Akhir pekan lebih menyenangkan dengan belajar tentang jurnalisme warga.
Kelas Menulis (Kamis) Jurnalisme Warga kembali diadakan. Kali ini di Jerman alias Jeruk Mancingan, Desa Penglumbaran, Kecamatan Susut, Bangli.
Dusun ini dapat dijangkau dari Denpasar dengan kendaraan bermotor. Waktu tempuh sekitar 1,5 jam. Kelas ini terlaksana atas kerja sama Sloka Institute dan I’m An Angel dengan Sanggar Siap Selem dibawah asuhan Dwitra J. Ariana, seorang pembuat film asal Jeruk Mancingan.
Belasan pemuda desa sudah berkumpul Sabtu, 20 September 2014 di Sanggar Siap Selem. Mereka datang bukan tanpa tujuan. Belajar menulis ala jurnalisme warga dan bisa menjadi pewarta warga.
I Ketut Edi Putra misalnya, Guru Penjaskes asal Desa Songan, Bangli ini bahkan rela tidak mengajar hari itu. “Bolos mengajar untuk belajar,” ungkap pria yang biasa disapa Adji ini.
Tak salah Adji berpendapat begitu. Selama dua hari di akhir pekan ini, peserta mendapatkan materi dasar-dasar jurnalistik, menulis ala jurnalisme warga dan membuat blog.
Semua peserta nampak antusias. Mereka mulai menuliskan apa yang menjadi ide-ide mereka setelah mendapat pemaparan materi jurnalisme warga Peserta pun membuat tulisan ala jurnalisme warga.
Angga Arditaloka, pemuda asal Demulih menuliskan tentang kegelisahannya atas rusaknya jalan di Dusun Jeruk Mancingan yang belum ditangani oleh pemerintah.
Jalanan menuju dusun ini memang tidak cukup layak sebagai jalan desa. Bagian jalan yang diaspal hanya beberapa meter menuju dusun. Selebihnya hingga ke tengah-tengah dusun, jalan semakin parah. Bahkan jalan pintas dari dusun menuju Jalan Raya Tampaksiring-Kintamani yang melintang di barat dusun kondisinya memprihatinkan. Jalan hanya berupa jalan tanah dengan kontur berbukit dan hanya bisa dilewati satu mobil.
Hal serupa juga diungkapkan oleh Sri Ayu Maharini. Gadis kelas 3 SMA ini menuliskan bahwa di pedesaan masih banyak jalan berbahaya untuk dilewati. Tempat belajar kami di Dusun Jeruk Mancingan ini misalnya.
“Jalanannya berbatu dan sulit dilewati, pernah sampai jatuh pas naik motor,” ujar anggota Sanggar Siap Selem ini.
Semuanya menjadi satu dalam pelatihan ini. Menjadi satu melalui tema tulisan yang diangkat para peserta. Walaupun mereka tidak hanya berasal dari Jeruk Mancingan. Peserta menuliskan apa yang menjadi potensi maupun permasalahan di Kabupaten Bangli.
Putu Ardana menuliskan tentang Penelokan, Dulu dan Sekarang. Pria 34 tahun ini menggambarkan objek wisata Penelokan dengan keindahan pemandangan Gunung Batur. Siapa yang tidak tahu Gunung Batur, berhenti di Penelokan saja kita dapat menikmati keindahan gunung setinggi 1.717 mdpl ini seperti melihat lukisan alam secara nyata.
Namun nyatanya, pemandangan lain yang terlihat di Penelokan kini adalah sampah berserakan dan bau busuk yang menyengat hidung.
Kelas Menulis Jurnalisme Warga terasa semakin menggugah warga untuk bisa menulis dan membagi informasi yang terjadi di sekitarnya. “Kami tunggu kelasnya di Kaldera Gunung Batur,” tulis Pande Putu Setiawan, penggagas Komunitas Anak Alam. [b]