Forum Fair Trade Indonesia kembali mengadakan Fair Trade Lunch.
Dalam kegiatan bulan kali ini yang diundang berkenalan dengan gerakan Fair Trade adalah guru-guru di Denpasar. Mereka berasal dari sekolah SD, SMP, SMA/SMK di Kota Denpasar.
Sabtu pagi, 21 Januari 2012, hujan lebat mengguyur kota Denpasar. Kami agak khawatir undangan tidak ada yang datang. Tapi satu per satu kemudian undangan mulai berdatangan. Walaupun hujan, semangat mereka sangat terasa untuk menghadiri acara ini. Walaupun terlambat, acara akhirnya dimulai pukul 10.00 Wita.
Pertemuan diawali dengan perkenalan peserta yang dipandu Catur Hariani, Direktur Pusat Pendidikan Lingkungan Hidup (PPLH) Bali yang juga aktif di perkumpulan guru-guru pencinta lingkungan. Lalu peserta dibagi menjadi empat kelompok. Mereka berdiskusi awal membahas “apa yang diketahui tentang fair trade” dan apa yang terjadi dengan perdagangan di sekitar kita. Hasil diskusi kemudian dipresentasikan masing-masing kelompok.
Dari hasil diskusi, ternyata Bapak/Ibu Guru mengamati bahwa banyak pedagang yang menjual produk tanpa mementingkan kesehatan, seperti penjual jajanan di kantin sekolah; penjual gorengan yang hanya mementingkan kesehatan tanpa memperhatikan kesehatan konsumen. Lalu ada juga yang memperhatikan banyak anak usia sekolah yang berjualan sepulang sekolah untuk membantu orang tua. Mereka mempertanyakan apakah ini termasuk dalam eksploitasi tenaga kerja anak atau bukan.
Pengamatan lainnya, para guru menyadari bahwa proses dagang itu sebaiknya memerhatikan lingkungan, agar produk itu bersih, tempat yang nyaman, karena itu semua berpengaruh pada kesehatan. Selain itu dalam perdagangan diperlukan adanya pemberdayaan, harga yang terjangkau, daya tarik produk, kualitas, dan pelayanan yang baik.
Sebenarnya apa yang diamati para peserta di lingkungan sehari-hari sudah ada yang berhubungan dengan prinsip-prinsip fair trade, seperti memerhatikan produk yang ramah lingkungan, tenaga kerja anak, dan produk yang diproduksi secara sehat.
Semua pertanyaan itu terjawab oleh penjelasanAgung Alit, Sekretaris Jenderal FFTI. Melalui presentasi makalah berjudul “Berkenalan dengan Gerakan Fair Trade”, Agung Alit menjelaskan tentang Fair Trade sebagai sebuah gerakan dan praktik bisnis. Selain itu dijelaskan juga 10 prinsip fair trade yang harus diterapkan dalam memproduksi produk fair trade. Pembayaran layak merupakan salah satu poin penting dalam fair trade, karena pembayaran layak merupakan bukti dari solidaritas.
Beberapa poin penting terkait dengan gerakan fair trade, yaitu pembayaran layak pada tukang; peningkatan kapasitas yang dibangun dengan perajin, misalnya pelatihan pembukuan, desain, bahan baku ramah lingkungan.
Dalam sesi tanya jawab muncul tanggapan dan pertanyaan menarik dari peserta. Misalnya, contoh kurikulum fair trade yang bisa diajarkan di sekolah. Untuk hal tersebut, ke-10 prinsip fair trade bisa dimasukkan dalam ajaran budi pekerti. Sebab, fair trade menyangkut nilai-nilai moral yang mengajarkan perlunya bekerja dengan memerhatikan lingkungan. Fair trade juga terkait berbagi dengan sesama. Misalnya, tujuan fair trade adalah mengentaskan kemiskinan.
Nilai fair trade ini juga bisa mengajarkan anak-anak untuk menjadi kreatif inovatif; dan mengajarkan pada anak-anak untuk teliti dalam membeli atau mengonsumsi sebuah produk.
Lalu muncul pertanyaan lagi, apa hubungan fair trade dengan program dari pemerintah yaitu 100% cinta produk Indonesia? Menurut Gung Alit produk fair trade memang belum sepenuhnya bisa 100 persen menggunakan bahan baku dari Indonesia, karena faktor ketersediaan dan juga kualitas. Namun tentu saja ke depannya, diharapkan produk fair trade bisa lebih banyak dikonsumsi masyarakat lokal. Saat ini sebagian besar produk fair trade masih diekspor.
Harapan bersama adalah produk fair trade dikerjakan dengan bahan baku lokal, diproduksi orang lokal secara fair trade, dan dikonsumsi orang lokal.
Seperti Fair Trade Lunch sebelumnya, Fair Trade Lunch bersama guru kali nii sangat berkesan. “Guru memegang peran sentral dalam penerapan fair trade,” kata Alit.
Semoga acara berkenalan dengan fair trade bersama para guru ini membawa manfaat untuk guru sendiri dan bisa ditindaklanjuti di masing-masing sekolah. [b]