Mereka memadukan keresahan petani dengan keinginan konsumen.
Tiap pelanggan melakukan indent atau menyetorkan uang 10 persen pembelian dahulu ke kelompok petani Subak Ganggangan, di Desa Pagi, Tabanan.
Pengembang konsep pemasaran unik ini adalah Tabanan Lovers (Talov), komunitas warga Tabanan pengguna Facebook. Komunitas ini mencoba mendorong pertanian organik dan menjawab keresahan petani Bali hingga kini yakni pemasaran beras langsung ke konsumen. Talov melanjutkan kampanye dengan membantu pemasaran beras petani langsung ke konsumen.
Kampanye publik ini sudah dan masih dilakukan melalui kegiatan UmaWali, perayaan alam dengan kesenian dan pendidikan. Warga diajak mengunjungi pertanian yang selaras alam dan mengenalkan anak-anak setempat tentang potensi alamnya.
“Respon para petani sangat antusias dengan kegiatan ini. Petani mulai bangga menjadi petani karena hasil mereka sudah dihargai sewajarnya,” kata Made Joni yang akrab dipanggil Dek Enjoy.
Menurut petani di Desa Pagi yang juga anggota Tabanan Lover ini, pada awalnya ada petani yang ragu karena mereka terlalu sering dapat janji-janji dari berbagai pihak tetapi tidak terlaksana.
Dek Enjoy sudah melakukan pola tanam organik ini sekitar 3 tahun. Meskipun lahan yang dia kelola sekitar 30 are tidak luput dari serangan hama tikus namun hasil yang dia sekitar 1,8 ton. “Masih lumayan. Jika tidak diserang tikus hasilnya lebih dari 2,5 ton,” tutur pria tengah baya ini.
Tetapi yang paling mempengaruhi kesadaran petani adalah faktor biaya produksi.
“Dengan pola tanam organik hampir nol rupiah dikeluarkan untuk biaya pupuk dan obat. Walau hasil padi sama antara organik dan anorganik, setelah diselip hasil berasnya berbeda,” tambahnya lagi.
Gabah anorganik kering giling umumnya menghasilkan maksimal 60 kg beras per 100 kg gabah kering giling. Sementara yang organik mampu menghasilkan hampir 80 kg beras per 100 kg gabah kering giling.
Namun, meski panen belum maksimal, Dek Enjoy mengaku senang karena sekarang dia bisa memasarkan secara indent melalui internet.
Para pelanggan beras indent yang terdaftar disebut Sahabat Umawali. Mereka memberikan deposit di awal sebesar 10 persen dari total paket yang disepakati. Deposit dibayar di awal musim tanam. Tujuannya untuk menjalin ikatan pertemanan anatar petani dan calon pembelinya. Sehingga diharapkan ada gairah dan semangat lebih bagi petani mengolah lahannya.
“Program ini juga memberikan keleluasaan bagi calon pembeli yaitu sahabat Umawali untuk mengontrol sewaktu-waktu padi yang akan mereka beli. Dengan demikian diharapkan jalinan yang kian erat antara petani dan konsumennya,” jelas Dek Enjoy.
Dengan jalinan yang erat, kedua pihak akan diyakini muncul ikatan emosional antara produsen dan konsumen beras. “Petani tidak lagi merasa sebagai profesi rendahan, dan konsumen menyadari ketergantungan mereka akan pangan,” kata Dek Enjoy.
Dengan jalinan yang erat, kedua pihak akan diyakini muncul ikatan emosional antara pemroduksi beras dan pengkonsumsi beras. “Petani tidak lagi merasa sebagai profesi rendahan, dan konsumen menyadari ketergantungan mereka akan pangan,” tambahnya.
Kesadaran ini diharap mampu memperbaiki sudut pandang masyarakat umum terhadap sistem Subak di Bali. “Karena Subak bukan hanya urusan produksi beras, tetapi subak adalah tempat hidup. Karena banyak filosofi hidup dan kehidupan ditanam di Subak. Utamanya adalah menjaga keseimbangan antara manusia dengan manusia, manusia dengan alam dan manusia dengan sang pencipta,” jelas Dek Enjoy.
Sejak Juni lalu banyak pihak merespon ajakan Talov ini. Apalagi mereka tak hanya menawarkan produk beras tapi juga memberikan catatan asal muasal beras. Para calon pembeli pun langsung memesannya.
“Support this effort to food security,” seru Asana Viebeke, salah seorang pembeli atau yang disebut Sahabat Umawali ini.
Kemudian, lewat website Umawali.org, para pendukung petani organik ini menyebar formulir pemesanan dan data pelanggan. Hingga saat ini sudah lebih 50 orang terdaftar dan membayar pesanannya.
Sistem penjualan adalah dengan sistem deposit ke Kelompok Umawali, terdiri dari beberapa orang petani yang sudah sepakat menanam padi Bali dan Pandan Wangi dengan pola tanam organik dan semi organik.
Program beras indent baru diluncurkan musim panen lalu, sejak Juni hingga panen-panen berikutnya. “Ide andil Sabahat Uma Wali ini berangkat dari kebutuhan meningkatkan kualitas bahan pangan dan kehidupan petani kita sambil menjaga alam,” sebut Agung Putradhyana, yang akrab dipangging Agung Kayon, salah satu pengelola program ini.
Dalam website dijelaskan, ada dua paket yang dijual. Paket ANDIL Padi Bali Rp 1,5 juta. Paket ANDIL Pandan Wangi Rp 1 juta. Satu paket setara dengan 100 Kg beras. Pembayaran dilakukan 10 persen di awal dan tiap orang boleh mengambil lebih dari 1 Paket.
Down Payment itu akan diarahkan oleh Badan Pengelola ke petani. Sebagai informasi balik, pembayar ANDIL akan mendapatkan Kartu ANDIL yang telah dilengkapi informasi petani yang menjadi sahabat/dampingannya.
Dana tersebut akan digunakan untuk talangan biaya olah tanah dan bahan organic yang belum sepenuhnya bisa diproduksi sendiri. Menurut Gung Kayon, biaya olah lahan ini cukup tinggi.
Pelunasan 90 persen dilakukan oleh pembeli sebelum panen. Jadi petani mendapat bayaran terlebih dahulu untuk panen dan pengolahan menjadi beras. Badan Pengelola akan menghubungi untuk mengonfirmasi.
Kayon mencontohkan, petani dengan garapan 30 are saja biaya rata-rata dari pembibitan hingga panen, berkisar antara Rp 65 – 75 ribu per are. Ini tergantung dari apakah mereka mengerjakan sendiri atau mengupahkan. Jika olah tanah dengan mengupahkan menggunakan sapi atau kerbau, ongkosnya hampir 2 kali ongkos traktor. Idealnya ada 2 sapi untuk melayani 1 hektar.
Jadi biaya talangan olah tanah dan bahan untuk 30 are, sekitar Rp 750 ribu. Ini sama dengan 10 persen dari 5 orang calon pelanggan yang membeli satu paket.
Selain dijual, petani yang memiliki lahan 30 are juga harus menyimpan hasil panen sekitar 8 are untuk konsumsi sendiri dan 7 are stok beras di kelompok. Inilah yang menjadi penyangga dan juga bibit. “Jineng akan me-jeneng (sesuai fungsinya), karena akan berisi padi lagi,” sebut Kayon. [b]