CushCush Gallery (CCG) dan LagiLagi kembali mempersembahkan program seni dan kreatif untuk anak-anak Charcoal For Children dengan mengunjungi enam desa di Bali.
Sempat rehat sejenak di tahun 2020 karena pandemi Covid 19, Charcoal For Children (CFC) kembali menyapa di tahun ini. Hadir dengan format yang berbeda, CCG dan LagiLagi menggandeng tiga seniman muda lokal Irene Febry, Juli Sastrawan, dan ‘Jong’ Santiasa Putra untuk blusukan dan bertemu dengan anak-anak di enam desa di Bali.
Dengan tetap mematuhi protokol kesehatan, CFC2021 akan menyelenggarakan workshop kreatif pada Maret-Juli 2021, seperti menulis cerita, menggambar dengan Charcoal (aranggambar), serta membuat kolase dari barang-barang temuan di alam sekitar.
Dengan mengusung tema ‘Tell Me Tales’, CFC2021 bersama dengan para penulis mengajak anak-anak menggali cerita rakyat dan kreativitas lokal. Sambil tetap mengedepankan kerajinan tangan, kreatifitas, dan keberlanjutan, kami ingin membangun kembali semangat bermain sambil berkarya dari bahan-bahan yang ada di lingkungan mereka.
Berikut enam desa yang akan dikunjungi CFC2021 Desa Marga Ole, Tabanan, Desa Batuan, Gianyar, Kampung Bugis, Serangan, Desa Senja, Negara, Desa Penglipuran, Bangli, dan Desa Bengkala, Buleleng.
Minggu, 28 Maret 2021, sesi pertama dari rangkaian CFC2021 sukses diselenggarakan di Desa Marga Ole, Tabanan. Dengan mengajak 18 anak dari Sanggar Buratwangi (sanggar budaya lokal), workshop yang berlangsung dari pukul 9-12 WITA berlangsung dengan penuh antusias dan keceriaan.
Sebelum acara berlangsung anak-anak dicek suhu tubuhnya dan diwajibkan memakai masker dan selama acara berlangsung protocol kesehatan tidak luput untuk diaplikasikan. Selama kegiatan berlangsung, anak-anak peserta workshop didampingi oleh seniman dan volunteer.
Kegiatan diawali dengan sesi permainan ‘Tebak Kata’ yang menjadi ice breaker untuk saling mengenal satu sama lain. Dilanjutkan dengan permainan dadu sebagai metode untuk mengarang cerita yang dituliskan di atas minizine 8 halaman. Anak-anak diajak untuk menuangkan imajinasi mereka ke dalam bentuk tulisan serta menggambar dengan arang gambar (charcoal). Ke-18 peserta workshop kali ini berusia antara 8 – 12 tahun.
Dipandu oleh 3 orang seniman muda, anak-anak dibagi menjadi 3 kelompok. Mereka membuat kolase dari bahan-bahan yang mereka temukan di sekeliling mereka. Terdapat sesi scavenging hunt, dimana anak-anak mencari benda-benda di sekitar mereka sebagai bahan untuk membuat kolase. Pada akhir acara, masing-masing peserta mendapat sertifikat dan tentunya pengalaman seru bermain dan belajar bersama pada rangkaian workshop CFC2021.
“Senang sekali anak-anak bisa kita ajak main dan berkarya bersama kali ini di lingkungan mereka. CFC2021 kali ini memang concept nya immersive, dari segi context dan approach: Dengan trigger dari 3 seniman terlibat yang mengajak anak-anak melihat kembali apa yang ada di sekeliling mereka, anak-anak jadi lebih peka terhadap lingkungan sekitar mereka, sekalian membuka wacana dan imaginasi mereka juga.
Di samping itu, seniman juga mendapatkan inspirasi dari kreasi anak-anak, untuk berkreasi juga. Jadi kreatifitas yang saling terhubung, menyambung, lagi dan lagi,” seru Suriawati Qiu, pendiri CushCush Gallery.
Hasil karya anak-anak dari setiap desa nantinya akan diolah oleh ketiga seniman kita, baik dari segi penceritaan hingga visual, untuk kemudian disusun menjadi buku kumpulan cerita anak. Melalui publikasi buku cerita anak di tahun depan, sebagai sebuah karya dan media tulis yang tidak lekang oleh waktu, CFC2021 berusaha untuk terus menyalakan semangat menulis, membaca, dan berkreasi generasi-generasi selanjutnya.