Teks dan Foto Eka Juni Artawan
Sejak lima tahun, Ni Wayan Weder, 65 tahun, setia memberi pelayanan air bersih yang bersumber dari lingkungan Pura Beji, Desa Meliling, Tabanan, Bali.
Sejak pukul tujuh pagi, perempuan yang kemampuan berbahasa Indonesianya terputus-putus ini sudah berada di pinggir jalan. Dia menjaga sumber air yang sudah difasilitasi keran hingga pukul tujuh malam sambil sibuk membuat sarana upacara. Lokasinya persis di sebelah barat tikungan jalan utama yang menghubungkan Denpasar – Gilimanuk
Saat ditemui dia tengah merangkai janur di sumber air itu. Ia dengan ramah menyapa.
“Ngerereh toya, Gus? Niki plastik,” katanya. Artinya, “Mau mencari air, Dik? Ini ada plastik.” Jika yang datang tidak membawa galon, ia langsung menawarkan kantong plastik yang sudah disiapkan.
Sudah bisa ditebak jika rata-rata orang yang datang kesana sudah barang tentu untuk kebutuhan air. Kebanyakan orang datang ke sana cukup dengan membawa galon kosong. Bahkan di antara mereka ada yang membawa galon dalam jumlah banyak.
Tiap pengunjung cukup membayar Rp 2.000 tiap satu galon. Jelas tertulis dalam sebuah papan di sebelah kotak uang yang terkunci gembok. Ada plakat kayu dengan tulisan “JUAL AIR BERSIH RP. 2000/GALLON”.
Tak jarang pengunjung yang membayar tidak sesuai tarif. Ia menyikapinya secara bijak. Sebelumnya, ia pernah memasang tarif Rp 1.000. Namun, semenjak biaya listrik naik ia, menaikkan menjadi Rp 2.000 untuk satu galon.
Ia mengakui bahwa selama ini airnya tidak pernah mengenal kering walaupun di saat kemarau.
“Toya niki tan taen naenang kering. Biar ndang patuh ambun nike tan kutek, pokonya bening,” ujarnya dalam bahasa Bali yang berarti air ini tidak pernah mengalami kering meski di saat musim kemarau. Pokonya bening.
Di samping bening, air ini juga bisa diminum langsung tanpa harus dimasak.
“Yening diminum langsung dados, santukan toye niki langsung metu saking batu.” Maksudnya, jika mau minum langsung bisa sebab air ini keluar langsung dari celah batu.
Menurut Wedri, hingga sekarang, kualitas air itu masih mendapat kepercayaan dari masyarakat setempat karena memang sudah pernah diuji. Kala itu dia menyaksikan sendiri seorang petugas menguji kualitas serta kelayakan minum.
Masyarakat akhirnya meyakini, tidak hanya warga setempat bahkan ada pula yang dari jauh dengan sengaja membawa galon kosong. Akibatnya, masyarakat memilih air murni dibandingkan air yang melalui proses isi ulang. Ini menjadi daya jual bagi Ni Wayan Weder.
Made Wirata, misalnya, datang dengan naik sepeda motor. Warga yang tinggal tak jauh dari sumber itu cenderung memilih mengisi air di sini ketimbang di tempat lain atau membeli air melalui proses isi ulang.
“Sebenar ne ditu ade mase sumber yeh jenis kene, tapi sing rame”, ujarnya. Artinya, sebenarnya di sana ada juga sumber air, namun tidak sebagus dan seramai yang di sini.
Dalam waktu tiga hari ia menghabiskan satu galon air dari tempat ini.
Made Wirata meyakini air di sumber ini memiliki keistimewaan untuk pemulihan kesehatan.
Hingga sekarang, Ni Wayan Weder tidak pernah sepi dari pengunjung yang memerlukan air. Penghasilannya dalam sehari rata-rata Rp 100.000 atau bahkan lebih. Masa-masa sepi hanya bisa dirasakan saat cuaca turun hujan. Di saat sepi paling banter uang yang terkumpul dari kotak itu hanya Rp 20.000.
Namun, dia juga pernah mendapat masalah. Uang di dalam kotak habis diambil orang. Ia merasa kaget setelah dilihatnya kotak sudah dalam tercongkel tanpa selembar uang pun di dalamnya. Dia lima kali mengalami hal yang serupa.
Berawal dari pengalaman itu, belakangan ini ia lebih rajin untuk mengecek isi kotak tersebut. Di saat ada keperluan ia kerap mengambil terlebih dahulu isi kotaknya sebelum ditinggalkan untuk urusan lain.
Ditanya soal biaya, ia mengaku menghabiskan Rp 14 juta untuk pembangunan pompa hingga air itu bisa mengalir dari ketinggian. Dalam sebulan rata-rata beban listrik yang ia harus bayar untuk pompa sebesar Rp 100.000. Keseluruhan biaya pembangunan tadi ia dapatkan berkat bantuan suami dari saudara sepupunya yang kebetulan merantau di Jepang.
Akhirnya keberadaan sumber air tersebut dinilai sangat bermanfaat oleh masyarakat setempat. Sebelumnya masyarakat juga turut membangun anak tangga secara gotong royong sekaligus bertujuan mempermudah akses menuju Pura Beji.
Bidadari mandi
Berbekal pengalaman sejarah seadanya, Ni Wayan Weder berkisah perihal asal muasal munculnya sumber air di areal Pura Beji.
Weder bercerita, dulu kala ada dua tokoh ratu membuat sayembara, yaitu Ratu Si Made sama Ratu Prande Puja. Mereka bertemu di mana sekarang Pura Beji berada. Kedunya beradu kebolehan dengan cara membuat sayembara agar di tempat itu muncul sumber air. Mereka memilih beberapa titik sumber air yang menjadi pilihan masing-masing. Siapa duluan terbukti sudah barang tentu ia yang akan menjadi pemenang.
Singkat cerita, perhelatan itu dimenangkan Ratu Si Made. Sumber air itu terbukti keluar duluan berkat-Nya. Kini, sumber air itu masih mengalir sebesar ibu jari yang berlokasi di areal Pura Beji, menjadi satu rangkaian ritual upacara dengan Pura Puseh dan Pura Dalem Desa Meliling.
Cerita dari Ni Wayan Weder cukup membuat rasa penasaran. Saya pun memberanikan turun menuju Pura Beji seorang diri. Ada 72 anak tangga yang menghubungkan hingga ke dasar jurang. Jika sehabis turun hujan atau di pagi hari kondisi licin akan menghambat langkah menuju ke dasar. Permukaan licin disebabkan oleh tumbuh suburnya tanaman lumut yang menempel di tiap-tiap ruas anak tangga.
Sesampai di dasar, akan terlihat berupa bangunan tua yakni Pelinggih. Pelinggih ini dikelilingi tembok setinggi satu meter, terlihat seperti bangunan yang sudah berusia. Tumbuhan kecil serta rumput liar dengan suburnya menghiasi hampir di tiap-tiap sudut serta permukaan tembok. Di sudut kanan yang berdekatan tebing, di sanalah sumber air itu berada.
Sebagian sisinya hampir diselimuti tumbuhan liar yang menjalar. Tetesan air berupa butiran bening tiada henti membasahi halaman pura yang mengalir dari dedaunan. Jelas membuat tumbuh subur lumut-lumut yang tertempel di halaman pura yang kian hijau.
Di hadapan pura terbentang sebuah sungai terbesar di Tabanan yakni Sungai Yeh Hoo jelas terlihat dari ketinggian. Sesekali terdengar suara pereret (sejenis binatang yang hinggap di pepohonan) mengeluarkan suara lantang silih berganti bermunculan. Sayup sayup terdengar deru kendaraan yang lalu lalang di atas tebing juga di seberang sungai.
Di tempat itu, kembali teringat cerita Ni Wayan Weder di mana seorang pengendara motor terjun dari atas jurang hingga motornya sampai menimpa areal pura. Alhasil sang pengendara selamat dari maut karena tersangkut ranting pohon yang menghalangi.
Ia juga mengakui pengalaman angker yang terjadi. Dulu katanya pernah ada warga yang hendak mencari air langsung ke dasar jurang lantaran listrik padam tidak sanggup menaikkan air. Kala itu tepat pukul 12 siang. Begitu mendekat ke sumber air, di hadapannnya nampak sejumlah bidadari sedang asik mandi. Ketika dia mencoba mendekat wujud itu tiba-tiba menghilang.
Sadar akan dirinya menemukan hal yang aneh, akhirnya ia mengurungkan niatnya untuk mencari air. Lantas ia bergeas menuju kediaman Ni Wayan Weder yang tak jauh dari sana
Kesan angker yang diakui Ni Wayan Weder juga pernah terjadi di lokasi pengambilan air yang di atas. Tak jarang mobil kerap kali menerjang pelinggih yang berada di sebelah keran air. Beruntung pengendaranya selamat karena sebuah pohon besar menghalangi hingga mereka tidak sampai terjun ke dasar jurang.
Semenjak itulah ia mengganti pelingih yang berdampingan dengan kran air tadi dengan bahan kayu. Ia khawatir hal serupa terjadi kembali
Untuk senantiasa selalu memperoleh berkah dan keselamatan, ia rutin sembahyang mengahuturkan canang ataupun segehan. Tiap hari Purnama atau Tilem ia menghaturkan sarana upacara yang lebih besar dibanding hari-hari biasanya. [b]
rezeki itu bisa dari mana saja yang penting halal 😀
English Teachers Urgently Required !!!
A fast-growing National English Language Consultant is hunting for professional English Tutors with the following qualifications:
i. Competent, Experienced, or Fresh Graduate
ii. Proficient in English both spoken & written
iii. Friendly, Communicative, & Creative
iv. Available for being placed in one of the following branches:
a. Bandar Lampung, Jln. Ahmad Yani No 7 A Bandar Lampung, Telp: 0721-261135
b. Denpasar, Jln. HOS Cokroaminoto No 66 Block B, C, D Denpasar, Telp: 0361-422335
c. Pekanbaru, Jln. Ahmad Yani No 187 Kel. Tanah Datar 28000 Pekanbaru, Telp: 0761-7641321
d. Batam, Graha Pena Building 5th Floor, Suite 510, Jln. Raya Batam Centre, Batam, Telp: 0778-460785
e. Balikpapan, BRI Building 8th Floor, Jln. Jend. Sudirman No 37 Klandasan BalikpapanTelp: 0542-737537
f. Makassar, Graha Pena Building 8th Floor, Suite 807,809-812, Jln. Urip Sumoharjo, No 20 Makassar, Telp: 0411-451510
g. Medan, Visit http://www.easyspeak.co.id
h. Banjarmasin, Visit http://www.easyspeak.co.id
If you meet the qualifications above, please send your resume to the address you are applying for or to our email: easyspeak.recruitment@gmail.com within 2 (two) weeks after this advertisement.
Visit http://www.easyspeak.co.id for further information about our company.