Air liur berkali-kali harus saya telan kembali.
Presentasi Janet De Neefe amat menggoda. Di layar putih berukuran sekitar 1,5 x 1,5 meter itu, pemilik tiga restoran di Ubud, Gianyar ini memerlihatkan aneka masakan Bali maupun masakan khas Indonesia lainnya.
Sebutlah, sambal matah (sambal mentah), sate lilit (sate dari daging cincang), dan kawan-kawannya. Semuanya memancing air liur untuk membanjiri lidah. Presentasi tersebut adalah bagian dari buku barunya tentang resep makanan khas Indonesia, khususnya Bali.
Di dalam buku tersebut, Janet tak hanya memberikan resep tapi juga foto-foto indah tentang masakan Bali dan sebagian masakan Indonesia lain, seperti nasi goreng, rendang, dan lain-lain.
Masakan Bali yang dipresentasikan Janet bukan hal baru. Saya sudah sering menikmatinya di restoran-restoran di Bali. Namun, berkat olah rupa, penampilan masakan-masakan tersebut jadi terlihat berbeda. Lebih dinamis. Segar. Memancing air liur.
Sebab lainnya, Janet bisa menjelaskan nilai dan makna di balik masakan tersebut, hal yang justru belum pernah saya dapatkan dari orang Bali sekalipun.
Perempuan kelahiran Melbourne, 9 Juli 1959 Australia ini rajin menuliskan pengetahuan dan membagi kenikmatan masakan Bali tersebut. Janet punya tiga restoran di Ubud, yaitu Indus, Bar Luna, dan Casa Luna. Mantan guru kesenian ini juga mengadakan kelas memasak Casa Luna Cooking Class.
Janet juga penggagas dan pelaksana Ubud Writers and Readers Festival, festival tahunan bagi pencinta, penikmat dan penulis sastra internasional. Majalah gaya hidup terkemuka Harper’s Bazaar menyebut festival ini sebagai salah satu dari enam festival sastra paling prestisius di dunia.
Kamis lalu, Janet menjadi pembicara di Fair Trade Lunch Forum Fair Trade Indonesia (FFTI) dan Konsorsium Penyadaran Konsumen Pangan Sehat Bali. Dalam diskusi sekitar dua jam di Sanur ini, Janet menceritakan pengalamannya jatuh cinta pada masakan Bali.
Bebungkilan
Tahun 1974, ketika masih SMP, dia berkunjung ke Bali, termasuk Ubud, untuk pertama kali. Dia berlibur bersama keluarganya. Itulah perkenalannya dengan masakan Indonesia. “Rasanya berbeda. Sangat enak,” katanya. Janet menyukai rasa masakan Indonesia yang berbeda dibanding roti, makanannya sehari-hari itu.
Sepuluh tahun kemudian, pada Juli 1984, dia kembali datang ke Bali untuk liburan. Janet yang sudah selesai kuliah ini dia semakin tertambat pada cita rasa masakan Bali. Dia juga mulai belajar masak masakan Bali.
Setelah kembali ke Australia lagi, Janet kadang-kadang memasak menu-menu khas Bali. Dia juga sempat mengajar masakan Bali di Council of Adult Education Melbourne. Dia butuh buku untuk panduan memasak ataupun mengajar tersebut. Namun, meski sudah mencari ke beberapa tempat, dia tetap tidak menemukan buku resep masakan Bali tersebut.
“Berarti saya yang harus membuat buku masakan Bali tersebut,” kata Janet.
Sejak 1985, Janet tinggal di Ubud. Dia menikah dengan warga setempat, I Ketut Suardhana pada 1989. Menikah dengan laki-laki Bali, Janet pun semakin rajin belajar masak menu Bali tak hanya di rumah tapi juga di pasar. “Pagi ke pasar, siangnya masak bersama keluarga,” ceritanya.
Dia pun makin akrab dengan bumbu-bumbu Bali, seperti basa genep, isen, bebungkilan, dan lain-lain. Bumbu-bumbu ini tidak pernah dia temukan di Australia. Kalau toh ada sudah dalam bentuk bubuk. Tiap hari dia belajar. Mengenal, mencatat, dan mempraktikkan resep tersebut. “Ini seperti universitas,” tambahnya.
Setelah kenal dengan masakan Bali, Janet pun membuka restoran sendiri di Ubud. Namanya Restoran Lilies. Menunya khas Indonesia. Dia juga membuka Honeymoon Bakeris and Guesthouse sebelum kemudian membuka restoran lain, Casa Luna dan Indus.
Pengalamannya jatuh cinta pada Bali dan masakannya itu kemudian dia terbitkan dalam buku pertamanya, Fragrant Rice diterbitkan Periplus pada tahun 2003. Pada tahun 2007, buku ini dicetak juga di China.
Saat ini, kata Janet, bukunya yang lain juga akan diterbitkan oleh salah satu penerbit besar di Australia. Inilah buku yang dia presentasikan siang itu. “Kalau buku ini terbit di Australia, maka restoran di sana akan bikin menu Bali. Kami sudah bosan dengan menu Thailand,” kata Janet.
Kekuatan
Selain rutin menulis kolom terutama tentang kuliner Bali untuk beberapa media, Janet juga aktif mengajar masakan Bali di restorannya. Menurut dia, karena tulisan dan kelas memasak tersebut diadakan dalam bahasa Inggris, maka sejumlah tantangan pun harus dihadapi.
Salah satu contohnya adalah penamaan bumbu. Banyak istilah bumbu Bali yang harus dia tulis dengan bahasa sederhana. Misalnya, basa gede. Cukup ditulis sebagai complete spice.
Masakan Bali sendiri bagi Janet tak hanya persoalan perut. Ada nilai dan filosofi di baliknya. “Masakan Bali itu sederhana tapi istimewa. Karena ada sentuhan ibu di sana,” ujarnya.
Dia memberikan contoh cara memasak. Karena diulek, bukan diblender, cita rasa masakan Bali lebih kuat dibanding kalau diblender. Kalau diblender, menurut Janet, bumbu jadi lebih kering.
Selain kuatnya cita rasa, masakan Bali juga bagus untuk kesehatan. Janet memberikan contoh kunyit. Bumbu ini merupakan bahan asli untuk obat penyembuh luka.
Bagi Janet, makanan memang penuh dengan kekuatan. Tak hanya untuk tubuh tapi juga bagi jiwa. Bahkan, banyak kekuatan lain di sekitarnya. Karena itu, jika dikelola dengan baik, kuliner Bali bisa jadi salah satu pilihan pariwisata. Ketika wisata kuliner hidup, maka petani penghasil bumbu dan bahan makanan juga akan hidup.
Namun, Janet menilai pemerintah Indonesia termasuk di Bali belum terlalu serius mengurus potensi kuliner Indonesia. Dari sisi dukungan, misalnya. Pemerintah Indonesia tidak seperti Thailand yang aktif mendukung kulinernya dari hulu sampai hilir.
Tak heran jika di banyak negara, masakan Thailand jauh lebih dikenal daripada masakan Indonesia. “Pemerintah Indonesia harus lebih mendukung melalui promosi potensi kuliner negerinya sendiri,” ujar Janet. [b]
Foto dari Majalah Kirana.
Hmmmm…, jadi ngiler..
Selamat Sore,kami Baliage Catering group menjual makanan dengan resep asli bali,bahan berkwalitas,higienis dan harga yg pantas • Babi guling • Lawar ( sapi, babi, kebo,kambing, ayam, kuwir ) • Ulam karangan ( sapi, babi, kebo, kambing, ayam, kuwir ) • Resi bujana ( rayunan Peranda ) • Sate lilit • Nasi tumpeng • Nasi yasa • Nasi kotak • Jajanan pasar bali dan lainya (snack) • Berbagai masakan dari bahan dasar ikan lele klo berminat hub: suryatimaguna@yahoo.co.id or 0361 8649178 / 081337695721
masterchef akan kembali lagi ditelevisi kesayangan anda
segera daftarkan diri anda ke http://www.masterchefindonesia.com
jadikan anda the next masterchef Indonesia ke -3
chop chop chop
Wah mantap ya.
Jadi ngiler.
wuih yummy sekali kuliner olahan janet ini.. wajib dicoba nih cita rasanya.. nyammmm…
wow bule ibu janet ini jago buat masakan Bali jg tho…
kereennn .. Bali jg KEREN Dong 🙂
Terima kasih infonya.. websitenya bagus 🙂
sudi kiranya kakak berkunjung jg ke web kami 🙂 Jual Bubuk Es Krim dan Jual Powder Ice Cream
TERIMA KASIH KAKAK 🙂
mau cari tau tentang masakan ini dia telah datan apapun yang kmu cari tentang masakan ada semua segala maca resep masakan kumpulan resep masakan mulai dari gorenga,sayuran,kue,minuman dll
http://pecintakuliner21.blogspot.com/2017/01/resep-cara-membuat-gorengan-bakwan.html
kapan saya lihat pemandang yang indah secara langsung ke bali?