Ketergantungan manusia terhadap teknologi sangat tinggi.
Hampir semua kegiatan manusia telah menggunakan teknologi, termasuk ponsel pintar (smartphone). Namun, tahukah kita bahwa barang yang kita kantongi setiap hari itu juga telah “mencuri” data-data pribadi kita?
Lalu, data itu digunakan untuk apa saja? Dan, bagaimana sikap yang seharusnya terhadap perkembangan teknologi ini?
Berikut akan saya ulas beberapa ilmu yang telah saya dapat dari Kelas Asik Teknologi Informasi (KASTI) bersama Anton Muhajir, Relawan SAFENET dan Sloka Institute serta I Gede Putu Krisna Juliharta, ST, MT, Ketua Relawan TIK Bali, Ketua Program Studi Sistem Informasi STMIK Primakara.
KASTI berlangsung pada Sabtu, 15 Oktober 2016 lalu di Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer (STMIK) Primakara Denpasar.
Percaya atau tidak, selama ini kita telah diintai dengan berbagai cara. Rupanya banyak data tentang diri kita sendiri yang secara sukarela kita serahkan kepada perusahaan raksasa internet seperti Google, Facebook, Twitter dan lainnya.
Apa kegunaan data itu untuk kita dan mereka?
Data tersebut ditujukan untuk mengimprovisasi beberapa aspek. Misalnya menganalisis kebiasaan Anda, menambah akurasi mesin pencarian, dan memberikan iklan yang tepat untuk Anda. Anda bisa membayangkan bahwa kini teknologi ini jauh lebih tahu siapa diri Anda sebenarnya daripada diri Anda sendiri.
Lalu, informasi apa saja sih yang tanpa sadar telah kita berikan kepada dunia maya dan terus berlanjut tanpa kita mengetahuinya? Setelah diperiksa ternyata beberapa hal ini memang dilakukan tanpa sepengetahuan kita dan memang benar direkam.
Ternyata area yang telah Anda kunjungi dapat terlihat dari peta (klik gambar untuk cara menemukannya).
Hal apalagi yang direkam untuk mengetahui aktivitas kita di dunia maya? Ternyata mereka juga mengetahui aktivitas kita di internet dan bahkan di smartphone kita sendiri.
Bahkan mereka tahu aplikasi apa dan waktu dari kita mengaksesnya. Klik gambar untuk cara menemukannya. Maka, tidak ada lagi rasa aman untuk menggunakan perangkat milik sendiri karena kita telah “dimata-matai”.
Kemudian bagaimana cara kita menghadapi keamanan digital dan menjaga privasi di Internet ini? Anton Muhajir menawarkan strategi berikut.
Pertama, kurangi.
Kita sebaiknya mengurangi penyebaran informasi pribadi kita dalam dunia maya. Misalnya alamat rumah, siapa saja keluarga Anda, pekerjaan, dan status.
Sehingga setidaknya kita telah meminimalisir hal yang tidak diinginkan terjadi pada kita seperti pencurian dan penculikan dengan memberikan informasi mengenai diri kita di dunia maya.
Kedua, kendalikan.
Semua layanan berbasis online pada umumnya memiliki pengaturan privasi. Kita dapat mengatur dan mengendalikan apa saja yang ingin kita bagikan dan kepada siapa saja kita ingin membagikan konten tersebut. Lakukan re-check pada pengaturan privasi dari media sosial dan perangkat anda secara berkala.
Matikan fungsi lokasi apabila tidak digunakan dan usahakan hindari untuk mengumbar informasi pribadi Anda di dunia maya.
Ketiga, lindungi.
Semua aspek kegiatan kita di dunia maya harus dilengkapi dengan password. Buatlah password Anda untuk mudah diingat dan seunik mungkin. Karena telah terbukti apabila membuat password hanya dengan karakter alfabet saja dapat dibobol dengan waktu yang lumayan singkat.
Jadi pastikan Anda sudah menggunakan sistem alfanumerik dalam password. Menurut Krisna, sebenarnya aspek inilah yang paling penting karena sebenarnya kecerobohan dapat timbul dari diri kita sendiri. Jadi amankanlah password Anda dan jangan pernah menulis password atau memberikannya kepada orang lain.
Kejelian kita terhadap segala sesuatu yang kita lakukan di dunia maya juga sangat penting. Sebagai contoh adalah pastikan media sosial yang Anda gunakan telah menggunakan protokol yang aman yakni HTTPS. Anda dapat lihat pada URL bar dari browser kita.
Keempat, bersembunyilah.
Karena beberapa website dan sosial media dapat mengetahui lokasi dan alamat IP anda maka usahakan gunakanlah salah satu fitur yang terdapat pada browser Anda yakni Incognito Mode. Incognito Mode ini tidak akan menyimpan history, cookies, search history, dan temporary files.
Setidaknya anda akan merasa lebih Aman apabila berselancar di dunia maya dengan menggunakan browser dengan mode ini.
Selanjutnya untuk mengamankan instant messaging Anda dapat digunakan instant messaging yang telah mengaplikasikan enkripsi end to end dalam sistemnya seperti LINE dan Whatsapp.
Kelima, gunakanlah alternatif.
Menggunakan alternatif dari mesin pencarian dan sistem navigasi Anda bukanlah sebuah pilihan yang buruk misalnya Anda dapat mencoba menggunakan DuckDuckGo untuk mengganti mesin pencarian dan Garmin sebagai navigasi Anda. Kini Google Maps juga sudah tersedia dalam mode offline dengan mendownload area tertentu yang ingin Anda lalui.
Dari cerita tadi diharapkan kita lebih bijak mengelola teknologi itu sendiri di mana sebenarnya kita telah diawasi. Namun, itu kembali pada diri kita sendiri untuk diingatkan menjaga privasi dan segala sesuatu yang kita lakukan melalui internet.
Kita yang harusnya menggunakan internet dan jangan biarkan internet menggunakan kita. [b]
Mantaps…..
Kala menjelajahi dunia maya, pastikan mesin perambahnya sudah menggunakan privacy badges, sebuah instrumen tambahan pada mesin perambah yang biasa kita gunakan. Instrumen ini akan memberikan informasi terkait lalu lintas akses yang kita lakukan ketika berselancar di internet. Secara otomotis akan menginformasikan incoming dan outgoing acces pada layar kanan atas.