Teks dan Foto Anton Muhajir
Ingin melihat kursi berapa yang masih kosong sementara tak bisa ke gedung bioskop?
Movreak jawabannya. Dengan menggunakan aplikasi ini, penggila nonton film di bioskop bisa memeriksa kursi nomor berapa di bioskop yang masih kosong. Jadi, katakanlah, kita mau duduk di bagian pojok bersama pacar, maka kita tinggal cek melalui aplikasi tersebut apakah kursi paling enak untuk mojok itu masih kosong atau sudah terisi.
Aplikasi Movreak ini bisa diunduh gratis di internet. Dan, tentu saja, penggunaannya harus terhubung dengan internet. Aplikasi ini bisa diinstall di aneka produk teknologi informasi, seperti iPhone, iPad, Blackberry, Android, dan lain-lain.
Mengecek ketersediaan kursi (seat check) hanya salah satu kemampuan Movreak. Aplikasi ini juga bisa digunakan untuk melihat daftar nama bioskop di berbagai kota, seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Denpasar, dan seterusnya. Lewat aplikasi ini, penggila film juga bisa melihat jadwal film beserta jadwal tayangnya.
Andri Yadi, pengembang aplikasi ini mempresentasikan karyanya tersebut di acara bulanan Startup Bali (SuBali) Sabtu kemarin di Denpasar. Dia juga mendemonstrasikan aplikasi ini di depan sekitar 30 peserta SuBali meetUp.
Selain Andri Yadi, pengembang startup lain yang presentasi pada acara di Danes Art Veranda tersebut adalah Deddy Andaka, penemu aplikasi penyingkat kro.co, Denny Widhana penemu personaflag.com, Leo Ferdinand penemu Infokost.Net Media Group, dan Sumartok penemu presentonomics.com.
Startup, secara sederhana bisa diartikan sebagai usaha kecil produk kreatif berbasis digital. Kira-kira mirip Unit Kecil Menengah (UKM) tetapi produknya digital atau online. Pelakunya bisa disebut startuper atau developer.
Perkembangan startup di Indonesia termasuk cepat. Berdasarkan informasi dari startuplokal, hampir 300 startup baru lahir tiap bulannya. Tentu saja hanya beberapa kecil yang berhasil dan berkembang. Ibarat bibit atau bayi baru lahir, hanya sedikit yang berhasil berkembang menjadi perusahaan dan benar-benar mendapat revenue.
Koprol adalah contoh sukses startup yang berhasil setelah diakuisisi oleh Yahoo. Contoh startup di Bali adalah TokoBagus.com, portal belanja, yang kini hijrah ke Jakarta. Ada juga kemana.com (shopping portal) dan kro.co (tautan penyingkat), personaflag.com yang salah satu co-founder-nya berasal dari Bali, yaitu Denny Widhana.
Di Bali, para pelaku startup ini bergabung dalam SuBali yang berdiri sejak 8 September 2010 lalu. Pertemuan di Popo Danes dua hari lalu merupakan pertemuan kedua. SuBali MeetUp merupakan kegiatan diskusi dan presentasi bulanan yang digagas oleh SuBali. Di kota-kota lain sudah ada komunitas startup, misalnya Startup lokal di Jakarta, Fowab di Bandung, Bancakan di Yogyakarta, dan Suwec di Surabaya.
Adi Setiawan, penggagas SuBali mengatakan, kegiatan ini selain untuk bertukar pengetahuan dan pengalaman juga untuk mencari partner kerja sama, melempar ide startup, dan mencari angel investor. Bentuk acaranya berupa presentasi dengan waktu tertentu dilanjutkan dengan diskusi. “Ke depannya kami akan mengundang pembicara untuk topik yang berbeda setiap pertemuan, mulai dari sisi marketing, business model, keuangan, sampai dengan hal teknis pengembangan website atau aplikasi,” kata Adi.
SuBali MeetUp terbuka untuk siapa. “Kami tidak membatasi jumlah peserta yang mau ikut, tergantung ketersediaan venue dan dana dari sponsor,” tambahnya.
Namun, pada pertemuan kemarin, sebagian besar peserta adalah pengembang (developer). “Semoga pada kegiatan mendatang bisa hadir peserta dari berbagai latar belakang, seperti investor, entrepreneurs, developer, hacker ataupun mahasiswa,” ujar Adi.
Melalui komunitas dan pertemuan rutin ini, para penggiat startup Bali berharap ke depannya Bali akan menjadi salah satu pusat pengembang di dunia. ”Tujuan besarnya tentu saja untuk membuat Bali seperti Silicon Valey di Amerika Serikat. Seperti mimpi, sih. Tapi, semua kan diawali dari kecil, yaitu menghidupkan industri startup khusus-nya di Bali,” kata Adi optimis. [b]