Kadek, 23 tahun, tampak kelelahan.
Balawista yang bertugas di pesisir pantai Nusa Dua hingga daerah Kudeta itu meneguk air mineralnya hingga habis sembari sesekali mengelap keringat.
Balawista satu ini bersama kelompoknya baru saja meraih juara dua dalam perlombaan balawista yang dilaksanakan di Bali’s Big Eco Weekend Sabtu kemarin.
Bali’s Big Eco Weekend event tahunan yang diadakan di Pantai Legian, Bali. Seperti dikemukan oleh salah seorang panitia pada pembukaan acara, kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kepedulian masyarakat akan kebersihan pantai khususnya dan kelestarian alam sebagai aset yang dimiliki Bali.
Salah satu elemen yang ikut serta dalam kegiatan Bali’s Big Eco Weekend adalah balawista juga dikenal dengan sebutan lifeguard.
Kadek bercerita mengenai awal ia menjadi seorang balawista. Hampir dua tahun lalu ia mengikuti Pelatihan yang diadakan oleh pengelola Pantai. Sejak resmi diangkat menjadi balawista, lelaki ini mulai terbiasa dengan sistem kerja rolling daerah dan shift.
Shift pertama pada pukul tujuh pagi hingga pukul dua siang dan selanjutnya hingga matahari terbenam. Bekerja menjadi balawista juga membuat Kadek menjadi semakin mengenal wilayah pesisir Bali, terutama dari Nusa Dua hingga Kuta, wilayah kerjanya.
Saat ditanya mengenai kegiatan ini, Kadek menyambut antusias, menurutnya merupakan suatu ajakan yang baik bagi balawista agar semakin rajin berlatih meningkatkan kemampuan dan semakin saling mengenal.
Namun, begitu ditanyakan mengenai kesehariannya sebagai balawista yang berhadapan langsung dengan alam, pria ini mengaku cukup prihatin melihat kondisi pantai-pantai tempatnya bertugas.
Selama dua tahun bekerja, menurutnya semakin banyak pembangunan di pesisir pantai. Semua lahan disulap menjadi hotel, vila dan restoran. Secara ekonomi mungkin akan menguntungkan, karena membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat.
Namun, sebagai masyarakat sekaligus balawista Kadek khawatir akan merusak lingkungan atau ekologi pantai.
Balawista bernama Kadek ini mungkin hanya seorang tamatan SMK dengan kemampuan renang sejak kecil, ia tidak memahami konspen pariwisata berkelanjutan. Di mana dalam konsep itu, pembangunan secara ekonomi, ekologis dan sosial politik harus berjalan bersama-sama.
Ia juga buta terhadap Undang-Undang termasuk kewenangan pemerintah daerah, yang sebenarnya memiliki peran penting dalam hal ini. Salah satunya peranan pemerintah daerah untuk penataan ruang di pesisir pantai.
Kadek adalah potret masyarakat sekitar, bukan pemerintah, bukan pula praktisi tata ruang. Dia hanya menginginkan pembangunan yang adil untuk penghidupannya melalui pekerjaan sebagai balawista, sekaligus untuk alam.
Jika pemerintah daerah yang harusnya mendistribusikan keadilan melalui kewenangan yang dimiliki menutup mulut dan mata, maka bukankah inilah saatnya kita bertanya pada dan melihat melalui Kadek Kadek lainnya? [b]