• Tanya Jawab
  • Mengenal Kami
  • Pemasangan Iklan
  • Kontak
  • Kontributor
    • Log In
    • Register
    • Edit Profile
Sunday, September 24, 2023
  • Login
  • Register
BaleBengong.id
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Arsip
No Result
View All Result
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Arsip
No Result
View All Result
BaleBengong.id
No Result
View All Result
Home Kabar Baru

Mengenal Intan Box dan Sari Box, Teknologi Baru Penjaga Populasi Penyu

Yuko Utami by Yuko Utami
8 September 2023
in Kabar Baru, Lingkungan
0 0
0
Patung penyu menjadi ciri khas Turtle Conservation and Education Centre (TCEC) Serangan

Duet kotak putih yang diberi nama Intan Box dan Sari Box kini telah berada di Turtle Conservation and Education Centre (TCEC) Serangan. Kotak yang merupakan pemberian dari Konservasi Penyu di Banyuwangi ini telah ada di TCEC sejak Januari 2023 lalu

Mariana Mamus, mahasiswi salah satu perguruan tinggi swasta di Bali tampak telaten memindahkan bayi penyu yang baru menetas dari Intan Box menuju Sari Box. Perempuan yang akrab disapa Nisa itu tak sendiri, ia dan mahasiswa lainnya peserta kerja lapangan itu turut membersamai Nisa memindahkan bayi-bayi penyu.

Nisa (sebelah kiri) dan teman sejurusannya tengah memindahkan telur penyu yang telah menetas dari intan box menuju sari box untuk perawatan bayi penyu

“Ini baru dilakukan setelah dua bulan disimpan di box, kalau sehari-hari lebih ke kasih makan penyu-penyu disini,” ujar Nisa. Mahasiswi semester 7 jurusan biologi ini telah melakukan kerja praktek di TCEC sejak 16 Agustus lalu. 

Menurut Ketua TCEC Serangan, I Made Sukanta pihaknya senantiasa menerima relawan maupun mahasiswa kerja praktek di TCEC. “Sekarang ini ada dari Kampus Dhyana Pura dan Warmadewa, relawan asing juga ada didominasi dari Jerman dan Perancis,” ungkap Sukanta pada Selasa (05/09).

Sukanta mengamati, keberadaan Intan Box dan Sari Box di TCEC meningkatkan penetasan telur penyu. “Kalau di box inkubasi yang baru itu lumayan juga hasilnya rata-rata 80 sampai 90 persen,” jelas Sukanta. Sedangkan, jika dengan metode semi alami menggunakan cara penggalian dan pemindahan telur penyu ke dalam pasir oleh tenaga manusia dan proses dari pasir pantai, tingkat keberhasilan penetasannya 70 sampai 80 persen. 

Intan Box dan Sari Box memiliki fungsi berbeda. “Alat ini dikasih tahun ini kalau gak salah di bulan Januari sebelum musim bertelur, yang satu untuk penetasan yang satu untuk perawatan setelah menetas,” jelas lelaki yang sejak tahun 2006 menggeluti dunia konservasi penyu. 

Teknologi baru inkubasi telur penyu, intan box dan sari box

Selama hampir 8 bulan menggunakan intan box dan sari box, Sukanta dan relawan lainnya tengah mengamati adakah efek yang timbul dari penggunaan kedua kotak yang diciptakan oleh Drh. Aditya Yudhana dan Tim dari Prodi Kedokteran Hewan, Sekolah Ilmu Kesehatan dan Ilmu Alam (SIKIA) Universitas Airlangga. 

“Memang ada peningkatan tapi kita nggak tahu nanti ada perubahan pola karakter penyunya tersebut,” terang Sukanta. Secara alamiah, sejatinya telur penyu harus ditanam pasir karena dari proses tersebut telur penyu mampu menyerap medan magnet bumi untuk perkembangan alami setiap penyu.

Waktu yang masih terbilang singkat menggunakan Intan Box dan Sari Box, membuat Sukanta dan relawan lainnya belum mampu menentukan jenis kelamin bayi penyu dari alat tersebut. “Kalau sudah dewasa baru kita tahu jenis kelamin dari perbedaan ekornya, pendek dan panjangnya, kalau pendek betina, panjang berarti jantan,” imbuhnya. 

TCEC telah mengupayakan konservasi berbagai jenis penyu. Penyu-penyu itu di antaranya penyu lekang, penyu hijau, penyu belimbing, penyu pipih, penyu tempayan, dan penyu sisik. Mengutip dari situs resmi Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia (KKP RI), semua jenis penyu laut di Indonesia telah dilindungi berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa. 

Adanya regulasi tersebut secara otomatis melarang segala bentuk perdagangan penyu baik dalam keadaan hidup, mati maupun bagian tubuhnya. Permen LHK Nomor 20 Tahun 2018 tentang jenis dan satwa yang dilindungi dan Permen LHK Nomor 106 Tahun 2018 tentang perubahan Permen LHK Nomor 20 Tahun 2018 menyatakan bahwa 6 jenis penyu tergolong satwa yang dilindungi oleh undang-undang.

Sinergi untuk penyelamatan dan pelestarian penyu

Kumpulan bayi penyu lekang berenang di dalam kolam setelah beberapa bulan berada di sari box. Mereka memakan udang kecil dan rumput laut.

Tim TCEC tak sendiri selama melakukan penyelamatan para penyu, tenaga kesehatan dari bagian kedokteran hewan sangat membantu perawatan para penyu. Tenaga kesehatan yang secara rutin mengecek kondisi kesehatan penyu di TCEC diantaranya dari Universitas Udayana, I AM Flying Vet, dan Kedonganan Veterinary. Selama beberapa tahun ke belakang, terdapat 19 penyu dalam proses perawatan. 

Sukanta berujar, penyu yang memperoleh rawat jalan di TCEC rata-rata berasal dari penyu sitaan akibat diperjualbelikan secara ilegal. Penyu malang itu ditemukan dalam kondisi penuh luka akibat jaring, kelaparan, bahkan ada yang ditemukan dalam kondisi tempurung rusak. Jika dibutuhkan tindakan operasi, penyu tersebut akan dipindahkan ke Kedonganan Veterinary (Vet Kedonganan) yang secara profesional ditangani oleh dokter hewan. 

Setiap satu minggu sekali, para dokter hewan tersebut melakukan kontrol terhadap kondisi para penyu. Namun, apabila terdapat penyu dengan kondisi kesehatan yang buruk, para dokter hewan itu melakukan kontrol penuh setiap harinya dalam waktu seminggu. Pemulihan setiap penyu memakan waktu yang berbeda-beda, berdasarkan pengamatan Sukanta waktu tercepat pemulihan penyu selama 3 bulan. Sedangkan, jika dalam kondisi parah pemulihan satu ekor penyu membutuhkan waktu setahun bahkan lebih.

“Kalau dia masih sakit ditahan dulu kalau sudah sehat baru kita koordinasikan ke pihak yang berwenang yang bertanggung jawab terhadap izin dilepaskan atau tidak,” tambah Sukanta.

Tak hanya penyu yang sakit akibat diperdagangkan secara ilegal, penyu yang memiliki penyakit lainnya seperti demam hingga tumor turut ditangani TCEC dan mitra dari berbagai kedokteran hewan. 

Pembiayaan untuk pemulihan para penyu berasal dari donasi berbagai pihak. 

Masyarakat lebih peka

TCEC turut bekerja sama dengan organisasi perlindungan satwa lainnya, salah satunya WWF yang memetakan lokasi konservasi penyu di Indonesia

Keterlibatan masyarakat dalam pelestarian penyu kian meningkat. “Kalau kita kembali ke masa lalu mungkin 20 tahun atau 30 tahun lalu ya jauh berbanding dari sekarang. Sekarang hampir setiap daerah di Bali ada tim yang bisa kami hubungi,” ungkap Sukanta. Perkembangan itu tak terlepas dari upaya segenap relawan TCEC dalam mensosialisasikan keberadaan penyu sebagai hewan langka yang harus dilindungi keberadaannya. Hingga saat ini berbagai elemen masyarakat turut serta menggeluti upaya konservasi penyu, seperti nelayan, pemerintah termasuk masyarakat umum.

Buah dari sosialisasi tanpa henti itu menghasilkan jejaring yang lebih luas dan kuat. TCEC menghubungkan setiap konservator di beberapa daerah dalam sebuah grup whatsapp. “Jadi kita komunikasi lebih cepat, kita ada informasi penyu terdampar di mana, kita lebih cepat komunikasinya, atau ada penyu bertelur di mana kita tinggal, posisi penyu bertelur di Tabanan, kita hubungi konservasi di Tabanan dulu yang terdekat. 

Seingat Sukanta, sebelumnya hanya ada tiga konservasi penyu di Bali diantaranya di Kuta, Perancak, dan Serangan. Sukanta menambahkan, “sekarang sudah banyak kok ada konservasi, kesadaran masyarakat di pesisir luar biasalah sekarang.”

Salah satu pengunjung TCEC, Amy mengharapkan agar konservasi penyu TCEC kian berkembang. “Ini sarana edukasi yang menarik dan penting, semoga ada banyak pihak khususnya donatur yang membantu,” ujar WNA asal Australia ini.

Pengunjung mancanegara silih berganti melihat para penyu

Pukul 10.30 Wita, para pengunjung konservasi penyu TCEC datang silih berganti. Puncak keramaian konservasi ini berada pada bulan Juli dan Agustus. Para relawan maupun mahasiswa kerja praktek pun menuntun setiap pengunjung melihat para penyu yang berenang-renang dengan tenang.

ShareTweetSendSend
Anugerah Jurnalisme Warga 2021
Yuko Utami

Yuko Utami

Empowered Women Empower Women

Related Posts

(Esai foto) Menikmati GWK dari Luar

(Esai foto) Menikmati GWK dari Luar

24 September 2023
Menguji Akses Publik di KEK Kura Kura Bali Hasil Reklamasi Serangan

Menguji Akses Publik di KEK Kura Kura Bali Hasil Reklamasi Serangan

23 September 2023
Jalan Kaki Menikmati City Tour Semarapura

Produksi Air Minum dalam Kemasan Kian Menjamur

23 September 2023
Saran untuk yang Terhormat Para Caleg

Tantangan Perempuan di Panggung Politik dan Sekolah Perempuan Inklusi

22 September 2023
Menguji Efektivitas Bus Umum Rute Bukit Jimbaran

Menguji Efektivitas Bus Umum Rute Bukit Jimbaran

21 September 2023
Ketidakadilan Akses Air di Desa Sumber Air

Ketidakadilan Akses Air di Desa Sumber Air

21 September 2023
Next Post
Filosofi Gambreng dari Sarimanah

Filosofi Gambreng dari Sarimanah

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Melali Melali Melali

Temukan Kami

  • Trending
  • Comments
  • Latest
Cerita Pohon: Dadap, Super Tree yang Terlupakan

Cerita Pohon: Dadap, Super Tree yang Terlupakan

10 September 2023
Berhitung Angka dalam Bahasa Bali

Berhitung Angka dalam Bahasa Bali

5 June 2013
Rencana Pembangunan Hidden City Ubud dan Kerisauan Warga

Rencana Pembangunan Hidden City Ubud dan Kerisauan Warga

5 September 2023
Jangan Terlambat, Lindungi Anak Sekolah dari Kerentanan Bencana di Karangasem

Jangan Terlambat, Lindungi Anak Sekolah dari Kerentanan Bencana di Karangasem

26 July 2023
Membongkar Kesalahpahaman tentang Kasta di Bali

Membongkar Kesalahpahaman tentang Kasta di Bali

4 June 2012
Gemuruh di Bali Utara: Hulutara, Irama Utara, Beluluk (Bagian 1)

Gemuruh di Bali Utara: Hulutara, Irama Utara, Beluluk (Bagian 1)

2
Meneladani Hidup dari Buruh Gendong

Meneladani Hidup dari Buruh Gendong

1
Karut Marut di Jalan Terus Berlanjut

Karut Marut di Jalan Terus Berlanjut

2
Kisah Pohon di Bali: Lateng, Penjaga Hutan

Kisah Pohon di Bali: Lateng, Penjaga Hutan

1
(Esai foto) Menikmati GWK dari Luar

(Esai foto) Menikmati GWK dari Luar

24 September 2023
Menguji Akses Publik di KEK Kura Kura Bali Hasil Reklamasi Serangan

Menguji Akses Publik di KEK Kura Kura Bali Hasil Reklamasi Serangan

23 September 2023
Jalan Kaki Menikmati City Tour Semarapura

Produksi Air Minum dalam Kemasan Kian Menjamur

23 September 2023
Saran untuk yang Terhormat Para Caleg

Tantangan Perempuan di Panggung Politik dan Sekolah Perempuan Inklusi

22 September 2023
Menguji Efektivitas Bus Umum Rute Bukit Jimbaran

Menguji Efektivitas Bus Umum Rute Bukit Jimbaran

21 September 2023

Kabar Terbaru

(Esai foto) Menikmati GWK dari Luar

(Esai foto) Menikmati GWK dari Luar

24 September 2023
Menguji Akses Publik di KEK Kura Kura Bali Hasil Reklamasi Serangan

Menguji Akses Publik di KEK Kura Kura Bali Hasil Reklamasi Serangan

23 September 2023
Jalan Kaki Menikmati City Tour Semarapura

Produksi Air Minum dalam Kemasan Kian Menjamur

23 September 2023
Saran untuk yang Terhormat Para Caleg

Tantangan Perempuan di Panggung Politik dan Sekolah Perempuan Inklusi

22 September 2023
BaleBengong.id

© 2020 BaleBengong: Media Warga Berbagi Cerita

Informasi Tambahan

  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Peringatan
  • Panduan Logo
  • Bagi Beritamu!

Temukan Kami

No Result
View All Result
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Arsip

© 2020 BaleBengong: Media Warga Berbagi Cerita

Welcome Back!

Sign In with Facebook
OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Sign Up with Facebook
OR

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In