Kegembiraan Nyoman Sudiasa tercermin dari raut wajahnya.
Hari itu dia menjaga salah satu stan di Denpasar Festival. Stan yang tidak lebih dari tiga kali tiga meter cukup untuk menampung karya teman-temannya dari Rumah Berdaya selama festival tahunan di pusat Kota Denpasar itu.
Beratap ilalang dengan pencahayaan lampu warna-warni, menambah kesan artistik meski dari peralatan yang seadanya. Produk-produk yang dipajang juga tidak kalah menarik. Ada kaos dengan aneka warna dalam berbagai macam desain,ada dupa, lukisan, sabun, tas dan sebagainya.
Bagi mereka yang belum kenal dekat dengannya, rasanya susah orang bisa percaya bahwa ia adalah salah satu dari Orang dengan Skizofrenia (ODS) yang pernah dirawat di Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Bangli.
Sampai saat ini pun ia masih mengonsumsi obat. Hal itu sudah dilakukannya sejak 2001 silam.
Pria dua anak ini dengan cakap menerangkan pada orang-orang tentang apa itu skizofrenia dan apa yang dilakukannya di Rumah Berdaya Denpasar. Sembari menunjuk beberapa barang yang dipamerkan, ia juga menjelaskan latar belakang dari si pembuat kerajinan tersebut.
Semua produk kerajinan yang telah dipajang tersebut merupakan hasil karya orang-orang dengan skizofrenia, atau dalam bahasa pemerintah sekarang ‘disabilitas sosial’. Adapun Rumah Berdaya merupakan wadah atau tempat berkarya bagi mereka.
Kegiatan berkesenian yang telah menghasilkan beberapa kerajinan tersebut merupakan sebuah gerakan yang dinamai DenSAM, singkatan dari Denpasar SchizoFriends Art Movement.
Denpasar SchizoFriends Art Movement adalah sahabat skizofrenia yang berkarya, menghasilkan karya seni sehingga mampu berdaya di masyarakat.
“Harapannya nanti paling tidak mereka tidak merepotkan anggota keluarganya, dan syukur-syukur lagi bisa membantu keluarga,” kata Nyoman Sudiasa.
Ia mengakui bahwa Pemerintah Kota Denpasar, terutama Wali Kota sudah mulai perhatian dengan kawan-kawan ODS, khususnya terhadap kegiatan di Rumah Berdaya. Wali Kota Denpasar menyediakan tempat termasuk bangunan di Hayam Wuruk No. 179 Denpasar.
Dia juga memberikan kesempatan tampil di Denpasar Festival. Bagi Nyoman kesempatan itu merupakan apreasi yang luar biasa baginya.
“Dengan berkesempatan memamerkan barang-barang kerajinan di Denpasar Festival, orang umum menjadi tahu dengan komunitas kami,” ujar Nyoman.
Menurut Nyoman, dengan makin sering adanya kegiatan seperti ini tentu Rumah Berdaya bisa lebih dikenal. Orang juga semakin tahu tentang skizofrenia.
“Hal yang terpenting stigma buruk di masyarakat tentang ODS bisa berkurang,” tambahnya.
Lebih lanjut dia berharap pada masyarakat agar stigma tentang ODS bisa terhapuskan, mereka dengan skizofrenia bisa diterima di masyarakat, mendapat tempat, bebas berbaur dan bergaul serta tidak dipandang sebelah mata.
Menurut Nyoman, dengan keberadaan Rumah Berdaya dia sebagai ODS merasa dihargai sebagai manusia dalam arti sebenarnya. “Sebelumnya saya merasa tersisih di masyarakat,” akunya.
Karena itulah, Nyoman berterima kasih pada inisiator Rumah Berdaya, aseperti Budi Agung Kuswara (seniman visual & seni komunitas), dokter I Gusti Rai Putra Wiguna, SpKJ, dan kawan-kawan relawan lainnya yang telah membagi waktunya untuk ODS.
Menurut Nyoman Sudiasa seni dapat digunakan untuk mencurahkan isi hati melalui coret-coret, melukis, berkebun dan membuat aneka kerajinan. “Kami bisa berekspresi dengan kemampuan kami masing-masing, dan juga tidak dihakimi dengan nilai baik atau buruk,” ujarnya. [b]