Oleh Andrei Simanjuntak
Bagi mereka yang sudah lama malang-melintang dalam dunia rehabilitasi korban Narkoba di Indonesia, tentu jelas terlihat bahwa ada dua metode yang mendominasi bidang ini di beberapa tahun belakangan ini yaitu Therapeutic Community (TC) model dan rehabilitasi berbasis agama yang memang telah lebih dulu mengakar pada masyarakat Indonesia. Selain itu, ada juga beberapa pusat rehabilitasi yang menggunakan program berbasis metode medis. Terakhir sekali muncul dan masih terkait dengan dunia medis ini adalah si “anak emas” yang cukup populer masa kini yaitu program substitusi dengan menggunakan Methadone atau Buprenorphine.
Untuk menambah kekayaan khazanah pelayanan rehabilitasi yang ada di Nusantara ini, tidak ada salahnya kita melihat satu lagi metode yang memang sudah diterapkan secara global, yaitu Minnesota Model of Treatment dan mempertimbangkan apakah model ini dapat diterapkan di Indonesia.
Sejarah Minnesota Model pertama kali muncul dan diterapkan di negara bagian Minnesota, Amerika Serikat, pada akhir 1940an. Tiga institusi yang terpisah di negara bagian itu mengembangkan metode ini, tetapi ketiganya mempunyai kesamaan yang kemudian menjadi esensi program, yaitu penekanan kepada falsafah 12 Langkah untuk pemulihan dari kecanduan dan alkoholisme seperti yang diterapkan komunitas Alcoholics Anonymous (AA) dan (Narcotics Anonymous). Salah satu dari ketiga institusi ini, yaitu Hazelden Foundation, kemudian berkembang menjadi pusat penelitian adiksi berskala internasional dan publikasi berbagai literatur mengenai model ini khususnya dan berbagai jenis kecanduan pada umumnya. Hazelden Foundation juga mempunyai pusat pendidikan dan pelatihan yang menghasilkan tenaga profesional di bidang konselor adiksi.
Model ini kemudian diadopsi oleh berbagai fasilitas rehabilitasi di seluruh Amerika. Pada 1975 fasilitas rehabilitasi yang menggunakan metode ini pertama kali didirikan di Inggris. Sekarang, berbagai pusat rehabilitasi prestisius di Amerika Serikat seperti Betty Ford Center, Caron Foundation, dan Hazelden sendiri menggunakan 12 Langkah sebagai basis dari metodologi terapi program mereka, dengan penerapan yang dapat diklasifikasikan sebagai Minnesota Model of Treatment. Di dunia internasional, model ini, atau bentuk yang serupa, sudah diterapkan di hampir semua negara Eropa, Australia, dan beberapa negara di Asia seperti India, Saudi Arabia dan Filipina.
Karakteristik Model Abstinensi total atau berpantang penuh dari segala jenis narkoba dan alkohol, serta perubahan cara hidup adalah tujuan dari program ini. Jangka masa program biasanya tidak lama, antara 1-3 bulan untuk masa rawatan awal, dan apabila diperlukan, masa akan ditambah selama 2-4 bulan lagi dalam fase yang disebut sebagai Extended Care. Bentuk aplikasi dari model ini cukup variatif, tetapi semuanya mempunyai target yang sama, yaitu bagaimana seorang pecandu atau alkoholik dapat menerima kondisi dirinya, mengenali kekuatan dan kelemahan serta faktor pendukung yang ada, dan menunjukkan kemauan untuk menjalani proses pemulihannya dengan berpartisipasi sebagai anggota dalam komunitas 12 Langkah seperti AA dan NA. Minnesota model memandang dan memperlakukan ketergantungan terhadap Narkoba dan alkohol berdasarkan paradigma Disease Model of Addiction, di mana adiksi dianggap sebagai suatu penyakit fisik, mental, dan terutama spiritual yang bersifat kronis, artinya akan dapat kambuh kembali sewaktu-waktu.
Penyakit ini juga dianggap sebagai suatu kondisi pokok yang tidak disebabkan oleh faktor luar seperti keluarga, interaksi sosial, atau lingkungan tempat tinggal, tetapi berkembang begitu saja seperti penyakit kronis lainnya (kanker, diabetes) tanpa membebankan kesalahan kepada diri si pecandu sebagai pihak yang membuat pilihan moral yang salah sehingga menjadi seperti itu. Karena target dari model ini bukanlah perubahan perilaku dan cara berpikir secara total, maka jangka masa program menjadi tidak terlalu panjang. Pada akhir rawatan, klien hanya diharapkan mempunyai keyakinan terhadap program 12 Langkah sebagai solusi dan upaya untuk memelihara kebersihannya. Perubahan perilaku dan cara berpikir akan terwujud setelah si klien mengalami pertumbuhan dengan menjalani program 12 Langkah, suatu proses yang memang memakan waktu lama dan berjalan sepanjang hidup klien setamatnya dari program rehabilitasi.
Karakteristik utama berikutnya dari model ini adalah keterlibatan staf dari berbagai disiplin ilmu (multidisciplinary staff). Karena Minnesota model melihat adiksi merusak beberapa aspek dari kepribadian klien seperti psikologis, fisik, dan spiritual, maka diperlukan satu tim staf yang terdiri dari berbagai tenaga ahli, masing-masing untuk membantu si klien dalam memenuhi kebutuhan pada aspek-aspek tertentu. Contohnya, setiap klien akan dibantu oleh seorang psikolog, psikiater, dokter, ahli kebugaran, dan sebagainya sesuai dengan dimensi apa dari dirinya yang memerlukan bantuan. Tim dari berbagai disiplin ilmu ini tetap akan dikepalai oleh seorang konselor adiksi atau Chemical Dependency Counselor yang tetap akan menulis rancangan rawatan (Treatment Plan) utamanya.
Komponen-komponen berikutnya yang juga memainkan peran sebagai bagian dari Minnesota model adalah keterlibatan keluarga dan rekreasi atau kegiatan luar fasilitas dalam kelompok yang bersifat kebugaran. Anggota keluarga akan diminta partisipasinya dalam program keluarga di mana mereka pun akan diperkenalkan kepada penyakit adiksi ini dan bagaimana penyakit itu mempengaruhi mereka juga. Setelah itu, solusi dari masalah ini akan didiskusikan dan bahkan terapi yang berkelanjutan dengan si klien akan diadakan apabila dianggap perlu. Kegiatan luar atau rekreasi bagi klien digunakan sebagai satu cara untuk mengajarkan para klien bagaimana menikmati hidup tanpa narkoba dan alkohol. Semua kegiatan luar diadakan dalam bentuk kelompok, untuk mengajarkan kepada klien agar terbiasa untuk berinteraksi dalam kelompok sebagaimana program 12 Langkah diterapkan dengan berbasis kelompok.
Program Pemulihan 12 LangkahMembicarakan Minnesota model of treatment tidak akan pernah terlepas dari konsep 12 Langkah untuk pemulihan (12 steps recovery program). Metode 12 Langkah ini ditemukan di Amerika Serikat pada 1930an sebagai cara untuk para alkoholik agar dapat bertahan bersih dari alkohol, menjadikannya program pemulihan non-medis dan non-religi yang tertua di dunia. Para alkoholik ini kemudian membentuk komunitas bantu diri untuk memelihara kebersihan mereka dan saling mendukung dengan bertemu secara rutin, saling berbagi (pengalaman, kekuatan, dan harapan), dan menerapkan langkah-langkah itu kedalam kehidupan pribadi mereka sehari-hari. Komunitas ini menamakan diri mereka Alcoholics Anonymous (AA).
Kemudian pada 1953, beberapa anggota AA yang merasa bahwa metode 12 Langkah ini dapat membantu masalah kecanduan mereka dengan Narkoba memisahkan diri dan membentuk komunitas baru yang juga menggunakan metode 12 Langkah dan disebut sebagai Narcotics Anonymous (NA). Pada 2002, ada 20.000 lebih pertemuan NA yang terdaftar di 108 negara di seluruh dunia. Buku dan literatur dari program NA telah diterjemahkan kedalam 23 bahasa. Program AA bahkan menjangkau populasi yang lebih besar lagi, yaitu kira-kira 2 juta anggota aktif yang tersebar di 180 negara di dunia, dan literatur yang sudah diterjemahkan ke dalam 43 bahasa. Ini menjadikan AA dan NA sebagai komunitas pemulihan terbesar di dunia. Dukungan komunitas inilah yang diharapkan akan menjaga tingginya kesukesan klien yang menamatkan program rehabilitasi menggunakan Minnesota model.
Sebaliknya, sebuah pusat rehabilitasi yang ingin menerapkan model ini tidak akan dapat berbuat banyak apabila tidak didirikan di suatu tempat yang mempunyai komunitas 12 Langkah yang mapan. Karena sejak awal program, para klien sudah dibiasakan untuk menghadiri pertemuan 12 Langkah dan menggunakannya sebagai sarana pendukung pemulihannya. Bisa dibayangkan sulitnya menerapkan program ini tanpa adanya pertemuan dengan mutu dukungan yang baik dan anggota-anggota yang berpengalaman. Klien tidak akan mendapatkan “rasa” yang sesungguhnya dari komunitas 12 Langkah dan kemungkinan tidak akan tergugah untuk menggunakan program tersebut setelah ia keluar dari pusat rehabilitasi.
Keterbatasan Model IniDengan tim staf yang bersifat multidisciplinary seperti yang diterangkan di atas maka biaya perawatan akan menjadi sangat mahal, karena harus mempekerjakan cukup banyak staf ahli. Pendekatan yang bersifat client-centered (berpusat pada kepentingan klien) memberikan warna yang sedikit lebih “bebas” dari model rehabilitasi yang lain, karena klien dianggap sebagai partner dalam menentukan program rawatan dan kepentingannya diprioritaskan. Hal ini menyebabkan model ini hanya dapat efektif bagi jenis populasi klien yang tidak menunjukkan resistensi yang kuat dan bermotivasi tinggi. Dengan kata lain, tidak semua calon klien, terutama mereka yang menunjukkan penolakan kuat, dapat ditolong dengan menggunakan metode ini. Klien dengan tingkat pendidikan rendah juga termasuk golongan yang tidak sesuai karena banyak dari muatan program dan terapi yang membutuhkan kemampuan intelektual yang cukup. Penitikberatan pada profesionalisme staf juga menuntut adanya kelayakan staf yang sesuai, artinya mempunyai lebih dari sekadar pengalaman, tetapi juga pendidikan formal dan gelar yang memadai. Minnesota model di IndonesiaYayasan Bali Nurani (YBN) yang didirikan di Bali pada 2003 telah menerapkan komponen-komponen dasar dari model ini dengan segala keterbatasannya. Kendala utama tentunya adalah dari segi finansial dan sumber daya manusia (SDM). Untuk dapat menjalankan model ini secara keseluruhan akan memakan biaya yang cukup tinggi, dan konselor adiksi yang mempunyai gelar pendidikan formal di bidang ini juga masih sangat langka. Langkah yang ditempuh YBN untuk mengatasi hal ini adalah dengan bekerjasama dengan staf ahli dari luar pusat rehabilitasi, seperti psikiater, psikolog, dan sebagainya. YBN juga mempekerjakan seorang staf yang telah menamatkan program pendidikan di Hazelden Foundation dan staf inilah yang mengadakan in-house training kepada staf lain agar program perawatan memenuhi standard Minnesota model.
Bali merupakan lokasi ideal karena mempunyai komunitas AA dan NA terbesar di Indonesia, menyediakan jaringan dukungan yang siap menerima para klien setelah mereka menamatkan program. Keberadaan YBN akan menambah jenis pelayanan rehabilitasi narkoba yang tersedia bagi masyarakat, di mana sebelumnya metode TC, pendekatan agama, dan substitusi mendominasi. Bertambahnya pilihan ini merupakan perkembangan positif dalam dunia rehabilitasi di Indonesia, mengingat Minnesota model sudah lama digunakan di seluruh dunia kecuali disini, dan bahwa kecocokan seorang klien terhadap pendekatan tertentu juga sangat variatif. [b]
Andrei Simanjuntak, Recovery Unit Director di Yayasan Bali Nurani Denpasar dan MA in Addiction Counseling, Hazelden Foundation
Tolong!
Keponakan saya telah menjadi pencandu berat alkohol.
Mohon bantuan informasi untuk konselling / rehabilitasi / penyembuhan di Indonesia (kalau ada yang di Jakarta). Agama kami Roman Katolik.
Salam, Adie Santosa
Tolong dikasih tau mengenai biayanya,adik saya korban narkoba dan alkohol,dia berusaha untuk keluar dr dunia gelapnya.dan skg dia berada di bali,dan dia beragama katolik.kalo bs saya minta perincian biayanya.umurnya 32th,laki laki.terimah kasih.
wah, bagus banget nih model penanganannya. Apa di Indonesia cuma ada di Bali? apa ada di jakarta?