Oleh Anton Muhajir
Tidak ada buah-buahan impor di gebogan, rangkaian buah sebagai persembahan dalam upacara Hindu, Kadek Andariani pada Galungan, Rabu (18/3) kali ini. Padahal warga Desa Ngis, Kecamatan Manggis, Karangasem itu biasanya selalu memilih buah mahal dalam gebogan tersebut. Apel impor merk Guan Juan, jeruk Sunkist, buah pir, serta anggur hijau harus selalu dia sediakan tiap Galungan.
Tahun-tahun sebelumnya, buah mahal jadi pilihan bagi Kadek sebagai bahan dalam gebogan. Namun kali ini tidak. “Cukup pakai buah lokal. Biar misi-misi doen (ada isinya saja),” katanya.
Hal yang sama juga terjadi pada I Gede Bendesa, tetangga Kadek. Biasanya Gede selalu menyajikan buah impor di gebogan saat Galungan dengan lengkap: apel, buah pir, anggur, dan jeruk. Tiap jenis buah dia beli sampai 2 kg meski harga per kilogramnya sampai Rp 20 kg. “Tidak apa-apa mahal kan buat sembahyang,” katanya.
Namun seperti halnya Kadek, Galungan kali Gede juga harus mengganti buah-buah mahal yang selalu ada dalam gebogannya. Kali ini dua pakai buah lokal jeruk, salak, dan buah rambutan. Dua warga Desa Ngis itu mengaku mengganti menu buah impor dengan buah lokal karena alasan yang sama: krisis akibat Koperasi Karangasem Membangun (KKM).
Kadek dan Gede adalah dua dari sekitar 61 ribu korban KKM, koperasi berkantor di Karangasem yang menggunakan Skema Ponzi dalam menjalankan koperasinya. Koperasi ini menjanjikan nasabahnya akan untung sampai 150 persen dalam waktu empat bulan.
Februari lalu, Polda Bali menyatakan KKM telah melakukan penipuan pada warga. Direktur KKM Gede Putu Kertia dan Manajer KKM I Nengah Wijanegara sudah ditetapkan sebagai tersangka dan mengakui kesalahannya.
Setelah pengurusnya ditangkap, uang nasabah KKM tidak kembali. Ini pula yang terjadi pada Kadek dan Gede. “Gara-gara KKM kami jadi kena krisis,” kata Gede.
Gede yang juga guru di salah satu SD Negeri di Karangasem itu menjadi nasabah KKM sejak November tahun lalu. Awalnya dia menginvestasikan uangnya Rp 10 juta. Februari lalu, uangnya sudah kembali jadi Rp 12,5 juta. Namun semua uang itu ditambah dengan tabungannya kembali diinvesitasikan sampai Rp 20 juta.
Istri Gede, Ni Wayan Darni, juga berinvestasi Rp 6,5 juta. Ketika semua uang itu belum kembali, KKM sudah keburu ditutup oleh polisi. Gede pun kehilangan Rp 26,5 juta.
Adapun Kadek kehilangan uang yang lebih sedikit, Rp 5 juta, dibandingkan Gede. Namun, bagi peternak ayam ini, uang tersebut sudah banyak. “Maunya biar bisa beli motor buat anak, eh, malah duitnya hilang,” ujar Kadek.
Kini mereka harus merayakan Galungan dalam suasana lebih sederhana. Tidak hanya buah impor yang berganti buah lokal, daging babi yang digunakan dalam Penampahan, ritual potong babi sehari menjelang Galungan, pun berkurang.
“Biasanya kami bisa beli sampai dua ratus ribu rupiah. Sekarang kanggoang (cukuplah) seratus ribu gen (saja),” kata Gede..
Begitu pula Kadek. Tiap Galungan dia ikut melakukan nampah, motong babi bersama-sama, dengan tetangga. Satu ekor babi seharga sekitar Rp 1,5 juta itu dibeli bersama oleh 10 orang untuk kemudian dibagi-bagi. “Sekarang cukuplah beli sendiri di pasar. Satu kilo saja buat banten (sesajen),” tambahnya.
Meski demikian, kemeriahan lain yang mengikuti Galungan tetap tidak terpengaruh. Salah satunya tajen yang dilakukan usai sembahyang. Sekitar 500 orang masih memenuhi tempat tajen di Desa Sedahan, Kecamatan Manggis, siang kemarin. Mereka ikut bertaruh atau sekadar menonton sabung ayam khas Bali tersebut.
“Sepertinya tidak ada pengaruh, sih. Krisis tidak krisis tajen jalan terus. Buktinya masih banyak orang,” kata Komang Joker salah satu bebotoh di Sedahan. Menurut Komang ditutupnya KKM tidak berpengaruh pada meriahnya tajen siang. Nilai uang taruhan juga masih seperti biasa, antara Rp 1 juta sampai Rp 5 juta.
Joker, misalnya, siang itu kalah taruhan Rp 1 juta. “Namanya juga judi. Kalah menang itu biasa,” katanya santai. [b]
Makanya jadi orang jangan serakah. Sekarang, nikmati aja akibatnya. Kanggoang kasih buah busuk di gebogan..
Sampai sejauh itukah imbasnya?
Tapi kalo udah menganggap itu sebuah perjudian, mau gimana lagi?
Judi kadang membutakan…
mari kita maafkan orang-orang yang telah menipu kita…orang-orang yang telah berbuat jahat pada kita..
besarkanlah maaf, besarkanlah cinta dan kasih yang ada dalam hati kita..
mudah-mudahan kehidupan kita ke depan menjadi lebih baik dan bermakna..