Prangko tidaklah semata berguna untuk mengirim surat.
Tanda pembayaran biaya pos ini juga menjadi jejak sejarah dan peristiwa, termasuk gerakan Bali Tolak Reklamasi Teluk Benoa. Mari menikmatinya dalam ajang Bali Philately Exhibition (Baliphex) 2016 di Kantor Pos Denpasar di Jalan Raya Puputan Renon.
Penggemar prangko dan penikmat sejarah Minggu ini ada even menarik buat penikmat prangko dan penggemar sejarah di Bali. Baliphex 2016, pameran prangko dan benda pos, akan berlangsung 22-26 November di Kantor Pos Denpasar di Renon.
Pameran kali ini menampilkan sejumlah besar prangko, surat dan kartu pos bersejarah yang terkait tentang Bali dari periode sebelum kemerdekaan hingga ke masa kini. “Prangko dan benda pos sejatinya adalah sumber informasi yang sangat kaya. Dengan mengamati prangko dan benda pos dari sebuah kurun waktu tertentu, kita bisa mengetahui tentang banyak hal, mulai dari kecenderungan desain visual masa itu hingga alam pikir masyarakatnya, hal-hal apa yang menurut mereka penting ataupun tidak,” papar Ketua Komunitas Filateli Kreatif Indonesia (KoFKI) Bali-Nusa Tenggara, Ayu Daninda. Salah satu sampul surat yang dipamerkan adalah korespondensi pada tahun 1937 dari sebuah perusahaan di Denpasar dengan percetakan di Surabaya. Menunjukkan pada masa itu masih lazim penggunaan secara bersama-sama aksara Cina dan aksara Latin pada surat menyurat.
Sementara prangko-prangko bertema Bali yang diterbitkan pada era 1960-an hingga 1980-an menunjukkan betapa kuat upaya pemerintah untuk mencitrakan pulau ini sebagai kawasan pariwisata yang eksotik, damai dan berkebudayaan unik.
Baliphex 2016 merupakan kerja bersama antara Pos Indonesia, pengurus daerah Perkumpulan Filatelis Indonesia (PFI) serta KoFKI. “Ini adalah pameran tahun ke delapan dan kami berharap Baliphex 2016 akan memperkenalkan filateli kepada audience yang lebih besar,” ujar Ketua Panitia Baliphex 2016, GN Surya Hadinata.
Baliphex 2016 juga dirayakan dengan peluncuran prangko edisi khusus dan sampul peringatan. Istimewanya, artwork yang digunakan pada prangko dan sampul peringatan tersebut diciptakan oleh Alit Ambara, perupa asal Bali yang terkenal karena desain-desainya kental dengan warna pergerakan sosial.
Sejumlah desain Alit telah menjadi ikon visual bagi gerakan-gerakan perlawanan akar rumput terhadap kerakusan kekuasaan maupun ketidakadilan ekonomi di Indonesia, termasuk pada gerakan masif Bali Tolak Reklamasi (BTR). “Prangko dan sampul peringatan ini dicetak terbatas, hanya 500 set, dan akan diluncurkan secara resmi pada pembukaan Baliphex 2016,” kata Ayu Daninda.
Pembukaan akan berlangsung Selasa (22/11) pukul 09.00 Wita di Kantor Pos Renon dan terbuka untuk umum. “Rencananya Alit Ambara juga akan hadir sehingga ada kesempatan untuk meminta tandatangannya pada sampul peringatan tersebut,” tambahnya.
Alit juga akan tampil pada talkshow Imaji Bali bersama peneliti lontar Sugi Lanus dan Kepala Kantor Pos Renon, Lily Selanno, pada Sabtu (26/11) petang. Alit akan bicara tentang makna dan pemaknaan desain visual pada prangko-prangko bertemakan Bali. “Saya ingin membahas tentang sewala patra (surat), tradisi surat menyurat di masyarakat Bali serta bagaimana kehadiran tradisi ini mengubah cara pandang kita tentang relasi antar-manusia,” ujar Sugi Lanus.
Lily Selanno sendiri akan memperkenalkan PRISMA, sebuah layanan Pos Indonesia yang memungkinkan siapapun untuk mencetak prangko edisi khusus menggunakan desain original karya mereka masing-masing. Layanan ini sudah bisa digunakan selama berlangsungnya Baliphex 2016. [b]