Tema seks masih jadi isu paling banyak dicari pengguna internet di Indonesia.
Bale Bengong, blog jurnalisme warga tentang Bali, membuktikannya. Hingga 29 Oktober 2011 ini, tulisan berjudul Alat Bantuk Seks, dari Vibrator hingga Boneka Seks ini dilihat pembaca hingga 108.205 kali. Tulisan Agustinus Wibowo, wartawan NusaBali, ini jauh melewati 1.618 artikel lain di Bale Bengong.
Di bawah artikel yang diterbitkan pada 27 Oktober 2007 lalu ini, tulisan paling banyak dicari masih seputar esek-esek. Misalnya pijat panggilan dan bisnis seks gay di Bali. Tiga artikel ini berada di uruta kedua dan keempat dari lima artikel paling hits di Bale Bengong, bersaing dengan tulisan lain tentang pengertian website dan Superman is Dead, band punk dari Bali.
Fakta tentang artikel esek-esek paling populer itu agak mengejutkan juga. Ketika menerbitkan tulisan tersebut, kami tak berpretensi mengejar jumlah pengunjung. Ternyata, begitulah. Seks masih jadi isu paling banyak dicari pengguna internet, termasuk di blog jurnalisme warga.
Bagi saya sendiri itu agak di luar perkiraan. Sedikit memalukan. Tapi, ya, tak apa. Biarkan saja. Sebab itulah sebagian data dan fakta yang saya temukan setelah ubek-ubek jeroan blog ini.
Ide mencari jeroan Bale Bengong itu muncul setelah seorang teman yang sedang menempuh master di Ohio University, Amrik sana menanyakan pada saya. Dia ingin menjadikan blog ini sebagai kajian masternya.
Dan, setelah ubek-ubek sekitar 2 jam, inilah sebagian data dan fakta tentang Bale Bengong tersebut. Anggap saja sekalian sebagai pertanggung jawaban bagaimana pengelolaan blog ini.
Nebeng
Sejarah Bale Bengong sebagai blog jurnalisme warga itu berawal setelah TIME menobatkan warga dunia maya (netizen) sebagai Person of The Year 2006. Dalam artikel inspiratif itu, TIME menulis tentang warga-warga dunia maya yang mengubah dunia secara kolaboratif lewat internet. Misalnya, YouTube, Myspace, blog, dan seterusnya.
Saat itulah kami berpikir, aha!, inilah waktunya warga tak lagi hanya mengonsumsi informasi tapi juga memproduksi.
Ketika terbit pertama kali pada 4 April 2007, Bale Bengong masih nebeng di penyedia alamat blog gratis blogspot.com. Setelah selama sebulan nebeng, pada 5 Mei 2007, dengan kebaikan hati kawan-kawan di Bali Orange Communication (BOC), blog ini pindah ke domain sendiri di www.balebengong.net.
Pas awal-awal blog ini berdiri, kami rajin ngemis minta tulisan ke teman-teman baik sesama wartawan ataupun para kenalan terutama yang di dunia maya. Lama-lama, ternyata banyak juga yang kemudian berkirim tulisan ke blog ini.
Beragam
Hingga saat ini, berdasarkan data pengguna, ada 207 kontributor. Tapi, menurut saya, yang aktif menulis mungkin sekitar 30 orang. Latar belakang dosen, mahasiswa, ibu rumah tangga, aktivis lembaga swadaya masyarakat (LSM), pegawai negeri, pekerja pariwisata, jurnalis, bahkan orang dengan HIV/AIDS (ODHA), dan lain-lain.
Para kontributor ini tak hanya di Bali tapi juga kota-kota lain, seperti Surabaya, Jogjakarta, Jakarta, Australia, Jepang, Inggris, dan lain-lain.
Dari sekitar 30 kontributor aktif tersebut, hingga 29 Oktober 2011 ini ada 1.618 artikel. Jika melihat umur Bale Bengong yang 1.669 hari, berarti rata-rata 1 artikel per hari dengan jumlah komentar 4.067. Artinya, satu artikel rata-rata mendapat 4 komentar.
Tema tulisan Bale Bengong beragam. Misalnya lingkungan, pendidikan, komunitas, kuliner, dan seterusnya. Namun, jika dilihat dari tag, maka tertinggi adalah tentang Bali (351 topik), Denpasar (231), Agenda (195), Budaya (175), Opini (148), Sosial (120), Lingkungan (114), Kesehatan (72), dan seterusnya. Satu artikel bisa beberapa tag. Misalnya, tentang kerusakan alam di Denpasar, maka dia bisa saja masuk tag Lingkungan dan Denpasar.
Pengunjung
Menurut statistik di dashboard, pengunjung blog ini rata-rata 1.000 unique visitor per hari. Paling tinggi sekitar 6.000 per hari, paling rendah sekitar 500. Menurut Google Analytic yang baru kami pasang sejak Juni 2010 lalu, asal pengunjung ini hampir 95 persen dari Indonesia. Sisanya dari Malaysia, Amerika Serikat, Australia, dan Singapura. Tapi, jumlahnya tak sampai 2 persen.
Lalu, dari mana mereka datang? Sekitar 87 persen berkunjung ke Bale Bengong setelah nemu kata kunci yang mereka cari di mesin pencari (Search Engine). Lalu, 6,38 persen dari seluruh pengunjung kesasar dari situs perujuk (Referring Site). Pengunjung yang langsung klik Bale Bengong (Direct Visit) cuma 6,15 persen.
Artinya, amat sedikit pengunjung yang membuka blog ini karena ingin mendapatkan kabar terbaru tentang Bali. Alih-alih, mereka berkunjung ya karena mesin pencari itu tadi. Adapun kata kunci yang paling banyak dicari adalah pengertian website, alat bantu sex, vibrator, dan reboisasi.
Ini bisa dimaklumi. Dari awal memang kami tak mengejar berita-berita aktual dan up to date tentang Bali. Peluang ini masih sangat terbuka jika mau dikerjakan serius. Cuma, kami belum terlalu fokus di sana.
Jejaring Sosial
Untuk memudahkan penyebaran informasi, Bale Bengong juga memanfaatkan jejaring sosial. Sejak 2009, kami aktif Facebook lewat grup maupun halaman. Hingga saat ini sih di grup ada 592 anggota sedangkan di halaman ada 217 penyuka.
Adapun di Twitter, kami memulai sejak 23 Juli 2009. Awalnya pakai akun @balebengongnet karena @balebengong sudah ada yang pakai. Begitu bisa merebut akun @balebengong (tsah!) kami makin aktif di Twitter dengan update singkat ataupu media di mana sesama warga bisa bertukar informasi.
Menurut saya, pertukaran informasi di Twitter ini jauh lebih aktif. Sekitar 5.567 follower saat ini bisa saling bertanya dan menjawab tentang Bali dari yang paling sederhana sampai berat sekalipun. Di Twitter, @balebengong punya ngobrol berkala dengan istilah ngorta di Twitter alias #ngortwit. Temanya juga amat beragam.
Admin Twitter ini ada tiga orang yang bersama tiga orang lain menjadi admin blog dari Sloka Institute dan Bali Blogger Community (BBC). Sloka lebih ke urusan redaksi sedangkan BBC urusan teknis desain, coding, dan seterusnya.
Kami semua bekerja bersama saling berkolaborasi demi menyebarluaskan informasi tentang Bali. Dan, Anda juga bisa terlibat bersama kami. [b]
Maju terus untu bale bengong sebagai barometer jurnalisme warga di Bali 🙂