Anda tidak bosan ke Bali cuma ke pantai?
Atau karena tidak tahu bahwa Bali juga punya banyak tempat menarik lainnya. Baiklah, ini salah satu tempat yang layak Anda kunjungi jika jalan-jalan ke Bali.
Tempat ini merupkana pariwisata berbasis pertanian. Pengelolanya petani. Pemiliknya warga Bali. Jadi, bukan tempat wisata mewah milik para investor.
Salah satu kawasan untuk pariwisata berbasis pertanian alias agrowisata ini ada di sepanjang jalan raya Tampaksiring – Kintamani. Daerah perbatasan dua kawasan wisata di Gianyar dan Bangli ini lima tahun terakhir makin banyak lokasi agrowisata. Lebih dari 10 perkebunan sudah dibuka untuk agrowisata. Sekitar 1,5 jam dari Denpasar.
Kawasan yang memang rapat dengan pohon besar ini kini dikembangkan warga. Salah satunya usaha agrowisata, seperti trekking di tengah perkebunan kopi, kakao, buah tropis, dan aneka rempah local.
Salah satu lokasi agrowisata yang memberikan pengalaman mengolah dan menikmati hasil kebun adalah BAS agrotourism. Di papan namanya tertulis I Love BAS. Singkatan dari Buana Amertha Sari, nama perusahaannya.
Pekan lalu, sedikitnya terlihat 20 turis mancanegara terlihat mengunjungi BAS. Mereka datang rombongan besar dengan guide masing-masing atau rombongan kecil yang sedang mengikuti tour sepeda.
Masuk ke kawasan perkebunan, udara sangat sejuk dnegan pohon besar seperti kopi, kakao, papaya, kelapa, pisang, sampai tanaman perdu aneka rempah. Di masing-masing pohon ada tulisannya dalam bahasa Inggris.
Paling banyak memang pohon kopi karena daerah ini berada sekitar 900-1200 meter dari permukaan laut ini. Di kejauhan juga terlihat bukit menghijau yang dibatasi sungai. Sangat curam, karena itu BAS membuat jalan berundak ke bawah jika ingin trekking lebih jauh memutari kebun sekitar 2 hektar ini.
Pemiliknya, Mustika, mengaku kebun ini milik orang tua dan sejak 2006 baru ramai dikunjungi turis setelah dikembangkan sebagai agrowisata.
Agar lebih atraktif, BAS memperlihatkan cara proses kopi dari biji mentah menjadi bubuk. Sebuah sudut didesain seperti dapur tradisional dengan tungku kayu. Biji kopi di roasting sehingga udara menjadi semerbak kopi. Aneka biji kopi diperlihatkan seperti arabika, robusta, sampai luwak yang masih ngetren dan mahal.
Di tengah kebun juga terlihat ada dua kandang berisi hewan luwak yang dikandangkan. Tentu saja dengan dua kandang tak bisa memproduksi luwak dalam jumlah banyak. Kebanyakan turis ingin mengetahui bentuk luwak itu seperti apa. Anda juga bisa bertanya bagaimana luwak ini diperlakukan dalam produksi kopi.
Titik paling ramai adalah di kedai kopi di tengah kebun. Dengan panorama bukit hijau di seberang lembah, para turis menyesap aneka jenis kopi yang disediakan. Ada yang bayar. Ada yang gratis.
Pemilik BAS memberikan 12 tester kopi, teh, dan olahan rempah. Ini bagian yang paling menyenangkan, mencoba semua tester itu. Olahan the terdiri dari tester gratis lemon tea, lemongrass tea, rosella tea, pandanus tea, ginger tea, dan ginseng tea.
Sementara dari olahan kopi ada arabica dan robusta coffee, coconut coffee, Vanilla. Juga ada olahan cokelat seperti hot cocoa.
Pandanus tea terasa manis seperti karamel. Dibuat dari kombinasi teh, santan kelapa, dan gula merah. Rasanya legit, khas minuman tradisional. Pegawai memberikan satu lembar kertas untuk mencentang tester pilihan yang bisa dibeli di gerai khusus produk kemasan.
Usai menikmati kopi gratis untuk dicoba tersebut, kita bisa juga belanja. Ada toko yang menjual semua jenis kopi yang disajikan gratis itu.
Di gerai khusus produk olahan ini ada ribuan item herbal seperti corriander, cinammon, kopi, the, sampai produk spa teraphy. Anda tinggal memilih dan membelinya meskipun harga lumayan mahal dibandingkan harga umumnya.
Usai belanja, lengkaplah sudah tur agrowisata ini. [b]
Biaya masuknya berapaan Mbok Luh De?
Sepertinya menyenangkan melali ke sana.. 🙂
Dear Mrs.Luh De,
Apakah ada informasi mengenai contact yang dapat dihubungi untuk booking tempat di BAS agrotourism?
Terima kasih