Berawal dari hanya sekedar menjalani aktivitas hobi untuk sendiri berlanjut pemberian kepercayaan dari lingkungan keluarga dan teman-temannya ternyata berbuah manis. Dialah Drs. I Nyoman Gani yang memetik buah dari tambahan hobi itu.
Hobi memasak olahan kuliner Bali khusus urutan daging babi yang dilakoni sembari mengisi waktu sejak Covid-19 berkecamuk mulai Juli 2020 lalu ke usaha ekonomi keluarga sampai kini diusia pensiun sudah tidak muda lagi menapaki 63 tahun.
Daging urutan dan berbagai jenis olahan babi lainnya laris manis pesanan konsumen. Konsumennya bukan saja di Bali bahkan sampai dikirim ke luar Bali lintas pulau, Jakarta, Surabaya , Solo, Bogor, Malang, beberapa kota lainnya di Jawa, Lombok, Batam, dan sampai ke beberapa kota di Pulau Sumatera seperti Medan, Lampung dan Batam.
Baginya usia masa pensiun tidak menyurutkan dirinya berhenti berkativitas, justru sebaliknya menambah semangat bisa dan hidup mandiri. Kiprah kuliner yang kini ditekuni Gani, ayah dua anak dan tiga cucu yang tinggal di rumahnya Desa Nyuh Tebel, wilayah kawasan wisata Candidasa, Kecamatan Manggis, Karangasem ini berawal hanya dari olahan daging urutan babi. Seiring berjalannya waktu sampai merambah ke menu olahan kuliner gibungan meliputi berbagi olahan lawar, sate dan jenis lauk lainnya.
Usaha kuliner Bali yang digeluti Gani banyak dikenal diawali dari teman-sekolah tempat dia mengajar sebagai guru, dan diketahui oleh teman-teman lain melalui informasi komunitas di beberapa grup WhatsApp. Belum lama ini katanya Gani, pesanan gibungan mencapai 16 paket/sele.
Kisahnya, usaha ekonomi itu baru dilakoni Nyoman Gani sejak tahun 2020 lalu ketika dunia masih dilanda Covid-19, dan karena istrinya, Ni Nengah Sumartini saat itu tidak lagi bisa buka warung berjualan karena warung tempat jualan tidak lagi kontraknya diperpanjang oleh pemiliknya.
Profesi guru bidang studi BK (Bimbingan Konseling) SMAN 1 Manggis, Karangasem yang disandang Gani waktu saat mulai mengembangakan urutan tahun 2020 lalu tidak menghalangi baik waktu maupun rasa malu mengantar dagangannya dari pintu-pintu ke rumah konsumen teman-temannya. “Saya tidak malu dan bisa atur waktu antara tugas dinas dan aktivitas pribadi. Antar pesanan pelanggan dan kerja rumah saya lakukan pada hari libur dan pulang sekolah,” tutur Nyoman Gani kepada penulis melalui chat WhatsApp.
Katanya Gani, dirinya cara aktivitas seperti ini ada nilai yang diwariskan kepada anak dan cucunya kelak hidup mandiri dan menciptakan lapangan kerja semasih bisa dilakukan.
“Kalau pesanan dari luar desa saya antar sendiri menggunakan sepeda motor langsung ke tempat konsumen termasuk sampai ke Denpasar, Tabanan, Klungkung dan beberapa wilayah lainnya di Karangasem, sedangkan di sekitar desa tempat saya diambil oleh konsumen,” katanya Gani yang penekun pesantian.
Bahan bumbu untuk olahan daging urutan khusus resep racikan khas Gani diracik bersama sang istri.
Tutur Gani, saat ini harga daging babi perkilogram Rp70 ribu. Biasanya dia beli di Pasar Ulakan, Manggis dan Pasar Bugbug. Daging pilihan khusus bahan urutan Gani memilih yang berkualitas super dan sedikit lemak tebal sehingga rasa dagingnya lembut menyatu dengan bumbu racikannya.
Agar hasil urutan berkualitas baik, seberat 10 kg diolahnya membutuhkan waktu selama 5 jam. Hal itu dilakukan untuk memberikan cita rasa urutan beda dengan urutan lainnya serta tahan tidak cepat basi asalkan tempat penyimpanannya baik.
Panjang urutan mentahnya bisa sampai 1 meter, dibutuhkan keterampilan hati-hati memasukkan daging ke usus agar tidak bocor ususnya. Pihaknya juga menerima pesanan urutan daging ayam, tetapi masih menggunakan usus babi.
Gani menjual urutan kepada konsumen perkilo tidak mahal sangat terjangkau hanya Rp150 ribu/kg, yang penting lancar. Jelang hari raya besar umat Hindu seperti Galungan, Kuningan dan malam tahun baru orderan pelanggan sangat banyak. Bahkan bukan urutan saja yang dijualnya melainkan berbagai lauk bahan daging babi, ayam dan ikan laut diantaranya berbagai jenis sate, tum, lawar dan lainnya termasuk paket gibungan.
Keseharian Gani membuat pesanan konsumen hanya dibantu sang istri dan terkadang melibatkan anak, cucu dan keluarga lainnya apabila pesanannya banyak.
Testimoni pelanggan setia urutan Gani, I Gede Nala Antara, dosen Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Udayana Denpasar. “Di antara urutan yang pernah saya pernah nikmati, urutan produk Gani yang paling mengena dengan selera saya dan keluarga. Banyak keluarga dekat dan teman saya dari luar Bali, Surabaya, Solo dan Jakarta dititipi memesan urutan Gani,” tutur Nala melalui WhatsApp.
Lanjut Nala, asal kelahiran Desa Seraya, Karangasem tinggal di Denpasar, “komposisi bumbu pas banget, tidak terlalu keras bau bumbu rempahnya, komposisi daging lebih dominan sedangan lemaknya tidak terlalu banyak sehingga urutan tidak terlalu keras tetap lembut walaupun sudah digoreng lagi”.
Sementara itu, pelanggan setia urutan Gani lainnya dari Mataram, Lombok, yang juga guru besar dosen Fakultas Pertanian Universitas Mataram, Nusa Tenggara Barat, kelahiran Amlapura tinggal di Mataram, I Komang Damarjaya dihubungi melalui WhatsApp, semua keluarganya di Mataram sangat suka urutan karya Gani karena perbandingan lemak dan daging pas, dan bumbunya mantap.