Oleh Anton Muhajir
Pawai Pesta Kesenian Bali (PKB) kali ini agak berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Biasanya, pawai pembukaan itu diadakan di Renon dengan rute mengelilingi lapangan, kini pawai tersebut digelar di sekitar Puputan Badung, Denpasar.
Sabtu (13/1) hari ini, pawai tersebut digelar dengan rute mulai dari jalan Surapati, di depan rumah jabatan gubernu Bali ke arah timur sampai jalan Nusa Indah melewati jalan Hayamwuruk. Peserta pawai berhenti di Art Centre, tempat pesta kesenian selama satu bulan ini digelar.
Selain jalur, panggung pejabat yang menonton juga berbeda. Pada PKB tahun-tahun sebelumnya, panggung utama itu hanya ada satu. Posisinya di depan monumen perjuangan rakyat Bali “Bajra Sandhi” Renon. Di panggung tersebut ada pejabat negara mulai presiden sampai bupati. Semuanya tumpek blek di satu itu.
PKB ke-33 ini berbeda. Ada tiga panggung untuk para pejabat negara ini. Satu di dekat jalan Surapati, di sekitar wantilan banjar Kayu Mas. Panggung utama ini tempat di mana gubernur Bali berada bersama jajarannya. Satu panggung lain berada di sekitar 1 km timur panggung pertama, di sekitar Pasar Kreneng. Satunya lagi di dekat jalan Nusa Indah. Makin ke timur, makin rendah jabatan orang yang duduk di panggung tersebut.
Adanya tiga panggung ini menguntungkan juga. Sebab peserta pawai jadi lebih termotivasi untuk tampil sepanjang jalan sekitar 2 km ini. Kalau di PKB sebelumnya kan cuma ada satu panggung utama. Begitu selesai tampil di depan panggung utama, para peserta biasanya seperti sudah merasa klimaks. Mereka tak begitu semangat lagi tampil di depan penonton lain selain pejabat. Padahal bukannya PKB lebih ditujukan untuk warga, bukan pejabat..
Nah pada pawai kali ini, para peserta lumayan aktif. Sebab ketika lewat di depan panggung, mereka pasti akan menampilkan keseniannya. I Made Santha, Kepala Bidang Kesenian dan Perfilman Dinas Kebudayaan Bali mengatakan bahwa PKB tahun ini memang mengalami perubahan format. Atraksi seni dari seniman akan berlangsung sepanjang jalan, tak hanya di tiga panggung kehormatan. “Ini permintaan seniman dan memecah konsentrasi penonton,” katanya.
Hal lain yang terasa berbeda adalah peserta pawai dan atraksi yang ditampilkan. Kesenian yang tidak mainstream sepertinya lebih banyak. Kesenian tidak mainstream yang saya maksud itu misalnya bondres, permainan tradisional, sampai tiruan sumo jepang. Ini kan seni-seni yang selama ini mungkin kurang diangkat sebagai bagian dari seni tradisi Bali apalagi dalam konteks pariwisata. Beda misalnya dengan tari kecak, janger, dan semacamnya.
Ini kali pertama kali saya lihat ada anak-anak main enggrang ikut pawai PKB. Juga anak-anak menyeret temannya dengan pelepah daun palem. Ada pula permainan anak-anak naik kebo, makebo-keboan, yang dulu kerap dilakukan anak-anak di sawah untuk menyambut panen.
Ada pula anak-anak yang berdandan seperti pemain sumo, gulat khas khas Jepang. Anak-anak peserta dari Jembrana itu dikuncir ala samurai, mengenakan cawat ala pemain sumo. Ini menggambarkan dekatnya hubungan Jembarana dengan Jepang.
Tapi masih banyak juga peserta pawai yang lebih tepat diikutsertakan lomba berbusana pakaian adat daripada ikut pawai PKB. Soalnya mereka berpakaian adat tanpa menunjukkan atraksi apa pun. Hanya berjalan dengan pasangan layaknya peragaan busana untuk ke pura. Kurang tepat saja sih rasanya mereka tampil di pembukaan PKB.
PKB tahun ini bertema Mulat Sarira, yang kurang lebih berarti introspeksi diri. Sedangkan pawainya bertema Bhawacakra yang berarti roda kehidupan. Karena itu, peserta pawai menampilkan karya yang menggambarkan siklus kehidupan. Misalnya kelahiran (utpeti), kehidupan (stiti), dan kematian (pralina). Siklus kehidupan ini direfleksikan dengan seni tari, gerak, dan musik dalam pertunjukkan berjalan.
Peserta pawainya ada 17 daerah dari Bali, Kalimantan, Jawa, Lombok, dan daerah lain. Adapun peserta dari luar negeri yang ikut pawai hanya dari Jepang. Padahal peserta PKB dari negera lain ada Amerika Serikat, India, Taiwan, Jepang, Mexico, dan Thailand.
PKB kali ini akan menampilkan sekitar 180 pertunjukkan dengan partisipasi sekitar 14 ribu seniman. Pagelaran akan dilaksanakan reguler dari pagi hingga malam hari di Taman Werddhi Budaya Arts Center Denpasar. Dari luar negeri selain Jepang, juga akan tampil seniman Amerika Serikat, Taiwan, Thailand, Mexico, dan India.
Hal lain yang terasa adalah pawai tanpa presiden. Pada tahun-tahun sebelumnya, PKB hampir selalu dibuka oleh presiden pada saat pawai. Tapi kali pembukaan PKB justru diadakan setelah pawai. Pembukaan PKB pada malam hari itu dilakukan oleh presiden. PKB sendiri akan digelar selama satu bulan ke depan dengan lokasi di Art Centre jalan Nusa Indah.
Menurut Kadek Suardana, pendiri Arti Foundation yang terlibat merumuskan format, PKB tahun ini memang memberikan porsi besar pada pagelaran seni tradisi. Misalnya angklung tradisi, calonarang kombinasi tektekan, Joged Pingitan, dan topeng klasik. Komposisinya 60 persen seni pelestarian dan 40 persen pengembangan yakni kreasi dan kontemporer.
Ia mencontohkan salah pagelaran The Amazing Bedoyo-Legong Calonarang yang dibuat oleh Retno Maruti dan Bulan Trisna Djelantik, yang akan pentas pada Minggu malam, 5 Juli.
Sejumlah agenda pertunjukan dari seniman luar negeri adalah tarian khas Jepang dari SOEI Production TV Japan, College of The Holy Cross Departement of Theatre Amerika Serikat, pertunjukan Tainan National University of Arts. Selain itu wayang dan tari Meksiko oleh Lucia mendoza dan Carla Pedroza, Indian Cultural Center, dan lainnya. [b]
Turut serta melestarikan budaya
Pesta Kesenian Bali ya?
Ndak pernah datang untuk menonton pertunjukan seninya. Soalnya, saya perhatikan, kebanyakan orang malah cuma pengen datang dan nongkrong di pasar kagetnya. Bukan ke pentas seninya. Hehe!
Di Jogja juga lagi ada Festival sejenis bulan ini.
Untung juga ya Prof. Ida Bagus Mantra (almarhum) mencetuskan ide buat Pesta Kesenian Bali ini karena dengan PKB ini tentunya kebudayaan bali ga akan punah. Dengan adanya PKB para sekeha atau seniman terus latihan untuk tampil maksimal di di PKB tahun depan. Mungkin pak Prof. Ida Bagus Mantra sudah meramal kalo tahun-tahun belakangan ini banyak budaya kita yang diakui negara lain, untuk itulah beliau membuat Pesta Kesenian Bali.
salam
ekaBelog
Om Swastyastu
PKB sungguh luar biasa, yang mana merupakan ide dari Bapak Prof Mantra, wajar juga namanya saja Mantra mampu meneropong sebelum kejadian, namun saya hanya bisa berbahagia mendengar PKB lagi dilaksanakan karena saya sekarang lagi cari nasi di Bumi Sriwijaya Palembang, dan semoga cepat balik ke Bali, salam ama semua teman-teman lewat goresan ini
Om Santih, Santih, Santih Om
Nanang Sorga