Oleh Satyanata
Akhirnya saya tahu bagaimana proses pembuatan tikar pandan yang selama ini saya jumpai di berbagai upacara di Bali. Tikar pandan yang biasanya digunakan sebagai alas untuk beberapa sarana upacara.
Di Desa Ngis kami berkesempatan menelisik proses pembuatan tikar pandan di Desa Ngis dipandu salah satu pengrajin tikar pandan di sana Walastri. Pembuatan tikar pandan ini memerlukan proses yang cukup lama untuk mendapatkan tikar pandan kualitas terbaik.
Saya dan beberapa teman-teman Kelas Jurnalisme Warga (KJW) melihat bagaimana ibu Wayan Walastri dengan cakapnya membuat tikar pandan ini. Mulai dari mengambil daun pandan dari pohonnya, menghilangkan duri dari daun pandan. Menggulungnya sebelum dijemur untuk mendapat daun pandan yang bagus untuk dianyam.
Beberapa dari kami juga sempat mencoba bagaimana susahnya mengambil daun pandan yang berduri dari pohonnya serta menghilangkan duri tersebut. Memang mencoba melakukan hal itu tak semudah seperti yang terlihat, haha.
Membuat tikar pandan ini memakan waktu yang cukup lama, yaitu sekitar 3 minggu agar daun mulai bisa dianyam karena menunggu keringnya daun pandan ini. Menurut Walastri tikar pandan ini selain digunakan untuk upacara, tikar ini juga terkadang dipakai sebagai alas tempat duduk di dalam rumah.
“Tikar ini bila digunakan didalam rumah awet digunakan lebih dari 1 tahun,” kata Walastri.
Kemungkinan tikar pandan ini akan tergantikan dengan berbagai tikar lainnya seperti tikar plastik, tikar anyaman benang dan lainnya. Sebab jauh lebih praktis dan mudah ditemukan di pasaran. Terlepas dari hal itu kelebihan dari tikar pandan ini adalah lebih ramah lingkungan karena bahannya organik tanpa campuran zat kimia lainnya.