Koran tidak asing lagi buat masyarakat.
Masyarakat menunggu informasi berita yang tersaji di koran setiap pagi. Berselang sehari bahkan dua hari koran tersebut menumpuk seriring bertambahnya waktu. Tumpukan koran itu mengundang niat untuk mengubah koran bekas menjadi sebuah karya seni yang lebih dijual dengan harga lumayan.
Kerajinan seni tidak jauh dari kehidupan masyarakat Bali pada umumnya. Saat perempuan Bali menuju ke Pura, mereka akan membawa bokor sebagai tempat segala rupa sajian. Bokor akan diatur dengan rapi sesuai olah seni masing-masing personal.
Bokol konvensional terbuat dari logam. Namun, koran bekas pun bisa menjadi bahan pembuatan bokor dengan olah seni.
Melihat hal tersebut, mahasiswa semester akhir Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar Ni Kadek Sri Mertha Dewi memanfaatkan koran bekas menghasilkan sesuatu yang lebih dari sekadar tumpukan koran.
Ia menceritakan mulai menggeluti dunia kerajinan berawal dari mata kuliah fotografi. Dia memilihi esai foto tentang kerajinan yang unik dan menarik. Kebetulan waktu itu kerajinan membuat bokoran dari koran baru muncul di media sosial.
Tanpa berpikir panjang, Martha pun mengambil tema itu sebagai tugas fotografi esai.
Martha melanjutkan awalnya sangat sulit mencari identitas pengrajin hingga harus bertanya pada orang. Setelah menemukan bahwa pengrajin tersebut ternyata berasal dari Jembrana, dia pun langsung berangkat ke Desa Baluk, Jembrana.
“Selepas itu, saya melakukan sesi wawancara serta pengambilan foto proses pengerjaan bokor dari koran bekas,“ kata perempuan asal Ubung, Denpasar.
Ketertarikan Martha akan kerajinan tersebut mulai tumbuh. Dia penasaran pada proses pembuatan hingga bertanya sedetail mungkin hingga menjadi karya seni. Sampai di rumahnya, ia penasaran mencoba mempraktikkan sendiri tetapi dengan bimbingan langsung dari pengerajin via sosmed.
Kerumitan ukiran dan bentuk yang paling susah di antara proses pembuatan.
Awalnya sih hancur tetapi Martha mencoba terus menurus sampai berhasil. “Saya senang saat hasil karya benar-benar diapresiasi warga sekitar rumah dan mereka memesannya,” kata Martha.
Dari situ, dia pun keterusan membuat kerajinan ini.
Martha tidak puas hanya membuat bokor. Dia pun mengembangkan kerajinan lainya mulai vas bunga, hiasan ruangan lengkap dengan bunganya sesuai dengan pesanan.
Kreasi dan inovasi yang ditawarkan Martha mengambil pesanan untuk dekorasi pernikahan. Harganya tergantung kerumitan motif dan ukiran yang diinginkan pembeli. Kisarannya antara Rp 100-200 ribu. [b]