pesona yang memberikan ruang pada kita untuk memahami maknanya lebih dalam; interaksi dari pribadi yang cenderung individual dan sebagian lain dirinya yang bertahan untuk komunal,” kata mereka.
Pameran untuk umum: 31 Maret – 8 April 2011, pukul 10.00 – 18.00 Wita. [b]