Desa Mengani adalah salah satu desa di Kecamatan Kintamani yang mempunyai luas wilayah 427 Ha. Batas-batas administrasi pemerintahan Desa Mengani Kecamatan Kintamani sebagai berikut : sebelah utara berbatasan dengan Desa Batukaang, sebelah timur berbatasan dengan Desa Binyan dan Bunutin, sedangkan di sebelah selatan dan barat berbatasan dengan Desa Belok Sidan Kabupaten Badung.
Dilihat dari topografi dan kontur tanah, Desa Mengani secara umum berupa perkebunan kopi, perkebunan jeruk dan persawahan. Desa Mengani berada pada ketinggian antara 800m s/d 1000 m di atas permukaan laut dengan suhu rata-rata berkisar 25oC s/d 30oC. Seperti desa pada umumnya Desa Mengani memiliki komoditi yang paling dominan yaitu kopi sebagai penghasilan yang menjanjikan bagi masyarakat Desa Mengani.
Setelah melewati tapal batas desa pengunjung sudah dapat melihat di kanan kiri jalan perkebunan kopi yang dinaungi oleh pohon jeruk. Memasuki areal parkiran Desa Mengani tepatnya di depan wantilan Desa Mengani kita bisa beristirahat sejenak sambil membeli sarapan bubur di warung Buk Toni atau cemilan lain di warung sekitar parkiran desa.
Apabila sudah selesai istirahat atau berbelanja pengunjung akan diajak berjalan kaki oleh pemandu ke arah selatan dengan berjalan kaki menyusuri jalan umum yang di sebelah kiri kanan jalan adalah pemukiman warga masyarakat, sekitar 255 meter perjalanan pengujung sudah disuguhi pemandangan persawahan dan tempat pengolahan pupuk kotoran sapi (UPPO).
Di sebelah pengolahan pupuk atau UPPO tibalah pada salah satu tempat pembibitan kopi arabika jenis katek kobra dan kopyol yang dikelola oleh Jro Seri panggilan akrabnya. Di lokasi pembibitan ini pemandu akan menjelaskan proses pembibitan sekaligus mengajak pengunjung untuk belajar dan mengetahui tata cara pembibitan kopi dari penyemaian benih kopi, pemindahan benih ke polybag dan perawatan sampai benih kopi siap untuk ditanam dilahan perkebunan.
Sesudah pengunjung puas melakukan interaksi di tempat pembibitan pemandu mengajak pengunjung melanjutkan perjalanan menuju kebun kopi yang jaraknya sekitar 220 meter dari tempat pembibitan dengan berjalan kaki.
Dalam perjalanan menuju kebun kopi kita melewati Pura Dalem Desa Mengani. Di sebelah kiri Pura Dalem berdiri sebuah tugu pelinggih Jero Gede (sapi yang disakralkan) disebut juga Due Wadak oleh masyarakat yang menjadi salah satu tempat Due seda (mati) dikubur di sebelah tugu tersebut .
Melewati tugu pelinggih Jro Gede (Sapi yang disakralkan) mata kita sudah dimanjakan dengan hijaunya perkebunan kopi milik I Kadek Punia Atmaja atau akrab disapa Dek Pong yang sekaligus menjadi pemandu di Desa Mengani. Kebun kopinya dinaungi pohon jeruk, durian dan tanaman tumpang sari lainnya.
Di perkebunan kopi ini pengunjung dapat menanam bibit kopi layaknya petani di desa dengan didampingi pemandu. Sesudah melakukan penanaman kopi pengunjung dapat melihat kopi yang sudah dewasa. Pemandu menjelaskan proses perawatan dan penyakit-penyakit yang sering menyerang pohon kopi. Apabila pengunjung datang dimusim panen maka pengunjung bisa ikut memetik buah kopi merah bersama petani.
Sehabis dari perkebunan kopi pengunjung kembali melanjutkan perjalanan di sebelah barat desa untuk menuju ketempat parkiran. Selanjutnya pengunjung melanjutkan perjalanan dengan menaiki kendaraan sekitar 1 KM untuk menuju ke lokasi tempat pengolahan biji kopi menjadi serbuk milik I Kadek Pong. Ditempat pengolahan biji kopi pengunjung selain mengetahui proses pengolahan, pengujung juga dapat menikmati secangkir kopi asli dari perkebunan Desa Mengani untuk melepas lelah setelah berkeliling diperkebunan kopi.
Disela-sela beristirahat beberapa pengunjung melali ke desa memberikan pandangannya mengenai kegiatan melali ke Desa Mengani. Birus selaku pengujung melali ke desa menjelaskan bahwa tidak merasa berwisata karena ia sendiri berasal dari desa.
“Namun prinsip ketika saya mendapat sesuatu yang baru bukan hanya mata tetapi pikiran intelektual dan mendapat sesuatu yang baru, itu yang sangat menyenangkan dan saya mendapatkan di perjalanan ini,” ujarnya.
Dari kegiatan melali ke desa ini Birus jadi mengetahui cara pemilihan biji kopi, penyemaian sampai bibit kopi dan potensi kopi. Birus berharap program-program seperti ini harusnya lebih banyak dikembangkan terutama wisatawan domestik.
“Ya, karena kita tidak mengenal diri kita sendiri, bahkan desa kita sendiri tidak tahu potensi desa sendiri. Dengan adanya kegiatan melali ke desa ini mudah-mudahan kita saling mengenal desa tetangga dan berpikir tentang potensi desa kita,” ungkap Birus.
Peserta lain yang turut dalam perjalanan melali ke Desa Mengani yaitu Ras Amanda Gelgel salah satu dosen Unud. Menurut Amanda, Desa Mengani salah satu sumber kopi dari proses hulu hingga hilir. Dari pembibitan, perkebunan dan pengolahan kopi. Ia mengaku selama beberapa jam berkunjung telah belajar banyak hal dari proses pembibitan serta permasalahan yang dihadapi oleh petani.
“Saya juga merasa ternyata selama ini banyak cafe-cafe yang jualan kopi kita duduk tenang di balik secangkir kopi tapi banyak kisah yang mengharukan. Dari perjalanan ini mengajarkan saya untuk meminum kopi serta mengingat apa yang terjadi dan bagaimana sebagai penikmat kopi bisa membantu para petani sesungguhnya,” pelajaran terbesar hari ini ucap Amanda.
Interaksi langsung dengan para petani kemudian dengan warga di sini menjadi keunggulan perjalanan ini, yang tidak didapat dalam tur-tur kopi tempat lain. “Biasanya ada 1 guide yang mengantar dan menjelaskan semua tetapi kita tidak dapat dari sumber pertama. Nah hal ini yang saya dapat dari sumber pertama dan luar biasa di sini banyak anak-anak muda yang bergelut di bidang pertanian yang nantinya bisa dikembangkan dalam bentu turisme pendidikan melali ke desa,” kata Amanda.
Bagi Amel salah pengunjung dari PPLH Bali memberikan pandangan mengenai melali ke desa. “Saya tertarik pengen tau Bali itu tidak melulu pantai tapi bisa langsung ke desanya, bagaimana produksi dari kopi Bali dan kopi Kintamani pada umumnya, saya melihat potensi desanya yang mungkin nanti desanya menjadi desa wisata yang lebih holistik tentang tanaman kopi, jeruk dan yang lainnya,” ungkap Amel.
Selain itu PPLH melihat pengelolaan sampah di sini, bagaimana masyarakat bisa membuat perkebunannya sehat lagi mungkin ada inovasi-inovasi dari masyarakat sendiri, Hal ini yang dapat meningkatkan wisata di Desa Mengani. Kesan dari Amel usai berkunjung dapat menanam pohon kopinya langsung dan mencoba langsung buah kopi Mengani.
“Jenis kopi kopyol rasanya manis unik, hingga pada proses sampai menjadi bubuk saya bisa menyaksikan langsung,” tutupnya.