Makin hari, pangan lokal di Bali makin sayu terdengar.
Gaung mereka kian kalah oleh gempuran fast food dan junk food. Masyarakat semakin menyukai produk makanan tersebut karena menganggapnya praktis dan tampilannya menarik.
Restoran fast food saat ini menjamur. Ini bisa dilihat di mana-mana mulai dari Badung dan Denpasar lebih dari 50 restoran. Sementara makanan lokal yang kaya variasi jenis sudah mulai ditinggal pelan-pelan. Mereka dianggap tidak menarik lagi dan membosankan. Konsumen pun takut dianggap tidak gaul dan takut dianggap “miskin”.
Menurunnya konsumsi terhadap pangan lokal berdampak pada meningkatnya bahan pangan impor. Akibatnya Indonesia dianggap belum mampu berdaulat pangan. Konsep kedaulatan pangan berarti mengembalikan hak atas pangan kepada masyarakat sesuai dengan potensi lokal yang dimiliki. Dengan demikian masyarakat akan mampu memenuhi sendiri kebutuhan pangannya, mandiri dan tidak bergantung pada pasokan wilayah lain.
Membudayakan kembali pangan lokal bukan hanya akan menghilangkan ketergantungan pada salah satu makanan pokok saja, tapi juga menambah asupan gizi yang lebih beragam, meningkatkan kesejahteraan petani, serta membangkitkan perekonomian para pelaku usaha pangan lokal nasional dan menghemat pengeluaran negara untuk impor.
Pusat Pendidikan Lingkungan Hidup (PPLH) Bali sebuah organisasi non-pemerintah di bidang pendidikan lingkungan dan pemberdayaan masyarakat. Kantornya di Jl. Letda Reta 90 Denpasar. Salah satu programnya adalah Healthy Food Healthy Living (HFHL) yang didukung VECO Indonesia. HFHL mengangkat isu pangan dengan target sasaran anak muda.
Program ini digerakkan oleh komunitas muda HFHL. Mereka mengampanyekan seruan kembali ke pangan sehat, pangan lokal dan pertanian Indonesia untuk sesama anak muda. Minggu ini ingin mengajak anak muda untuk mencintai pangan lokal dengan menggelar LOCAVORE FESTIVAL. Temanya Mengajak Generasi Muda Mencintai Pangan Lokal.
Kegiatan diadakan di Taman Kota Lumintang Denpasar. Hadir ratusan anak-anak muda dari usia 15 – 25 tahun di sekitar Denpasar dari sekolah dan perguruan tinggi.
Catur Yudha Ariani, Direktur PPLH Bali mengatakan, tujuan kegiatan ini untuk meningkatkan motivasi wirausaha muda pada produk pertanian untuk mendukung produsen atau para petani khususnya di Bali. “Kami juga ingin mendorong kreativitas anak muda membuat resep baru makanan sehat dari bahan pangan lokal dan menemukan potensi anak muda yang mampu mendokumentasikan pangan dengan media fotografi,” katanya.
Kegiatan ini dibuka Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat Kota Denpasar, I Made Mertajaya. Hadir pula Gede Robi (Navicula) seorang musisi, aktivis, penulis, pelukis dan sekaligus petani dalam diskusi santai tentang pertanian. Robi, panggilan akrapnya, sudah belajar bertahun-tahun permaculture. Robi baru saja pulang dari India mendapatkan belajar pertanian disana. Kehadirannya diharap bisa memotivasi anak muda untuk cinta pangan lokal sambil diselingi lagu-lagu bertema lingkungan dan sosial.
Kegiatan inti Locavoria Festival ada tiga yakni pertama Temu Entrepreneur Muda Pangan Lokal dikemas dalam diskusi panel. Menghadirkan 10 anak muda hebat yang bergelut pada usaha pangan. Berbagai bentuk usahanya mulai dari produk mentah, produk kosmetik,ada pula yang sudah dalam produk olahan jadi atau masakan dan lain lain. Selain berdiskusi untuk saling berbagi pengalaman, mereka juga akan menggelar produk-produk pada stand-stand yang disediakan dan bisa dikunjungi oleh umum.
Kegiatan kedua adalah Lomba Inovasi Resep Masakan Sehat, mengundang anak muda berbakat memasak. Bahan dasar yang disiapkan panitia adalah bahan sayuran dari ares (pohon pisang),gonde dan bongkot (kecombrang).
Ketiga bahan tersebut sebenarnya sudah sering diolah menjadi masakan yang memiliki cita rasa yang lezat. Namun sayang makanan lokal ini kurang diminati oleh anak muda. Ini menjadi sebuah tantangan bagaimana bisa menemukan sebuah inovasi resep dari tiga bahan ini agar bisa menggoda selera makanan anak muda sehingga cinta bahan pangan lokal ini.
Kegiatan ketiga Lomba Foto Pangan Lokal Sosial Media dan On Venue mengajak anak muda yang memiliki hobi fotografi. Era modern anak muda identik dengan media sosial salah satunya adalah instagram. Instagram merupakan aplikasi yang digunakan untuk mengelola, mengedit dan membagikan foto atau video kesemua orang.
Saat ini banyak individu atau kelompok mengabadikan momen, kampanye hingga berjualan dilakukan melalui membagikan foto maupun video di instagram, dan hasilnya pun cukup memuaskan. Oleh karena itu dengan membuat foto pangan lokal dan membagikannya di instagram diharapkan foto tersebut dapat “berbicara” dan mempromosikan serta mengajak masyarakat untuk mencintai pangan lokal. [b]