Gerakan Peduli Sampah merupakan program Manik Bumi Foundation setiap tahun.
Tahun ketiga ini GPS digelar dengan konsep dan tema acara berbeda dari tahun sebelumnya. Pada Gerakan Peduli Sampah 1 & 2 diadakan di sepanjang Tukad Buleleng hingga eks. Pelabuhan Buleleng.
Tahun ini, Gerakan Peduli Sampah hanya dilaksanakan di Tukad Buleleng yang melintasi Kampung Singaraja dengan menggunakan Kampung Singaraja sebagai Pilot Project Program Sarase yang disebut “Dangin Peken Eco Program” yang disebut dengan Dapcom.
Dapcom merupakan rangkaian acara yang terdiri dari soft launching, kegiatan bersih-bersih rutin, penataan kampung hijau dan pengelolaan sampah dan puncak acaranya yakni Gerakan Peduli Sampah Jilid III.
Eco Program merupakan sub program dari program besar Manik Bumi Foundation yaitu Sampah, Aku, Rumah, Air, Sungai dan Ekonomi (SARASE). Dalam program ini Manik Bumi menyasar pada kampung hijau atau Kampung SARASE yang diterapkan di berbagai wilayah perkampungan di Kota Buleleng.
Untuk mewujudkan kampung hijau, Manik Bumi memilih Kampung Singaraja sebagai bagian dari Eco Program pertama. Jika terapan tersebut berhasil, harapannya kampung lain di Buleleng dapat mencontoh model pengelolaan sampahnya di kampung tersebut.
Dalam terapannya, Eco Program ini dibagi menjadi empat tahapan, di mana setiap tahapan tersebut memiliki indikator keberhasilannya masing-masing. Untuk tahap pertama meliputi membudayakan masyarakat agar dapat membuang sampah pada tempatnya dan menjadikan hal tersebut sebagai gaya hidup kekinian.
Apabila masyarakat sudah melampaui tahap pertama, tahap selanjutnya yaitu masyarakat mampu memilah sampahnya sendiri seperti memisah sampah organik dan anorganik. Tahapan selanjutnya yakni urban farming dan terakhir masyarakat bisa menciptakan industri kreatif melalui sampah yang mereka pilah.
Atas dasar komitmen dan kepeduliannya terhadap lingkungan hidup, Manik Bumi Foundation menyumbang 22 drim sampah, 2 kretek sampah, 2 Arko dan sapras untuk pengelolaan sampah di Kampung Singaraja. Sebelum ide menyumbang drim dan kretek sampah ini muncul, Manik Bumi telah melakukan sosialisasi di Kampung Singaraja yang dihadiri Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan, Lurah Kampung Singaraja, dan tokoh-tokoh masyarakat lainnya terkait sistem pengelolaan sampah dan mendapatkan respon positif dari berbagai elemen masyarakat.
Pemberian drim dan kretek sampah ini memiliki bertujuan agar rumah-rumah di kawasan Kampung Singaraja mampu membuang sampahnya ke tempat yang telah disediakan dan tidak membuang limbah rumah mereka ke sungai. Sebab, sungai merupakan sumber daya alam paling vital bagi makhluk hidup di muka bumi.
Dalam realisasinya, Manik Bumi tidak hanya memberikan drim dan kretek sampah saja tanpa mengatur manajemen pengelolaannya. Dari petugas sampah yang bertindak sebagai penjemput sampah dari rumah-rumah yang tersebar di Kampung Singaraja hingga sistem pemberian upah mereka yang telah disepakati oleh Lurah dan masyarakat setempat telah diatur dengan baik.
Pada pelaksanaan Gerakan Peduli Sampah ketiga ini, Manik Bumi menggandeng siswa-siswi dari beberapa sekolah yang tersebar di Singaraja untuk dapat membudayakan “Menyampah dengan Bijak”. Harapannya agar budaya membuang sampah pada tempatnya dapat dijadikan sebagai gaya hidup generasi muda dan masyarakat mampu berpartisipasi dalam mengampanyekan kebersihan lingkungannya masing-masing secara berkeseninambungan serta mengedepankan perhatiannya terhadap alam.
Manik Bumi juga mengajak siswa-siswi untuk memungut sampah dan memperkenalkan sungai di Tukad Buleleng yang melintasi Kampung Singaraja di pagi hari. Tujuannya agar mereka dapat menjaga kelestarian sungai supaya bersih dari sampah khususnya sampah plastik yang dapat merusak ekosistem dan habitat alam yang ada di sekitar sungai.
Selain itu, para siswa dan siswi Sekolah Dasar diajak untuk mengikuti lomba menggambar dengan tema lingkungan hidup. Untuk siswa se-tingkat SMP dan SMA Manik Bumi mengajak mereka untuk mengetahui teknik seni mengubah sampah plastik menjadi karya seni yang memiliki nilai berharga yang akan dimentori langsung oleh seniman Made Bayak dan kartunis Dieant melalui workshop “Plastikologi”.
Para guru pendampingnya pun diberikan sosialisasi terkait Gerakan Peduli Sampah agar dapat diterapkan di sekolah-sekolah yang mereka bina. Ketiga acara tersebut berlangsung di Gedung Sasana Budaya sejak pukul 06.30 Wita hingga pukul 13.15 Wita.
Pada sore harinya, Manik Bumi menggelar kumpul dan dialog bersama beberapa komunitas di Kabupaten Buleleng dengan topik terkait kenal sungai dan tingkat pencemaran sungai oleh fasilitator Manik Bumi Foundation di Gedung Sasana Budaya.
Sebagai penutup acara, pada malam harinya Manik Bumi memberikan suguhan pertunjukan seni berupa musik dan teater yang akan disemarakkan oleh Nosstress, Relung Kaca, seniman teater dari Bandung, Creamer Box oleh Bob Teguh dan live drawing oleh kartunis Dieant di primary hall Sasan Budaya Singaraja.
Manik Bumi merupakan yayasan pemberdayaan masyarakat di lingkungan pemukiman untuk meningkatkan kesadaran, kreativitas, keahlian dan bakat individu agar mampu mengelola sampah dengan serius, bjiak dan berkelanjutan. Berpikir kreatif untuk menciptakan inovasi baru dengan menjadikan sampah sebagai sumber daya untuk menghasilkan karya kreatif yang berkualitas dan berdaya saing global sehingga bisa meningkatkan kesejahteraan dan kesehatan yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan. [b]
Comments 1