Band folk Bali, Nosstress akan bertandang ke Benua Eropa.
Mereka akan tampil di Pasar Hamburg, Jerman pada 26 dan 27 September 2015. Band yang dimotori Man Angga (vokal/gitar), Guna Kupit (vokal/gitar) dan Cok Gus (vokal/cajoon/harmonika/pianika) ini hadir untuk kedua kalinya.
Sebelumnya di tahun 2014, Nosstress pernah tampil di festival yang sama dan festival Fete De la Musique di Hannover. Mereka juga tampil di beberapa gigs lainnya di Berlin, serta di kota Mannheim, Jerman.
Pasar Hamburg merupakan festival Indonesia terbesar di Jerman yang menampilkan ragam pertunjukan budaya, musik, seni rupa aktual Indonesia. Festival yang digelarkomunitas orang Indonesia di Jerman ini sudah berjalan untuk ketiga kalinya sejak tahun 2013.
Festival menghadirkan musisi, penulis dan seniman dari Indonesia.
Band yang telah menelorkan dua album yakni “Perspektif Bodoh” (2011), “Perspektif Bodoh II” (2013), serta dua album kompilasi “Bali Bergerak” (2014) dan “Prison Songs : Nyanyian Yang Dibungkam” (2015) dalam perjalannnya tidak hanya tampil di Pasar Hamburg, mereka juga berencana perform di sejumlah kota di Jerman.
“Untuk detail perjalanan kami di Jerman akan update di akun media sosial @nosstressbali,” jelas Cok Gus.
Nantinya penampilan Nosstress di festival Pasar Hamburg akan membawakan deretan lagu dari album pertama dan kedua. Diakui Guna Kupit, tampilnya Nosstress untuk kedua kalinya ini merupakan kesempatan emas untuk memperkenalkan musik mereka dan lebih luas lagi memperkenalkan Indonesia di Eropa.
“Ajang ini jadi media temu kangen, mengobati rasa rindu tanah air bagi kawan-kawan yang menetap di Jerman, juga memupuk rasa persatuan sebangsa dan setanah air meskipun hidup di belahan benua lain,” ujarnya.
Di sisi lain, kedatangan trio akustik ini ke Jerman ini akan membawa misi lingkungan yang kini tengah mengancam ekosistem Bali. Nosstress yang getol menyuarakan penolakan rencana reklamasi Teluk Benoa seluas 700 hektar oleh PT TWBI, dalam kesempatan ini akan menyuarakan di Eropa.
Tahun lalu saat tampil di Jerman, mereka juga menyuarakan penolakan reklamasi Teluk Benoa bersama kawan-kawan asal Indonesia dan warga Jerman di sana, saat tampil maupun di aksi ruang publik. “Responnya sangat bagus, dengan aksi ini mereka jadi tahu informasi, apa yang sedang terjadi dan mengancam alam Bali dari tangan investor rakus,” jelas Man Angga.
Bagi Man Angga penting sebagai musisi atau apapun profesi, dan pekerjaannya mempunyai kesadaran serta kepedulian menentang mega proyek reklamasi Teluk Benoa. Untuk itu, Nosstress bersama barisan musisi, aktivis, LSM, mahasiswa, pelajar, dan pengusaha terus menyuarakan penolakan reklamasi diberbagai kesempatan dengan beragam cara.
“Yang jelas selama Perpres No 51 tahun 2014 belum dicabut kami akan terus menyuarakan. Ingat Bali sedang tidak baik-baik saja, kita semua makan nasi bukannya butuh reklamasi,” tegasnya. [b]