• Beranda
  • Pemasangan Iklan
  • Kontak
  • Bagi Beritamu!
  • Tentang Kami
Sunday, May 25, 2025
  • Login
BaleBengong.id
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip
No Result
View All Result
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip
No Result
View All Result
BaleBengong
No Result
View All Result
Home Berita Utama

Mengembalikan Marwah Kesenian Drama Gong

Santana Ja Dewa by Santana Ja Dewa
1 February 2018
in Berita Utama, Budaya
0 0
1
Pentas drama gong untuk revitalisasi kesenian yang mulai ditinggalkan ini di Nusa Penida. Foto Santana Ja Dewa.

Drama gong pernah mengalami masa keemasan.

Kesenian ini selalu dinantikan kehadiranya, meskipun kini tidak lagi dieluk-elukan pecintanya. Drama Gong sendiri adalah sebuah garapan seni drama yang membawakan cerita rakyat Bali sebagai pementasanya.

Seiring waktu, kesenian ini tidak lagi sepopuler dulu.

Sekaa Teruna Teruni (STT) Sila Jaya, Banjar Batununggul, Desa Pakraman Dalem Setra Batununggul di Nusa Penida, Klungkung pun mencoba revitalisasi kesenian yang sudah lama mati suri.

“Kami gelisah karena keberadaan kesenian ini telah lama dan nyaris terlupakan,” kata Ketua STT Sila Jaya I Dewa Gede Hendradinata saat ditemui disela-sela acara.

STT Sila Jaya pun mencoba membangun kembali marwah kesenian ini yang disesuaikan dengan kondisi sekarang. “Revitalisasi mendapat apresiasi dari semua komponen masyarakat,” kata Hendra.

Dalam penampilannya, sekaha drama gong melibatkan anggota STT sebagai pregina, termasuk penabuh. Kenikmatan berkesenian cair setelah pementasan menghibur masyarakat yang bertepatan dengan Ida Bahatara pelawaran Barong dan Randa nyejer selama tiga hari yang jatuh pada rahina Purnama Kepitu kemarin.

Hendra melanjutkan drama gong sendiri tidaklah mudah tetapi mereka tetap berusaha menyuguhkan yang terbaik. “Tatkala penonton terhibur, di sanalah pelepasan dalam berkesenian,” Hendra menambahkan.

Sementara penata tari, I Dewa Made Wisarja menyampaikan drama gong memang sudah lama tidak aktif. Menurutnya, penyebab orang lupa pada kesenian ini karena berbagai faktor. Sebagai anak muda, dia merasakan kegetiran melihat kesenian tersebut digusur oleh yang namanya kekinian.

“Kami berusaha menghadirkan kembali marwah drama gong,” lanjut Wisarja.

Menurut Wisarja, menghidupkan kembali drama gong termasuk sulit. “Dibilang sulit ya sulit, tetapi jika kesulitan tersebut dibarengi dengan ketulusan dalam berkesenian dijamin mengalir begitu saja,” ujarnya.

Wisarja menambahkan keterampilan menari hampir semua bisa. Hal terpenting di sini adalah mengwujudkan kesenian ini sesuai pakem. Mereka memasukkan beberapa unsur agar sesuai dengan kondisi sekarang. Adapun cerita yang mereka bawakan adalah Cupak Gerantang. [b]

Tags: Budayadrama gongNusa Penida
Liputan Mendalam BaleBengong.ID
Santana Ja Dewa

Santana Ja Dewa

Pewarta warga. Lahir dan besar di Nusa Penida, Bali bagian tenggara. Senang menulis dan bercerita. Juga sering berkelana ke mana-mana.

Related Posts

Bali Hampir Habis, Semenjana dan Tergantikan

4 January 2025
Lebih dari Sekadar Wastra, Ragam Ekspresi di Roman Muka

Lebih dari Sekadar Wastra, Ragam Ekspresi di Roman Muka

22 July 2024
Napak Tilas Konflik Tanah Desa Adat Bugbug

Napak Tilas Konflik Tanah Desa Adat Bugbug

23 October 2023
Klub Menulis Musik bersama Made Adnyana: Sisi Lain Dunia Musik

Klub Menulis Musik bersama Made Adnyana: Sisi Lain Dunia Musik

13 September 2023
Gemuruh di Bali Utara: Hulutara, Irama Utara, Beluluk (Bagian 1)

Gemuruh di Bali Utara: Hulutara, Irama Utara, Beluluk (Bagian 1)

4 September 2023
Sang Gunung Menyerahkan Jejaknya ke Laut, Alternatif Pengarsipan Sejarah

Sang Gunung Menyerahkan Jejaknya ke Laut, Alternatif Pengarsipan Sejarah

22 August 2023
Next Post
Prosa Liris ‘Bulan Sisi Kauh’ Raih Hadiah Rancagé 2018

Prosa Liris ‘Bulan Sisi Kauh’ Raih Hadiah Rancagé 2018

Comments 1

  1. El siregar says:
    7 years ago

    Drama gong nampaknya senasib dengan ketoprak/ludruk/wayang wong/etc, yang di zaman deru campur debu ini perlahan tertinggal.

    Dulu ada LP (piringan hitam) dan kaset lalu berganti dengan CD/DVD.
    Tak ada yang permanen, yang permanen cuma perubahan.

    Drama gong bisa bertahan karena bisa bawakan cerita yang universal.
    Bisa dipentaskan dimana saja, kapan saja dalam versi apa saja.

    Drama WS Rendra “Perjuangan Suku Naga” misalnya bisa dipentaskan dalam versi drama gong.
    Apa yang terjadi panggung menyambung dengan apa yang terjadi disekitar.
    Go ahead drama gong, make my day.

    Reply

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Temukan Kami

Kelas Literasi BaleBengong
Melali Melali Melali
Seberapa Aman Perilaku Digitalmu? Seberapa Aman Perilaku Digitalmu? Seberapa Aman Perilaku Digitalmu?

Kabar Terbaru

Rumah Singgah Harmoni, Program Jembrana untuk Warganya yang Sakit di Denpasar

Rumah Singgah Harmoni, Program Jembrana untuk Warganya yang Sakit di Denpasar

24 May 2025

Benarkah Gelombang PHK Tak Menyentuh Media Massa Bali?

23 May 2025
Percepatan Pemanfaatan PLTS Atap

Percepatan Pemanfaatan PLTS Atap

23 May 2025
Mendorong Tata Krama Berwisata di Bali

Mendorong Tata Krama Berwisata di Bali

22 May 2025
BaleBengong

© 2024 BaleBengong Media Warga Berbagi Cerita. Web hosted by BOC Indonesia

Informasi Tambahan

  • Iklan
  • Peringatan
  • Kontributor
  • Bagi Beritamu!
  • Tanya Jawab
  • Panduan Logo

Temukan Kami

Welcome Back!

Sign In with Facebook
OR

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip

© 2024 BaleBengong Media Warga Berbagi Cerita. Web hosted by BOC Indonesia