Denpasar bersih, bersih, bersih.
Pilah sampah pasti bisa.
Kebersihan tanggung jawab saya.
Begitulah penggalan lirik lagu Nanoe Biroe yang bertajuk “Denpasar Bersih”. Dalam lirik sederhana tersebut, Nanoe Biroe berusaha mengajak kita lebih peduli lingkungan.
Salah satunya dengan menjadikan kebersihan sebagai tanggung jawab pribadi masing-masing, bukan tanggung jawab orang lain.
Nanoe Biroe merupakan musisi Bali yang telah berkancah di dunia musik selama lebih dari sepuluh tahun. Sebagai musisi ia telah menorehkan berbagai macam prestasi. Empat kali namanya tercatat dalam Museum Rekor Indonesia (MURI), yaitu sampul album terpanjang, tanda tangan terbanyak, kemampuan bernyanyi terlama dan konser mengajak penontonnya berendam di air sungai Tukad Badung.
Kesuksesan Nanoe Biroe juga dapat dilihat dari penjualan album pertama yang melampaui 48.000 kopi. Selain penjualan album fisik, aksesoris yang dijual di distro miliknya juga laris diserbu Baduda, fans dari Nanoe Biroe.
Setelah sepuluh tahun berkarir sebagai musisi, popularitas bukan lagi tujuan utama Nanoe Biroe. Sejak konsernya di Tukad Badung, Nanoe Biroe mulai aktif berpartisipasi dalam gerakan peduli lingkungan. Dan Nanoe Biroe juga telah bersedia berpartisipasi pada acara TrashStock Festival 2015 untuk mengisi acara tanpa dibayar.
Berikut merupakan wawancara Tim TrashStock pada 4 Juni 2015 lalu, di distro miliknya di daerah Imam Bonjol.
Apa yang awalnya memotivasi Anda melakukan gerakan peduli lingkungan?
Pertama, karena rasa turut memiliki lingkungan. Kedua, kontribusi. Sebagai seorang musisi harus berkontribusi. Swadharma (tanggung jawab) bli sebagai penyanyi, bikin lagu dan menyuarakan lewat lagu-lagu lingkungan.
Bukan menggurui, tapi menginspirasi dan memotivasi pentingnya kita bersama-sama menjaga lingkungan. Karena sampah dan lingkungan ini tidak semata-mata tanggung jawab pemerintah.
Kenapa aksi peduli lingkungan Anda seringnya dilakukan di Denpasar?
Pertama, memang dari rumah sendiri dulu. Denpasar adalah tempat bli. Ketika kita mampu menjaga rumah kita sendiri, baru kita berpikir menjaga rumah orang lain. Karena awalnya memang harus dari rumah. Bli ingin menanamkan jiwa-jiwa memiliki Denpasar. Jadi, dimulai dari Denpasar karena bli memulai dari rumah sendiri.
Ada kabar Anda akan merilis album. Akan seperti apa album baru Anda ini?
Musik adalah sebuah desain komunikasi efektif juga untuk menyuarakan kebersihan lingkungan. Maka dari itu, bli berkeinginan dan sudah dalam proses untuk membuat sebuah album yang berjudul “Sadar Sampah”. Album ini akan full berisi lagu-lagu bertema sampah. Karena masalah lingkungan yang paling klise adalah sampah.
Apa arti album “Sadar Sampah” bagi Anda?
Album ini, bagi bli adalah aksi. Cinta itu tidak sekedar opini, tapi juga kontribusi dan aksi. Bli tidak ingin menggurui, tapi album ini adalah cermin untuk diri bli sendiri. Setelah itu, siapa pun yang mendengarkan lagu itu dan terinspirasi, dalam konteks ia ikut memakai cermin itu, ya, dipersilakan.
Tidak muluk-muluk ingin menjadi heroe. Tapi lebih ingin bagaimana musik dan lagu-lagu bli memberi manfaat untuk orang lain.
Mudah-mudahan bisa dipakai untuk masyarakat lain, bahwa kesadaran sampah di era sekarang dibutuhkan karena kita mulai sering pakai plastik. Tidak seperti dulu, bungkus makanan kita pakai daun. Juga mudah-mudahan akan dibeli dengan sampah.
Dibeli dengan sampah? Maksudnya?
Bli ingin promosikan keberadaan bank sampah. Makanya nanti harapan bli, album ini dibeli pakai sampah. Pada album “Sadar Sampah” akan ada tagline “Dapatkan album ini di bank-bank sampah terdekat di kota Anda.”
Kenapa Anda menggunakan strategi penjualan seperti itu?
Dari sepuluh orang yang bli tanya, sembilan orang masih belum tau apa itu bank sampah. Padahal bank sampah adalah cara yang efektif untuk mengurangi jumlah sampah yang berakhir di tempat pembuangan akhir. Dengan mulai memilah sampah di rumah dengan konsep plastik library, kita tabung sampah itu sehingga jumlah sampah di jalanan, di got, itu berkurangi dengan menabung sampah plastik.
Bukan mulung. Beda dengan mulung, jadi sampah yang kita lahirkan saja. Mudah-mudahan itu akan jadi kebiasaan ke depannya. Kita ingin tanpa sadar kita peduli pada lingkungan.
Lalu reaksi Baduda, fans Anda, terhadap album ini bagaimana?
Jelas nyama-nyama Baduda otomatis tidak menginginkan album ini. Tapi bli merasa album ini dibutuhkan. Mereka tidak menginginkan tidak apa-apa, tapi bagi bli mereka membutuhkan ini. Jadi album sampah otomatis nggak akan laku. Karena kebaikan itu susah laku sekarang. Tapi apakah kita akan berhenti melakukan kebaikan itu? Tentunya tidak.
Kesadaran lingkungan itu kemurnian. Boleh jadi follower, tapi follower yang berjiwa. Jangan hanya ikut-ikutan. Makanya tugas bli, menginspirasi, bukan menghakimi yang salah. Bunga sandat dan bunga jempiring sama-sama harum. Jangan saling menyalahkan, itu intinya.
“Membuang sampah plastik itu dosa”
Anggap saja umur kita seratus tahun. Sampah plastik yang kita buang itu bisa sampai ribuan tahun belum hancur. Setelah kita mati, kalau dalam kepercayaan Hindu, dipuja sebagai roh leluhur. Tapi sampah kita masih di bumi. Nah, kalau kita apes, sampah plastik kita sampai di sungai kemudian terbawa arus sungai dan sampai di laut.
Lalu, karena plastik itu warna-warni dikira makanan oleh penyu. Dimakanlah plastik kita oleh penyu. Penyu itu terganggu pencernaannya, sehingga penyu itu bisa mati.
Bayangkan kita sudah bersih dari kehidupan duniawi dan masih bisa membunuh makhluk di bumi. Bukankah dosa? Kita sudah disucikan tapi ternyata kita baru tadi membunuh seekor penyu cantik di laut. Makanya membuang sampah plastik itu dosa.
Sehingga bahasa tiyang, diet kantong plastik saja dulu.
Kenapa Anda bersedia berpartisipasi di TrashStock tanpa bayaran?
Pertama, kesamaan visi. Kita sama-sama ingin melakukan kebaikan untuk lingkungan. Lalu bli ingin mengapresiasi teman-teman dari TrashStock, yang beritikad baik, mempunyai keinginan untuk peduli terhadap lingkungan. Kecil tapi terus-menerus.
Ada komentar khusus tentang kemasan TrashStock yang mengkolaborasikan musik, artistik dan edukasi plastik?
Bagus. Bagus sekali. Memang yang kita butuhkan sinergi dengan semua pihak yang hidup di bumi. Besok mungkin TrashStock mengundang Ratu Pranda atau Ulama, untuk memberikan pandangan secara agama.
Disajikan dengan musik, kan, bukan sesuatu yang tabu, bukan sesuatu yang nggak mungkin. Senjata yang bagus. Kalau musik itu bisa dikatakan pesawat tempur.
Apa harapan Anda dengan diadakannya Festival TrashStock?
Harapannya bisa berkelanjutan. Untuk temen-temen di TrashStock, dengan kerendahan hati, tidak menggurui, bli berharapa mudah-mudahan TrashStock tidak hangat-hangat tai ayam. Terus bergerak untuk lingkungan. Semoga partisipannya tambah banyak. Ya, harapannya, mudah-mudahan TrashStock bisa memberi kontribusi positif untuk lingkungan dan bumi ini.
Di akhir wawancara kami bersama Nanoe Biroe, ia mengumandangkan lagu “Denpasar Bersih” secara live. “Denpasar Bersih” merupakan salah satu lagu yang akan dibawakan Nanoe Biroe pada hari pertama rangkaian TrashStock Festval 2015, 20 Juni 2015. Datang, nggih! [b]
Oleh Yuni Uttari TrashStock Team