Teks dan Foto Astarini Ditha
Di gudang mirip tempat penyimpanan, beberapa orang datang membawa beberapa bungkus tas plastik.
Di dalamnya, setelah dibuka, terlihat banyak perkakas bekas aktivitas di bengkel. Lelaki lainnya membawa botol-botol plastik. “Botol aki,” ujar salah satu lelaki itu. Barang-barang itu ditimbang. Sambil sesekali Pak Ada menoleh dan berkata pada perempuan yang tampak berkonsentrasi dengan kalkulator dan buku catatan. “Tujuh kilo,” kata Pak Ada sedikit berseru. Setelah menghitung perempuan itu menyodorkan beberapa uang.
Orang buang di sini, kita kasih uang. Begitu, Pak Ada lelaki baya itu merespon perihal “transaksi” di sebelah rumahnya. Plang bertuliskan Bank Sampah Berbasis Masyarakat itu terpancang di depan. “Di Denpasar, baru ada tiga Bank Sampah. Di Denpasar Selatan, Denpasar Barat, dan Denpasar Timur,” urai Made Bagiada sang pengelola Bank Sampah di Jalan Noja, Denpasar Timur.
Bank Sampah ini mulai diresmikan pemerintah pada 26 Sepetember 2010 lalu. “Walikota Denpasar, Rai Mantra, ketika itu tengah berupaya bagaimana agar pengelolaan sampah ini juga melibatkan masyarakat,” urai Made Bagiada. Tuturnya, Bagiada juga teman dekat Rai Mantra ketika itu sempat ada perbincangan soal “menyederajatkan” sampah.
Usaha mengumpulkan sampah ini cerita Pak Ada, ayah Made Bagiada, telah mereka mulai 13 tahun lalu. “Waktu itu kita yang mencari ke rumah-rumah, barang-barang yang tidak layak dipakai,” ujarnya. Barang-barang itu dikumpulkan lalu dijual dikirim ke Jawa.
“Sopirnya banyak yang kencing di jalan,” sahutnya. Ini idiom untuk bahwa ketika barang dikirim ketika sampai tempat penjualan sudah berkurang.
Tapi kini sebaliknya. Justru sebagian besar masyarakat datang langsung. “Ketimbang dibeli tukang loak atau pemulung yang bayar sedikit lebih murah, sekitar Rp 300. Mereka sudah tahu,” jelas Pak Ada. Bengkel dan toko-toko swalayan di antaranya pelanggan yang sering “menabung”.
Kertas sekilonya dihargai Rp 1.000, kardus Rp 1.300, besi Rp 3.500, dan plastik bervariasi. Karena untuk sekilonya dihargai cukup murah, uang-uang pembelian masyarakat bisa ditabung. Diakumulasi, nanti ketika dirasa sudah banyak, biasanya mereka akan meminta. “Karena itu namanya bank,” tegas Pak Ada.
Made Bagiada juga kerap melakukan sosialisasi di sekolah-sekolah. “Sasarannya biasanya tingkat SD dan SMP,” ujar Bagiada.
Tambahnya, tidak hanya direspon saja anak-anak pelajar itu langsung menerapkannya. “Anak-anak SMP itu dalam seminggu bisa menghasilkan Rp 200.000. Sedangkan anak-anak SD sekitar Rp 70.000 seminggu,” urainya. Pengelolaan sampah di kalangan SMP biasanya dikoordinir oleh OSIS masing-masing.
Sampah-sampah yang terkumpul di sini, biasanya dicari langsung oleh para pembeli dari Jawa. “Kardus-kardus, botol-botol itu,” tunjuk Pak Ada ke tumpukan kardus dan botol.
Tidak cuma “memajang” sampah, di area sebelah barat rumah juga ada sampah lainnya. Sampah ini disulap jadi beragam pernak-pernik unik. Misalnya lampu, tempat tisu, pajangan berupa motor-motoran macam bentuk vespa dan harley, dan sebagainya.
Di dapur kerja, ada onggokan kertas-kertas duplex bekas tempat menyimpan dokumen dan potongan-potongan plat bekas alat ampere dan sejenisnya.
Dodi, salah satu karyawan di sana menuturkan debut pameran kerajinan mereka dimulai di Festival Serangan. Setelahnya mereka ikut di pameran Bali Creative Festival di Art Centre. “Di sana lumayan banyak konsumen yang membeli pajangan berbentuk motor-motor ini,” jelasnya. Harga-harga motor ini bervariasi dari Rp 60.000 hingga ratusan ribu, tergantung kerumitan pembuatan.
Di tangan mereka, sampah yang dibuang itu bisa menjadi uang. [b]
Om Suastiastu,
Hampir mirip yang kami lakukan di BBB, bila ada semeton Bali ada barng bekas yang layak jual, bisa kunjungi kami.
Suksma,
Om Swastiastu…
Kalau boleh saya tau, alamat Bank Sampah di Denpasar ini dimana saja ya? Karena saya ingin menjual kertas” bekas, sampah plastik, dan botol – botol untuk membantu pendanaan kegiatan OSIS di sekolah. Suksma.
Om Santih, Santih, Santih Om
Kalo ingin menjual barang barang bekas yg ada skitaran klungkung ke sya aja,,,
kami dari UPT.Puskesmas Klungkung I,kami sangat tertarik dengan program ini jika kami ingin belajar mengenai pengelolan dan management Bank sampah, bagaimana cara kami untuk belajar , mohon informasinya