Men Coblong belakangan ini agak sulit tidur nyenyak. Banyak teror datang dari berita yang terus menerus meniupkan hawa tidak baik dan sialnya “menancap” dengan santai di sulur-sulur otak, menyebar ke saluran nafas. Mengendap lama dan menjadi kerak yang sulit dicongkel. Efeknya tinnitus, makin berpesta pora di telinga Men Coblong.
“Kamu itu memang perempuan rumit. Terlalu banyak berpikir hal-hal tidak perlu. Seluruh dunia kamu pikirkan. Hidup itu singkat, maka nikmati. Kita ini menjelang manula, hemat-hemat menggunakan waktu. Sudah lolos dari Covid-19 itu berarti Ida Bethara mapica— kosmis dan seluruh kekuatannya menghibahkan anugerah untuk kita merenungkan kembali hidup ini. Hidup kedua, kau paham,” kata sahabat Men Coblong sambil menaikkan kakinya, dan menghirup kopi pilihannya arabica dark latte blend.
Perempuan 55 tahun itu menatap mata Men Coblong dengan tatapan santai, tak ada ketakutan, tak ada mendung bergelantungan di biji matanya. Dia menghirup kopinya dengan nikmat, seolah baru saja terlepas dari beban berat.
Terlalu lama terkurung di rumah. Kehilangan banyak sahabat, juga kerabat dekat membuat Men Coblong merasa hidupnya kali ini justru tidak baik-baik saja. Kehidupan yang terasa ganjil, grubug —wabah tidak datang dari alam, tetapi juga dari manusia-manusia yang tidak punya hati dan otak!
Sebagai ibu dari seorang anak lelaki menginjak 22 tahun, kasus Richard Eliezer Lumiu yang “mengaku” diperintah atasannya, Ferdy Sambo, menembak rekan sesama ajudan polisi, Yosua Hutabarat. Sang atasan (pangkat terakhir Inspektur Jenderal Polisi) tak mengakui sebagai perencana pembunuhan, bahkan sempat memberikan skenario baku tembak antarajudan.
Peristiwa ini menguras pikiran Men Coblong, atau kalian semua yang memiliki anak seusia Eliezer, membayangkan seorang anak lelaki dari keluarga sangat-sangat sederhana, bermimpi setinggi langit untuk merebut status sosial yang lebih baik, terkapar tak berdaya. Kadang Men Coblong “kepo” juga, dengan kondisi Eliezer seperti itu, menanggung beban telah ikut “membunuh” Yosua. Apakah Eliezer masih baik-baik saja?
Pembacaan vonis menghajar hukuman mati untuk sang atasan (mantan Kadiv Propam Polri (2020–2022) —polisinya polisi yang bikin gentar siapa pun, termasuk para perwira polisi yang terjerat “sirkus” Sambo). Penjara cukup lama untuk para terdakwa lainnya, dan hukuman ringan untuk Richard karena membantu membukakan kasus. Hanya Richard yang divonis lebih rendah dari tuntutan jaksa. Ada relasi kuasa yang timpang antara pemberi perintah dan yang diberi perintah, terlebih karena mereka anggota institusi yang dibangun dari rantai komando. Pertikaian soal ada apa sih dengan Sambo, atau Putri, yang berujung kematian Yosua? Masih misteri, agaknya tidak akan pernah terbuka. Peti pandora itu akan tertutup selamanya. Menyisakan beragam mitos, entah sampai kapan.
Benar hukuman 1,5 tahun yang dijatuhi hakim akan memungkinkan Richard mengejar keinginannya kembali ke Korps Brimob setelah menjalani hukuman. Namun, “teror” sebagai terpidana pembunuhan akan selalu menguntit perjalanan hidupnya. Keluarga terdakwa lain kehilangan pencari nafkah dan selamanya dihubungkan dengan kasus sirkus ini, terlepas mereka tahu atau tidak tahu. Atau berusaha “menyelamatkan diri” tapi “gagal” karena status Sambo sebagai penguasa yang maha kuasa.
Belum tuntas kasus sirkus Sambo. Adalagi kasus yang tidak kalah “kejam” sekaligus sadis. Kasus ini ramai menjadi perbincangan (sekaligus buat perut melilit, dan selera makan raib) kasus penganiayaan terhadap David, anak Jonathan Latumahina yang juga pengurus GP Ansor. Mario Dandy Satriyo, anak Rafael Alun Trisambodo pejabat di kantor Pajak Jakarta Selatan, menjadi tersangka dalam kasus penganiayaan tersebut.
Sementara Agnes Gracia Haryono adalah pacar Mario Dandy Satriyo, dan dulunya disebut pernah menjadi kekasih David. Kasus pengeroyokan ini benar-benar dibuat “telanjang” oleh warganet yang bisa mendapatkan beragam akses-akses rahasia. Dari harta korban, juga beragam hal-hal pribadi yang bersifat privat. Warganet memang jawara jika mengulik ini-itu; detail melebihi seorang wartawan investigasi paling sakti.
Yang mengerikan, dan membuat mulut terus menerus mengeluarkan pastu, kutukan. Men Coblong pun bisa mengakses kehidupan sang ASN, koleksi beragam tas-tas mahal, beragam kendaraan yang buat terbelalak, juga rumah-rumah mewah dan banyak lagi, lengkap foto dan lokasinya.
Men Colong meringis melihat video bagaimana Santri sekaligus anak pengurus GP Ansor Pusat itu dianiaya oleh Mario Dandy Satriyo (MDS) hingga koma. Diketahui bahwa MDS, anak pejabat penting pajak.
Bukan kali ini saja kasus anak para petinggi semena-mena, masih ingat pemerkosaan Sum Kuning yang pernah mencoreng wajah penegakan hukum Indonesia sekitar tahun 70-an. Abainya Polri terhadap kejahatan seksual yang menimpa wanita penjual telur bernama Sumaridjen jadi muasalnya. Sum dipojokkan sebagai “maling teriak maling.” Ia juga dituduh simpatisan Partai Komunis Indonesia (PKI).
Publik sadar tuduhan keji itu hanya untuk menyelamatkan pemerkosa yang konon anak penggede di Yogyakarta. Kasus ini pun menguap dengan beragam cerita yang tidak tuntas. Dan kali ini terulang lagi. Kekerasan yang dilakukan anak petinggi negeri. Bedanya karena ada warganet, kasus ini pun “telanjang” di depan kita. Karena diawasi 24 jam, masyarakat pun bisa menyantap beragam foto-foto dan kehidupan pribadi sampai ke akar-akarnya.
Benarkah MDS suka pamer harta kekayaan orang tuanya? Dan apakah benar mantan kekasih Cristalino David Ozora jadi dalangnya? Sebagai ibu, Men Coblong menarik nafas, apa sesungguhnya yang salah dengan anak-anak itu? Melihat foto-foto mereka, terlihat manis. Lucu. Dan seperti anak-anak kita yang sedang tumbuh besar, dan belajar hidup.
Kasus yang dilakukan MDS terhadap Cristalino David Ozora memang berhasil menyita perhatian publik. Isu tentang dirinya, keluarganya seketika ramai dibahas di berbagai media sosial.
Kehidupan MDS anak pejabat Direktorat Jenderal Perpajakan Jakarta Selatan, Rafael Alun Trisambodo pun jadi dikuliti habis-habisan oleh warganet di media sosial usai dirinya membuat babak belur David. Kasus ini minggu-minggu ini berhasil menyita perhatian publik dan berimplikasi kemana-mana. Selain Mario Dandy Satriyo, polisi kembali menetapkan tersangka lain yakni Shane Lukas Rotua (19), dalam kasus penganiayaan terhadap D (17) pada Senin, 20 Februari 2023 lalu.
Ayahnya, Rafael Alun Trisambodo, seorang pejabat Direktorat Jenderal Pajak telah dicopot dari jabatannya oleh Menkeu Sri Mulyani. Rafael juga mengundurkan diri sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN). Kok mundur sih? Bertanggungjawab dulu lah. Teranyar ada temuan dari Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) yang disampaikan kepada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) soal transaksi mencurigakan oleh Rafael. Transaksi mencurigakan itu di antaranya, jumlah transaksi yang tidak sesuai profil dan menggunakan banyak nominee atau nama orang lain dalam transaksi tersebut. Men Coblong pun bisa bebas mengakses beragam harta ASN pajak ini. Yang membuat Men Coblong geram, ini bukan kasus baru. Bukan hal baru juga, tapi kok tindakan dan aksi dari para pejabat berwenang selalu lambat. Masak kudu menunggu episode Gayus berlanjut seperti sinetron.
Andaikata RUU tentang Perampasan Aset Tindak Pidana segera bisa beraksi. Mampu menyita seluruh aset koruptor, dan kudu wajib hukumnya koruptor dibuat miskin. Semiskin-miskinnya. Apa itu solusi? Karena korupsi masih “permainan” yang menarik dilakukan para pengempu kebijakan. Lihat saja akses harta Sambo.
Hukuman berat sekali pun dijamin tidak akan menyelesaikan persoalan. Men Coblong tahu persis, masih banyak yang berlagak “bangsawan-bangsawan” tidak tahu diri di beragam lingkungan sosial dan dunia kerja. Memang koruptor ini harus dimiskinkan! Tapi siapa yang berani ambil resiko? Urusan duit memang bikin melilit.
“Terus kalau begini terus solusinya apa?” tanya sahabat Men Coblong serius. Men Coblong terdiam. Bermimpi pun sudah malas, karena terbayang bagaimana para petugas pajak ini mahir menagih pajak, bahkan untuk buku-buku yang ditulis Men Coblong dengan susah payah. Apakah yang sesungguhnya telah selesai di negeri ini?
Denpasar, 25-02-2023