Maret 2014. Selesai dari sini aku akan pulang. Sesampai di rumah aku kan tidur.
Itulah penggalan karya E, salah satu napi di Lapas Anak Karangasem, Bali. Puisi pendek itu termasuk karya yang dipamerkan pertengahan Mei lalu. Kalimat E itu sederhana sekaligus tajam.
Pulang dan tidur yang nyaman di rumah sendiri. Itu pasti paling dinanti dari perjalanan hampir 30 anak yang masih dipenjara ini.
Dalam ebook ini ada 50 karya esai, puisi, dan lirik lagu yang dibuat dalam Lapas. Sebagian karya yang dibuat sejak akhir tahun lalu, setelah mereka mendapatkan sebuah buku tulis dari tim Yayasan Seni Sana Sini atau One Dollar for Music. Yayasan ini memfasilitasi program Kreatif Bersuara.
Beberapa anak kemudian dipilih temannya untuk menyeleksi karya yang akan ditampilkan dalam pameran bertema Kreatif Bersuara ini.
Selain dalam bentuk ebook, sejumlah puisi dan esai juga dituliskan dalam benda-benda keseharian di Lapas. Ada panci, talenan, karung beras, sprei, sarung bantal, tshirt, dan lainnya.
Misalnya di pantat panci, Ka, 17 tahun menuliskan kemarahannya. “Dulu saya pernah ditinggal ibuk saya. Karena ayah bertengkar dengan ibuk, karena ayah saya suka mabuk tiap hari dan judi. Lalu ibuk saya pergi dari rumah ketika umur saya 4 tahun. Ibuk saya tidak pernah pulang selama 3 bulan. Waktu itu saya sangat marah sama ayah saya, lalu saya pergi dari rumah.”
Selain teks, juga ada lukisan yang dibuat di atas kanvas serta mural di tembok belakang Lapas. Mereka membuat karya bebas, ada yang melukis band penjara, dan figure-figur perempuan dalam berbagai gaya. Misalnya lukisan berjudul Lueng, bergaya sketsa tentang keinginan memiliki pacar. Juga ada perempuan bergaya ala disc jockey. Ada juga berjudul Drag Race, tentang keinginan menjadi pembalap di arena lomba tak hanya jalanan.
Di musik, anak-anak band yang terbentuk di Lapas memperlihatkan lagu-lagu ciptaannya. Setidaknya ada enam penampil band dan penyanyi solo dari dalam penjara. Mereka adalah Feat Band, TheBui, 86 band, dan lainnya.
Dari luar penjara ada bintang tamu seperti band Pygmy Marmoset, duo Sanjaya dan Zenith yang renyah dan merdu menyanyikan beberapa lagu dalam album barunya. Hal unik yang dilihat anak-anak adalah melihat Zenith memainkan beberapa alat musik yang tak biasa muncul di panggung namun memperkaya bunyi. Di antaranya pianika dan belira.
Ada pula Dadang, vokalis Dialog Dini Hari dan gitaris Navicula. Dua band beda genre yang ngetop di Bali. Dadang secara menakjubkan melagukan dua puisi karya Ketut Ju. Ini gimmick yang memberi energi sekaligus antusiasme baru. Puisi tentang cinta dan ibu itu dilagukan secara langsung, tanpa persiapan dan spontan di panggung.
Kalapas Anak Gianyar di Karangasem ini, Didik Heru Sukoco membuka pintunya untuk energi-energi kreatif yang ingin dibagi ke remaja yang haus dengan aktivitas ini. Ia juga ingin sekitar 30 orang remaja yang saat ini dalam Lapas bisa mengembangkan kegiatan bernilai ekonomi. [b]