Palasari tak hanya menjadi simbol akulturasi Katolik dan Bali.
Dusun di ujung barat Bali ini juga menyimpan sejumlah tempat jalan-jalan yang menyenangkan seperti Goa Maria dan Bendungan Palasari.
Puncak bangunan gereja Gereja Hati Kudus Yesus terlihat mistis di garis langit. Gereja ini terlihat dari bebukitan kecil dengan pemandangan hamparan sawah berundag-undag berlatar belakang pohon kelapa.
Beberapa petani menggarap tanah, persiapan menanam padi di musim hujan ini. Seorang petani laki-laki mengendalikan dua ekor sapi untuk membajak sawah.
Di tempat lain, seorang petani perempuan merapikan jalan setapak terasering sawah. Rerumputan liar dibabat dengan pacul sehingga jalan setapak atau pundukan terasering terlihat rapi. Estetika bertani yang membuatnya tak sekadar produksi bahan pangan.
Kawasan pertanian ini masih lestari. Ada jalan cukup satu mobil mengarah ke puncak bukit, lokasi salah satu resor mewah di Bali Barat.
Dari kawasan persawahan, cukup 10 menit berkendara kita akan kembali ke pusat dusun. Lokasi gereja berarsitektur campuran colonial dan Bali ini. Dusun ini hanya ramai saat upacara keagamaan seperti Natal, di mana perantau akan kembali ke desa.
Suasana Natal di Palasari bisa dinikmati dari video ini.
Semenit dari gereja, di arah Selatan ada Goa Maria. Di sini, warga menuliskan Palinggih Ida Kaniaka Maria Palasari diresmikan 2008 oleh Dubes Vatikan di Indonesia Uskup Agung Mgr Leopoldo Girelli. Palinggih adalah bahasa Bali yang maknanya sama yakni bangunan atau tempat suci.
Pintu gerbangnya indah, dengan beberapa patung malaikat kecil. Lalu disambut patung Pastor Simon Buis SVD yang wafat 1960 di Belanda. Ia adalah pastor paroki pertama Palasari pada 1940-1950. Setelah itu gereja mulai dibangun pada 1955 dan selesai pada 1958.
Setelah itu kita memasuki Jalan salib panjang dengan cerita bergambar seperti relief dlam beberapa potongan. Ketika Yesus dijatuhi hukuman mati, memanggul salib, jatuh pertama, berjumpa ibunya, Veronica mengusapi wajah yesus, disalib, dan dimakamkan.
Di bagian ujung jalan panjang Yesus inilah lokasi Goa Maria dengan patungnya yang indah dan meneduhkan. Gemericik air dari goa, wadah-wadah lilin bagi peziarah, dan pepohonan rindang menambah keheningan dan kesejukan.
Area ini didesain dengan gaya natural, mengutamakan pemandangan hijau. Di kejauhan terlihat bebukitan lokasi persawahan yang dikunjungi sebelumnya. Tidak ada loket atau tiket masuk.
Usai dari sini, berkendara lagi sekitar 10 menit, untuk mencapai Bendungan Palasari yang termasyhur. Warga desa yang ditemui di jalan dengan ramah menunjukkan jalannya.
Bak danau. Sepi dan hijau sekelilingnya. Banyak area yang bisa dimanfaatkan seperti kemah dan acara outbound.
Hanya ada satu bangunan yang terlihat di dekat bendungan. Ini rumah penjaganya. Diisi satu keluarga kecil. “Suami saya penjaganya. Menjaga situasi air dan alat-alat di sini,” ujar istri penjaganya ramah.
Dari data yang terlihat, Bendungan Palasari dibangun pada tahun 1986-89, luasnya 100 hektar menampung 8 juta kubik air.
Berikut video perjalanan ke Bendungan Palasari.
Goa Maria dan Bendungan Palasari bisa jadi tempat jalan-jalan asyik jika ke Bali barat.
Petrus I Made Krismianto salah satu tokoh masyarakat di Palasari mengatakan ingin mengembangkan ekowisata spiritual. Ia melihat ada banyak lokasi bisa dikunjungi agar memberi dampak tambahan untuk warga desa agar tak semuanya merantau ke luar kota.
Menambah potensi ekonomi di desa juga menurutnya bisa mendorong pelestarian adat dan tradisi komunitasnya. Misalnya Kris menyebut tantangan dusun ini adalah menjaga tradisi Natal yang tradisional. “Kami membuat himbauan agar warga beribadah dengan pakaian adat Bali biar kelihatan tradisinya,” ujar pria ini. [b]