Tak satu pun kursi tersisa di dalam pesawat.
Tujuh puluh kursi dalam penerbangan Garuda bernomor GA 4026 dengan jurusan Denpasar ke Ende via Labuan Bajo Selasa pekan lalu penuh dengan turis asing.
Begitu mendarat di Bandara Komodo, Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT) hanya tersisa lima penumpang di pesawat tipe ATR 72-600 tersebut.
Setelah belasan penumpang baru, sebagian besar turis asing, dari Labuan Bajo masuk, penerbangan berlanjut ke tujuan selanjutnya ke Ende dan Kupang.
Hal serupa terjadi dalam penerbangan kembali dari Ende ke Bali via Labuan Bajo tiga hari kemudian. Dari Bandara Hasan Aroeboesman di Ende ke Labuan Bajo, hanya ada sekitar 10 penumpang. Namun, pesawat langsung terisi penuh ketika melanjutkan penerbangan dari Labuan Bajo ke Denpasar. Sekitar 90 persen di antaranya adalah turis asing.
Dua penerbangan tersebut menunjukkan bagaimana peningkatan jumlah turis ke Labuan Bajo melalui Bali selama satu tahun terakhir. Menurut Dinas Pariwisata NTT, jumlah turis asing ke NTT pada tahun 2013 sebanyak 80.810 orang. Jumlah itu meningkat dari tahun 2012 sebanyak 47.000 wisatawan.
Flores, salah satu pulau di NTT, merupakan daya tarik utama wisata di NTT. Di pulau ini terdapat beberapa tempat wisata ternama seperti Danau Kelimutu, Desa Tua Bena dan Wai Rebo, maupun tempat lain.
Melalui pulau ini pula turis asing mengunjungi pulau yang kini jadi ikon wisata NTT, Komodo.
Anna Aniola, dari Warsawa, Polandia, termasuk salah satu dari ribuan turis asing yang kian banyak berkunjung ke Flores melalui Bali. Pekerja di bidang IT analyst ini datang bersama rombongan dari negaranya pekan lalu.
Sebelum ke Flores, Anna mengaku sudah terlebih dulu jalan-jalan ke beberapa tempat di Jawa seperti Borobudur dan Gunung Bromo. “Bali jadi tempat transit sebelum kami melanjutkan perjalanan ke Indonesia bagian timur,” kata Anna, perempuan yang baru pertama kali ke Indonesia ini.
Berada di antara Jawa dan Flores, Bali memang bisa menjadi penghubung turis yang ingin menjelajah daerah timur Indonesia, seperti Anna. Dari Bali terdapat beberapa penerbangan langsung ke wilayah timur seperti Nusa Tenggara Barat dan NTT.
Aaron Aprilyedi, salah satu sopir pariwisata di Bajawa, Flores menambahkan bahwa satu tahun terakhir memang makin banyak turis datang ke Flores. “Hampir semua datang ke Flores lewat Bali,” kata sopir yang sudah bekerja selama lima tahun ini. Dia biasa membawa tamu dari Labuan Bajo ke Ende dengan mobil.
Seperti juga sopir travel lain di Flores, Aaron bekerja langsung tanpa lewat travel agent. Mereka menawarkan jasa langsung di bandara seperti di Ende dan Labuan Bajo. Tarifnya sekitar Rp 800.000 hingga Rp 900.000 per hari. Perjalanan bisa dari Labuan Bajo di ujung barat hingga Larantuka di ujung timur pulau dengan nama yang berarti bunga ini atau bisa juga sebaliknya.
Makin banyaknya turis asing yang berkunjung ke tempat wisata lain lewat Bali merupakan peluang bagus bagi Bali. Menurut dosen Fakultas Pariwisata Universitas Udayana Sukma Arida peluang baru tersebut bisa menjawab tantangan Bali yang saat ini sudah dianggap mencapai titik jenuh sebagai tujuan wisata.
Menurut Sukma, kejenuhan wisata di Bali dapat dilacak dari makin berkurangnya lama tinggal wisatawan. “Mereka memang bertambah, tapi tinggal makin sebentar,” kata kandidat doktor pariwisata di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta ini.
Sukma memberikan data kejenuhan pariwisata di Bali. Pada tahun 2012 jumlah kunjungan wisman ke Bali telah menyentuh angka 3 juta wisatawan. Namun, lama tinggal atau length of stay (LoS) makin menurun. Pada tahun 1990-an, LoS di Bali antara 5-6 hari. Saat ini hanya berkisar 2-3 hari.
“Karena itu, sudah saatnya Bali memainkan perannya sebagai pusat penyebaran wisatawan yang berkunjung ke Indonesia,” kata Sukma.
Fungsi Bali sebagai hub pariwisata Indonesia tersebut, menurut Sukma, bisa dilakukan melalui tiga hal. Pertama, menjadikan Bali etalase atau wajah depan Indonesia. Bali bisa menjadi tempat mempromosikan pariwisata Nusantara, terutama daerah-daerah baru seperti Flores.
Kedua, Bali bisa menjadi simpul dari pendistribusian tujuan kunjungan turis di Nusantara. “Bali harus bersedia membagi wisatawan yang datang ke pulau ini untuk disebar ke daerah-daerah lainnya di Indonesia,” lanjutnya.
Ketiga, Sukma menambahkan, Bali harus menjadi laboratorium kepariwisataan Indonesia, sehingga Bali bisa berbagi ilmu pengetahuan kepariwisataan kepada daerah lainnya. Bali bisa jadi tempat kajian pengembangan destinasi maupun pengelolaan industri pariwisata Indonesia.
Jika tiga fungsi tersebut dilaksanakan, Sukma yakin Bali akan tetap menjadi titik penting dalam pengembangan pariwisata Indonesia. [b]