Ada berbagai cara untuk merespon perubahan iklim, misalnya dengan menghasilkan karya seni. Inisiatif Kulidan Space VCA Indonesia (Voices for Just Climate Action Indonesia) mendorong anak muda melek isu iklim melalui penayangan film dokumenter dan praktik seni cukil.
VCA Indonesia mengadakan acara nonton bareng di sejumlah daerah Indonesia. Bali khususnya di Kulidan Space, Guwang, Gianyar, jadi salah satu daerah nonton bareng bertajuk Climate Witness, Langkah Adil untuk Bumi.
Ada empat film yang diputar pada Kamis (11/07) di lapangan rumput Kulidan Space. Berbagai kisah inspiratif dari para warga dalam merespon perubahan iklim. Seperti pelestarian bakau, pangan lokal, air dan pertanian.
Melalui empat film itu, I Komang Adiartha pendiri Kulidan Kitchen & Space mengupayakan pelatihan dan pameran cukil. “Teknik cukil sejarahnya terkait gerakan sosial, waktu cetak merdeka atau mati, cukil sangat mewakili visual gerakan aktivisme,” ujar Adiartha pada Kamis (11/07) di Kulidan Kitchen & Space.
Adi lanjut menjelaskan beberapa negara aktif menggunakan kesenian sebagai sarana penyampaian isu. Filipina misalnya menggunakan kartun sebagai kritik atas isu politik. Sedangkan, di Indonesia gerakan petani menggunakan cukil sebagai media aktivisme. Slogan yang masih digunakan hingga sekarang yaitu tanah untuk rakyat.
Sebanyak 12 orang dari berbagai disiplin ilmu terlibat menghasilkan karya cukil. Selain membuat cukil, peserta dibekali tips untuk membuat pameran untuk seni cukil, Adiartha berperan sebagai pelatih. Pelatihan telah berlangsung pada Jumat (05/07) lalu di Kulidan Kitchen & Space.
Pameran akan berlangsung seminggu
Pameran cukil telah dibuka Kamis, 11 Juli 2024. Adiartha mengungkapkan, pameran ini akan berlangsung selama seminggu. Pengunjung pameran dapat membawa baju kaos polos maupun tas polos untuk dicetak dari hasil cukil 12 seniman. Setiap cukil seharga Rp200 ribu. Bagi Adiartha ini akan menjadi semangat berkesenian dan apresiasi bagi pembuat cukil.
Pengunjung dapat menghubungi instagram @kulidan.space agar membuat janji dengan seniman cukil. Ayu Bindhu Dita Agustini akrab disapa Yubin adalah mahasiswa seni ISI Denpasar adalah salah satu peserta pelatihan dan pameran cukil. Meskipun belum menyentuh mata kuliah cukil, Yubin mengaku bersemangat untuk mengikuti pelatihan dan pameran cukil.
Yubin menerjemahkan film yang berkaitan dengan pelestarian bakau. Dibandingkan dengan karya lainnya, Yubin memilih fokus ke tanaman bakau karena mendalami seni melukis pohon/tanaman. Yubin adalah satu dari empat orang perempuan yang mengikuti pelatihan dan pameran cukil ini.
Ada beberapa alat dan bahan yang harus dipersiapkan dalam membuat cukil. Di antaranya papan lunak sebagai media pahat, pahat cukil, cat aspal, thinner, papan untuk mencampur warna, dan kain maupun kertas untuk mencetak cukil.
Adiartha berharap pelatihan dan pameran cukil ini dapat berlanjut dengan merespon dan menyuarakan isu-isu lainnya.