Pandemi memberi waktu bagi laut untuk beristirahat meski hanya sementara.
Aktivitas pariwisata kelautan di Wakatobi, Sulawesi Tenggara lumpuh total akibat pandemi COVID-19 sejak akhir tahun 2019. Namun, sebagian warga justru menjadikannya sebagai momentum membenahi upaya pelestarian hiu sirip hitam agar laut lebih seimbang.
Lesunya penjualan trip tidak membuat Sariono dan anggota Forum Pesisir Wakabibika (FPW) lain patah arang. Malahan mereka memanfaatkan kekosongan ini untuk melakukan kerja-kerja konservasi laut.
Mariadi dan beberapa anggota lain contohnya, terus menerus melakukan monitoring dan pendataan hiu. FPW mencatat telah melakukan 81 kali penyelaman untuk dua kegiatan itu. Hampir di setiap penyelaman, hiu sirip hitam kerap terlihat berombongan mencari makan di antara terumbu karang.
“Di kedalaman 20 meter kami melakukan monitoring selama 20 menit, kemudian naik ke kedalaman 12 meter melakukan monitoring selama 10 menit, kemudian naik ke kedalaman 10 meter,” papar Mariadi.
Selain hiu, ia dan timnya juga memonitoring ikan-ikan lain seperti ikan pari di dua titik lokasi monitoring yang saling berdekatan, yaitu shark point dan ranger.
Untuk kelangsungan ekosistem hewan-hewan itu, mereka juga melakukan pemantauan tutupan karang yang menjadi habitat utama dan sumber makanan hiu.
Mari menjelajahi Wakatobi bersama Riza Salman, jurnalis lokal penerima beasiswa Anugerah Jurnalisme Warga (AJW) 2021, untuk melihat bagaimana Pandemi Tak Menghentikan Konservasi di Wakatobi. [b]