Rasanya campur aduk menghadapi dunia saat ini. Kami disarankan untuk diam di rumah jika bisa, daripada ikut menularkan suatu virus bernama Covid-19.
Berasa di film kiamat, zombie, maupun film yang tidak mendengar temuan ilmuwan yang mungkin membahayakan manusia selamanya. Dan menariknya, saat seperti ini malah datang sebelum Tahun Baru Nyepi akan berlangsung.
Maka, “Nyepi datang lebih awal,” tulis beberapa teman Bali yang tinggal di Jawa dalam Instagram story mereka. Mereka sebagai pekerja juga disarankan untuk bekerja dari rumah atau istilahnya “work from home”.
Dan dengan tidak diperbolehkan keluar, seperti sudah menjalankan salah satu Catur Brata Penyepian – Amati Lelungan. Iya, seperti berjenjang ke 25 Maret 2020. Atau, malah rasanya diperpanjang, karena saran ini akan berlangsung setidaknya sampai 31 Maret 2020, dan mungkin akan lebih. Kalau Nyepi yang terjadi satu hari saja bisa tidak menyenangkan bagi seseorang yang tinggal di Bali dan tidak merayakannya, bagaimana dengan keadaan sekarang?
Dari artikel yang ditulis tahun lalu “Nyepi di Bali Kok Promosi Hotel untuk Hiburan?” (https://balebengong.id/nyepi-kok-promosi/), paket liburan Nyepi itu ada lagi di tahun ini. Sudah dikumandangkan dari bulan Februari 2020 lalu di radio dan di internet serta banner-banner hotel masing-masing. Dengan catatan, sepertinya promo ini jauh lebih marak dari tahun lalu yang mungkin dikarenakan Bali sudah sepi wisatawan dari akhir Januari karena Covid-19.
Salah satu angka terbesar wisatawan ke Bali datang dari Tiongkok dan mereka sudah tidak bisa datang ke Bali sejak itu. Jika boleh berasumsi, hotel-hotel ini ingin sekali berpenghasilan dari wisatawan domestik maupun lokal untuk menikmati Nyepi di hotel mereka masing-masing.
Namun, sejak tanggal 16 Maret 2020, bahkan anak sekolah di Bali pun tidak boleh ke sekolahnya dan melanjutkan ujian sekolahnya dari rumah yang awalnya dijadwalkan sebelum libur Nyepi. Selain murid, mahasiswa pun mulai ditiadakan kelas-kelas perkuliahannya di kampus.
Semua kegiatan bersekolah dilaksanakan di rumah dan untuk yang berkuliah dosen-dosennya memantau lewat internet atas pekerjaan mereka. Berdasarkan surat-surat edaran pemerintah, dianjurkan kepada seluruh masyarakat untuk tidak keluar jika tidak diperlukan, bekerja dan belajar dari rumah sangat disarankan. Maka jenjang Amati Lelungan juga mulai seperti dilakukan di Bali sendiri. Berarti, untuk Hari Raya Nyepi, baiknya di rumah masing-masing saja kan?
Sayangnya, harapan tidak adanya internet blackout pupus. Saya sempat kira, Covid-19 yang akan menjawab pertanyaan-pertanyaan dari artikel saya tahun lalu:
“Jadi, sebenarnya kalau [Nyepi] niat dijalankan, bisa saja kan dijalankan dengan sendirinya? Sekarang kalau internet dimatikan, kalau ada masalah darurat atau emergency dari keluarga jauh, lalu bagaimana? Dan bagi yang tidak menjalankan Nyepi, apakah mereka harus dipaksa ikut blackout juga? Apa salah mereka? Mereka kan tidak menjalankan Catur Brata Penyepian?”
Tahun lalu mereka bisa saja keluar Bali saat Nyepi, apalagi jika dibarengi dengan libur sekolah. Namun saat pandemi Covid-19 ini, sepertinya tidak memiliki opsi lain. Kembali ke paket-paket Nyepi di hotel itu, akankah hiburan itu tetap dicari dengan kondisi yang tidak menentu seperti ini?
Lalu bagaimana dengan kegiatan-kegiatan pra-Nyepi yang identik beramai-ramai? Seperti Ngerupuk dan Melasti?
Di beberapa tempat, Ngerupuk yang identik dengan pengarakan ogoh-ogoh sudah ditiadakan. Yang pasti kegiatan persembahyangan Pengerupukan masih bisa dilaksanakan di rumah masing-masing nantinya. Sedangkan untuk Melasti, sudah ada surat edaran yang menyatakan Melasti tetap dilakukan namun dengan jumlah orang yang lebih sedikit. Memang, secara ritual persembahyangan menuju Nyepi, Melasti merupakan bagian esensial dibanding Parade Ogoh-ogoh itu sendiri.
Selengkapnya, artikel Balebengong “Perbedaan Nyepi dan Parade Ogoh-Ogoh Tahun ini” (https://balebengong.id/perbedaan-nyepi-dan-parade-ogoh-ogoh-tahun-ini/) memberi penjelasan yang lebih lengkap.
Memang, kata teman itu benar, Nyepi berasa datang lebih awal, dan lebih berhati-hati juga. Nyepi pada dasarnya memang ingin memberi alam dan diri kita sendiri untuk berdiam serta tidak saling mengganggu, sama-sama beristirahat, sehari saja. Dengan himbauan mengurangi kegiatan seperti ini, Nyepi bisa jadi lebih panjang dari satu hari saja walaupun tidak keempat Catur Brata Penyepian dilakukan secara total setiap harinya.
Tetapi, dengan mengingat alam dan diri kita sendiri, keadaan dunia yang seperti ini memang sepertinya merupakan peringatan keras akan tindakan-tindakan kita manusia secara keseluruhan. Tetap jaga kesehatan, tetap memantau keadaan, semoga badai Covid-19 akan cepat berlalu. Selamat menjalankan Catur Brata Penyepian.