Oleh Luh De Suriyani
Dinas Peternakan, Perikanan, dan Kelautan Kabupaten Badung memulai program vaksinasi massal pada anjing di kawasan Kuta Selatan dan perbatasan Kuta Utara, Kamis pekan lalu. Ini dilakukan sebagai upaya menghalangi sebaran virus rabies ke daerah lain di Bali.
Antusiasme warga terlihat ketika pos vaksinasi baru dibuka di Banjar Pesalakan, Kelurahan Tuban. Belum sampai tengah hari, 100 dosis vaksin rabies jenis Rabivet Supra 92 nyaris habis. Sebanyak 100 dosis lainnya pada saat yang sama diberikan pada anjing di daerah Pecatu, Kuta Selatan. Bali telah mendapatkan kiriman 20 ribu dosis vaksin rabies dari Jakarta.
“Kami melakukan vaksinasi di daerah terjangkit rabies yaitu Kuta Selatan dan perbatasannya dengan Kuta Utara yaitu di Tuban ini. Tuban salah satu daerah tersibuk dan pintu masuk pariwisata, jadi menjadi fokus pemutusan jalur penularan rabies,” ujar drh. Gede Asrama, Kepala Sub Dinas Kesehatan Hewan Dinas Peternakan, Perikanan, dan Kelautan Badung.
Gede Asrama menjelaskan vaksinasi rabies adalah tindakan penghalang keluarnya virus dari Kuta Selatan selain himbauan untuk tidak mengeluarkan anjing dari daerah terpapar. Hingga kini, tambahnya, baru satu sampel anjing yang positif rabies yakni di daerah Kedonganan, Kuta Selatan.
Dalam program vaksinasi ini, Disnak bekerja sama dengan dua yayasan pelindung binatang yakni Yayasan Yudisthira Swarga dan Bali Animal Welfare Association (BAWA).
Sejumlah jenis anjing lokal dan ras luar negeri diberikan vaksin di sekitar punggungnya. Setelah dsuntik vaksin, anjing mendapat kalung dengan liontin bertanda huruf V, kepanjangan dari veteriner, tanda telah mendapat vaksin rabies.
Ketut Tongsi, salah satu pemilik anjing yang divaksin mengatakan ia sangat antusias dengan program vaksinasi gratis ini. “Ini membuat saya merasa aman memelihara anjing demi kesehatan dan keselamatan orang lain,” katanya sambil menggendong Rambo, anjing 3 tahun yang menjadi penjaga rumahnya.
Tongsi kini mendapat kartu kontrol vaksinasi. Sementara Rambo diwajibkan mengenakan kalung dengan liontin V itu untuk seterusnya.
Ketut Lenen, Kepala Kelurahan Tuban mengaku agak lega karena wilayahnya mulai diproteksi dari ancaman penularan rabies. “Tuban adalah pintu masuk Bali. Sangat dekat dengan pusat pariwisata, jangan sampai anjing disini kena. Sampai sejauh ini saya belum menadapat laporan kasus gigitan anjing pada manusia,” ujarnya.
Gede Asrama menjelaskan bahwa pihaknya kini fokus pada program vaksinasi setelah melakukan eliminasi yaitu penertiban pada anjing liar tanpa pemilik di Kuta Selatan.
Program penanggulangan rabies lainnya adalah public awareness, investigasi dan observasi kasus gigitan anjing, dan pengawasan lalu lintas hewan penular rabies seperti anjing, kucing dan kera.
“Sekitar tiga bulan setelah vaksin pertama, kami akan mengambil sampel darah anjing yang sudah tervaksin untuk mengetahui hasilnya. Jika diperlukan, vaksinasi kedua akan dilakukan,” tambahnya.
Ia mengakui, pihaknya sangat berhati-hati dalam prosedur penanggulangan ini karena baru pertama kali dilakukan setelah Bali dinyatakan bebas rabies secara historis.
Selain vaksinasi, Disnak juga menyebarkan pamflet sosialisasi penyakit rabies dan pencegahannya. Misalnya gejala hewan yang terpapar rabies yakni menunjukkan perubahan perilaku seperti dari jinak menjadi galak atau sebaliknya. Kemudian anjing rabies biasanya memakan benda-benda tak lazim seperti kayu, besi, sandal, dan lainnya. Selain itu anjing keluar air liur berlebihan dan suka melompat-lompat tanpa sebab.
Asrama meminta pemilik hewan peliharaan mengikat atau mengandangkan peliharaannya. Jika kena gigitan, segera dibasuh dengan deterjen atau alkohol. Sementara ini, baru anjing yang diberikan vaksin rabies. [b]
Aloo,pak/ibu bisa tiling informasi prosedur bawa Anjing Dari amerika ke Jakarta ? Dibandara Jkt mana yg masih bisa? Soal karantina biaya nya brp duit? Waktu karantina brp hari dan apakah klo dikarantina Anjing saya ga mati nantinya? Sebab soal makannya, merawat harus pemiliknya?