Sesetan pada tahun 2012 terlihat seperti desa yang sangat tradisional. Udara sejuk dan air yang masih bersih, juga segar. Pemukiman yang masih jarang-jarang membuat desa Sesetan sangat kondusif pada saat itu. Namun, tahun demi tahun berjalan pembangunan semakin masif dan tak tertata terjadi di Sesetan. Banyaknya pembangunan rumah, kos-kosan, swalayan, dan lain-lain tak terkendali membuat lingkungan tidak lagi asri, juga nyaman. Banyak permasalahan terjadi seperti kemacetan, masalah keamanan, dan masalah kepercayaan.
Sesetan merupakan desa penghubung untuk wilayah ekonomi. Hal ini yang membuat masyarakat, pebisnis, investor membangun perumahan, bisnis dan lain-lain di Desa Sesetan. Letak jalan yang sangat strategis dan dilalui oleh masyarakat banyak. Masyarakat banyak, ramai melalui Sesetan untuk menuju ke Badung, disamping itu jalan tol yang mengarah ke airport atau Nusa Dua juga bisa dilalui lewat sesetan. Hal inilah yang bisa dikatakan sebagai Sesetan desa penghubung wilayah ekonomi.
Dengan terjadinya hal tersebut menimbulkan masalah yang terjadi di Sesetan misalnya kemacetan, air bersih, dan keamanan. Tiga hal ini merupakan masalah serius yang terjadi di Sesetan karena padatnya pembangunan. Pembangunan saling berlomba, mengebor air bersih sampai-sampai air tanah berubah dengan air payau karena di Sesetan terdapat sebuah sungai. Lalu ramainya populasi penduduk dan pendataan tidak maksimal. Sering terjadi kasus pencurian di Sesetan.
Pentingnya sinergi desa dinas dan desa adat untuk mengatasi hal ini. Agar wilayah Sesetan tak makin menjadi zona padat penduduk yang tidak teratur dan kumuh. Diperlukan bargaining power pemerintah untuk membuat kebijakan yang ramah akan lingkungan seperti pembatasan pembangunan, memaksimalkan pendataan agar keamanan terjamin. Pembatasan diperlukan agar masyarakat tidak berebut lebih lama lagi terkait air bersih, agar tidak saling mengebor lebih dalam guna mendapatkan air bersih.