Berbicara tentang e-commerce Indonesia, kita berada pada posisi dekat-dekat jauh.
Dibilang Indonesia sudah siap untuk e-commerce, iya apabila dilihat dari perkembangan pengguna internet. Banyak yang berpandangan bahwa pengguna internet Indonesia sudah matang dan sudah siap menyongsong e-commerce yang sebenarnya.
Namun, pandangan yang berseberangan meragukan bahwa Indonesia sudah siap menyongsong era e-commerce.
250 Juta Penduduk, 37,2 Persen Pengguna Internet
Dalam beberapa seminar, workshop, pameran internet dan sejenisnya yang sempat saya ikuti, selalu disuguhi statistik perkembangan jumlah pengguna internet yang mencengangkan. Pada akhir tahun 2013 jumlah pengguna internet Indonesia sebanyak 71,19 juta[1] dan diramalkan akan mencapai 93 juta pada tahun 2015.
Persentase 37,2 persen dari total jumlah penduduknya, bukan jumlah yang kecil. Apalagi 58 persen dari total 93 juta pengguna itu adalah generasi muda yang “native digital”, generasi yang lahir pada zaman ketika internet bukan lagi barang baru.
Setengah dari jumlah pengguna itu adalah orang yang bekerja dan termasuk dalam kategori kelas menengah. Ditunjang oleh pendapatan domestik bruto (PDB) Indonesia yang mencapai 5,27 persen, internet Indonesia berkembang sangat pesat!
Smartphone Bukan Lagi Barang Mewah
Bukan hal aneh lagi ketika melihat warga Indonesia memegang 2 atau 3 smartphone. Blackberry, iPhone, Android dan kadangkala menenteng tablet. Smartphone bukanlah barang mewah lagi bagi banyak kalangan menengah di Indonesia, pun paket data internet telah menjadi kebutuhan primer berikutnya setelah kebutuhan sandang, pangan dan papan terpenuhi.
Diperkirakan pada tahun 2015, jumlah pengguna mobile akan mencapai 179 juta orang dan 71 juta orang dari pengguna itu akan terhubung dengan internet lewat smarphone. Dari total pengguna smartphone itu didominasi oleh Android (53persen), Blackberry (35 persen), Apple iOs (4 persen).
Masyarakat Indonesia Penggila Social Media & Instant Messenger
Ada ungkapan yang sering tersebar di media social, orang Korea hebat bisa membuat KakaoTalk. Orang China hebat bisa membuat Line, dan Orang Kanada hebat bisa membuat Blackbery Messnger. Tapi orang Indonesia jauh lebih hebat karena punya waktu untuk menggunakan semua model layanan Instant Messenger itu.
Dalam hal instant messaging, masih didominasi oleh BBM. Ketika RIM mengumumkan akan membuat aplikasi BBM yang bisa dipakai pada operating system berbasis Android dan iOS, ini adalah berita paling menggembirakan bagi pengguna internet Indonesia.
Pengguna media social Indonesia termasuk loyal dan berkembang pesat. Menurut data eMarketer, tahun ini diperkirakan pengguna media social akan mencapai 80 juta atau hampir 95 persen dari total pengguna internet. Pengguna media social didominasi oleh Facebook dan Youtube.
Tidak heran, karena saking gemarnya akan bergaul dan hiburan, dua media social ini paling digandrungi oleh masyarakat.
Apakah Kita Siap untuk E-Commerce?
Melihat statistik perkembangan jumlah pengguna internet di atas, rasanya mustahil mengatakan bahawa masa depan e-commerce Indonesia masih jauh. Sayangnya, prediksi kita akan perkembangan e-commerce Indonesia mungkin meleset jauh bila hanya berpatokan pada statistic pengguna internet. Ternyata perkembangan e-comerce tak berjalan lurus dengan perkembangan pengguna internet.
Salah satu penanda lesunya perkembangan e-commerce Indonesia adalah kebangkrutan Multiply. Penanda lainnya adalah, meski pengguna internet Indonesia cukup banyak, pemain-pemain e-commerce besar seperti eBay atau Amazon belum berani berinvestasi di Indonesia.
Meski banyak situs-situs sejenis yang muncul belakangan, performanya belum mencapai target yang direncanakan. Pemain-pemain e-commerce ini belum bisa mendulang sukses seperti yang diharapkan. Lihatlah, bagaimana Tokobagus harus mengedukasi konsumen lewat iklan TV atau surat kabar. Aneh kita melihat jika kita mengatakan bahwa e-commerce kita berkembang pesat tapi model advertisingnya masih model konvensional lewat televisi atau Koran.
Lalu apa sebenarnya masalah terbesar e-commerce Indonesia?
Sistem pembayaran dan distribusi. Keterbatasan pemilik kartu kredit, dan pengiriman yang belum bisa dipercaya sepenuhnya oleh pelanggan. Pelanggan lebih memilih model pembayaran cash on delivery (COD) atau transfer antar bank ketika melakukan transaksi. Banyaknya took online palsu yang menipu pelanggan menambah jarak masyarakat untuk percaya sepenuhnya pada e-commerce.
Beberapa situs seperti Kaskus telah mengembangkan system pembayaran KasPay yang memudahkan penggunanya melakukan transaksi lewat Kaskus Jual Beli. Atau iPaymu yang membuat system escrow, dimana dana masih mengendap di sistem mereka sampai transaksi selesai dan kedua belah pihak yang bertransaksi bersepakat bahwa transaksi sudah berjalan dengan baik.
Masih jauh kan? Tapi melihat perkembangan beberapa website ini: Lazada Indonesia, Zalora Indonesia, Berrybenka,PinkEmma, Bilna, Plasa, Reebonz, LivingSocial, dan FoodPanda, sementara kita buang dulu asumsi bahwa pasar e-commerce Indonesia stagnan. Beberapa situs e-commerce ini telah mencatat penjualan yang cukup menggembirakan.
Nah, kita saat ini bisa mengatakan bahwa e-commerce Indonesia masih dekat-dekat jauh. Tapi kita tak pernah bisa melakukan prediski akurat akan perkembangan internet. Mari kita tunggu, mungkin dalam satu tahu ke depan tulisan ini sudah tidak relevan dengan kondisi saat itu. [b]
[1] http://www.merdeka.com/teknologi/jumlah-pengguna-internet-indonesia-capai-7119-juta-pada-2013.html
[2] Gambar diambil dari: http://stefanini.com/en/2014/03/e-commerce-make-webshop-jump/