Ngaben massal di Pulau Nusa Penida selalu berbeda.
Ngarak bade adalah bagian prosesi upacara ngaben, hal umum di Bali. Nusa Penida tepatnya di Desa Pakraman Batumulapan, Desa Batununggul, Kecamatan Nusa Penida, Klungkung setiap ngaben massal berbeda dari biasanya, bade diusung di laut.
Sajian budaya yang ditunggu warga, wisatawan serta fotografer. Mereka pun saksama menyaksikan.
Pasang surut laut penentu jalanya upacara ngaben. Karena itu, ngusung bade di laut pun sempat ditunda satu jam. Perkiraan awal ngusung bade di laut akan dilaksanakan tepat pukul 01.00 WITA. Namun, kondisi tidak memungkinkan.
Menurut Ketua Panitia I Wayan Geria ngusung bade di laut menjadi suguhan budaya yang paling dinanti masyarakat sekitarnya dari sejak dulu. “Sekarang, momen ini kami sengaja mengajak fotografer untuk datang mengabadikan momen budaya yang menarik,” katanya.
Proses ini lumayan menyita tenaga dan waktu yang lama. Pasalnya jarak menuju setra kurang lebih 500 m. Namun, dentuman gamelan membangkitan pengusung menjadi histeris selama tiga jam.
Prosesi ini sendiri melibatkan masyarakat Batumulapan. Mereka membantu ngusung bade, dua bade dan tiga petulangan yakni dua lembu dan gajahmina, gabungan ikan dengan gajah.
Ngaben kali ini sawa (simbol mereka yang meninggal) diikuti 16 dari 118 KK Banjar Jepun. Hasil rapat banjar menyepakati bahwa yang punya sawa saja yang dikenakan biaya sementara krama lainya sifatnya membantu baik perlengkapan upacara hingga pembakaran selesai.
Ida Bagus Putra Adnyana, fotografer senior anggota Perhimpunan Fotografer Bali ( PFB), mengatakan secara umum ngaben sekarang hampir mirip. Ini kemungkinan faktor mudahnya informasi, via TV atau Youtube. Karena itu antar-daerah saling ingin mirip atau membuat yang lebih bagus.
Kelebihan ngaben di Nusa Gede, nama lain Nusa Penida, adalah landscape sangat indah.
Karena tidak ada industri maupun polusi seperti di kota besar. Warna langit biru bersih. Dipadu dengan laut yang membiru. Secara fotografis ini akan memudahkan siapa saja memotret upacara ngaben di Nusa Penida.
Fotografer yang sudah melanglang buana pemeran di luar negeri ini berpendapat pemotretan ngaben di Nuda Penida menjadi luar biasa dan sangat indah. Dari sudut pandang pemotretan ngaben, fotografer tertantang untuk dapat mengabadikan spirit dari upacara itu.
Fotografer harus dapat menggambarkan sifat gotong royong spontan dan totalitas pengabdian untuk leluhur. ~ Gustra.
“Fotografer harus dapat menggambarkan sifat gotong royong spontan dan totalitas pengabdian untuk leluhur,” kata Gustra, panggilan akrabnya.
Menurut Gustra, mengarak bade di tengah laut adalah tradisi luar biasa. Banyak hal positif yang bisa dirasakan prosesi di laut ini.
“Kami sebagai fotografer, meski usia lebih dari setengah abad, tidak merasa kelelahan mengikuti prosesi ini. Baik karena keindahan alamnya, maupun semangat masyarakat yang penuh totalitas,” ujar Gustra sumringah.
Sementara Tjokorda Gde Romy Tanaya, Kepala Bidang Sumber Daya Pariwisata Dinas Pariwisata Kabupaten Klungkung yang kebetulan ikut rombongan PFB menyampaikan, perlunya memasukkan tradisi ngusung bade di laut ke kalender budaya.
Pihaknya berencana menjadikan tradisi ngusung bade di laut sebagai atraksi budaya untuk menunjang pariwisata. Caranya dengan membangun kerja sama dengan travel agent bahwa Nusa Penida mempunyai tradisi unik yaitu mengarak bade ke tengah laut.
“Tradisi ini tetap dilestarikan karena sangat unik dan hanya ada di Nusa Penida sehingga dapat menunjang kepariwisataan di Nusa Penida,” tutur pria penghobi fotografi ini. [b]