• Beranda
  • Pemasangan Iklan
  • Kontak
  • Bagi Beritamu!
  • Tentang Kami
Friday, July 11, 2025
  • Login
BaleBengong.id
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip
No Result
View All Result
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip
No Result
View All Result
BaleBengong
No Result
View All Result
Home Gaya Hidup Kuliner

Melumat “Genghis Khan” di Yamato

Luh De Suriyani by Luh De Suriyani
27 April 2008
in Kuliner, Travel
0 0
4

Oleh Luh De Suriyani

Dua orang teman merekomendasikan Yamato, rumah makan Jepang di Sanur ini pada saya dan suami. Saya bilang belum pernah ke resto Jepang dan makan pakai sumpit. Ini akan menjadi pengalaman pertama.

Setelah janjian dengan pemilik Yamato, melucurlah Legenda kami ke Bypass Sanur. Saya bertanggung jawab ngecek jalanan bagian kanan. Suami saya ngecek bagian kiri jalan. Ternyata Yamato setelah perempatan pantai Sanur, sekitar 400 meter, kanan jalan dari arah utara.

Ada lampion kuning dipasang seperti penjor. Celingak-celinguk mencari pintu masuknya yang ternyata ada di dalam bengkel Mercedez. Rumah makan plus tempat tinggal pemiliknya ini memang berdampingan dengan bengkel itu. Jadi pintu masuknya jadi satu.

Sampai depan pintu ada tulisan open at lunch time 11.30-14.00 and dinner. Bukanya cuma pas makan siang dan makan malam. Oya, pas buka pintu sempat bingung. Ditarik daun pintunya kok susah? Eh, ternyata pintunya digeser.

Di dalam rumah makan ini sudah ada dua empat pria dengan wajah Japanesse. Pemilik resto terlihat menemani tamunya. Pemandangan yang langka. Kalau restoran Indonesia kan rata-rata bosnya cuma duduk manis di belakang meja. Tapi ini tidak. Bos restonya ikut menuangkan minum untuk tamu dan ngobrol.

Tiga makanan Jepang dipilihkan untuk kami. Sushi Seafood Roll Rp 37.000, Genghis Khan BBQ Rp 100.000 (untuk berdua), dan Zhangi Rp 34.000. Semua makanan dihidangkan sekaligus, tidak bertahap seperti misalnya appetizer dulu, lalu main course, dan dessert.

“Ini pengalaman pertama saya makan masakan Jepang. Apakah ada hal khusus yang harus diperhatikan?” tanya saya pada Sachiko Sakoda. Perempuan ramah ini menjawab tidak ada.

“Oya, saya juga belum pernah pakai sumpit. Tolong bawakan saya sendok garpu kalau-kalau saya kesulitan berat pakai sumpit,” pinta saya pada pelayan, yang menjawabnya dengan senyuman. Saya takut, sumpit saya tidak berhasil meraup makanan. Jadi, harus ada senjata cadangan, sendok garpu tadi.

Saya sudah tak tahan menyantap potongan sushi yang menawan sekali penyajiannya. Saya berhasil menyepitnya dengan sumpit. Takut jatuh, sushi itu saya makan hampir tandas. Tinggal serpihan nori, kulit pembungkus nasi sushi-nya.

Hmm, mengejutkan sekali. Nasinya pulen, seperti rasa ketan. Di dalamnya ada beragam potongan seafood seperti cumi, belut, bagian perut tuna, dan alpukat. Saya pikir sulit untuk makan seafood mentah. Eh, ternyata no problemo. Menurut saya, untuk sepiring besar sushi isian komplit begini, harga sushi ini di Yamato cukup murah. Wah, kalau nori gampang nyarinya, saya juga mau bikin sushi di rumah. Enyak..enyak..

Tapi karena kami liputan untuk majalah kuliner, kami semua tidak perlu bayar. gratis. ?

Hidangan kedua yang saat itu masih digodok pelayan adalah Genghis Khan BBQ. Wow, namanya saja sudah bikin merinding. Sajian ini terdiri dari daging domba yang diiris tipis-tipis  lalu dipanggang di atas perangkat yang telah disiapkan. Minyaknya menggunakan saus saja. Karena tipis, daging ini dalam waktu singkat sudah matang.

Sayur-sayurannya juga menggoda. Potongan terong, bombay, labu, jamur, taoge, paprika, dan kol dipanggang juga bersama daging dombanya. Bau gurihnya langsung menyambar hidung.

Pelayan memberikan kami semangkok yang sudah siap santap. Fresh sekali. Daging dan sayurannya masih juicy, ditambah bumbunya yang minimalis itu memberikan citarasa asli bahan-bahan racikannya.

Menurut Sachiko, Genghis Khan adalah masakan yang cukup populer di Jepang.

“Kenapa namanya Genghis Khan? Bukannya itu kaisar China. Adakah kaitannya dengan hubungan Jepang dan China?” Empunya resto diam sejenak, dan mengatakan itu pertanyaan yang sulit dijawab. Dia tahunya nama itu sudah generik untuk makanan ini.

Nah menu terakhir Zhangi. Ayam dibungkus tepung tipis dan sangat crispy. Setelah 30 menit berangin-angin, si ayam tepung ini masih crispy sekali. Yang lucu, di luarnya crispy, daging ayamnya malah juicy, masih berair dagingnya. Why? Bagaimana masaknya tuh?

Menurut Sachiko, di Jepang, orang tidak terlalu suka daging ayam goreng yang garing, seperti olahan KFC itu. Lebih suka yang agak berair, jadi terlihat dagingnya lebih fresh dan baru.

Sungguh pengalaman menarik untuk saya. Benar kata jargon, makanan itu tak hanya untuk perut tapi untuk jiwa juga. Haha.. Kalau makanan enak, lalu dapat tambahan budaya baru, saya merasa lebih menghargai lebih banyak orang, koki asing yang meraciknya di dapur, atau orang beraneka bangsa di Yamato ini.

Soal tamu asing, menurut Sachiko memang tak hanya warga Jepang yang suka makan di Yamato. Cukup beralasan, karena saya lihat di daftar menunya ada banyak pilihan makanan Jepang yang telah dikombinasikan dengan gaya barat. Misalnya berbagai daging BBQ dan sup.

Selain makanan, Yamato memotivasi saya untuk lebih giat belajar pakai sumpit. Di masa depan, sepertinya akan sangat banyak makanan kaki lima di Indonesia yang memaksa kita pakai sumpit. Bahasa Mandarin dan Jepang sudah banyak yang mahir. Nah, sekarang giliran buka warung makanan China dan Jepang pakai gerobak dan tenda. Kalau ndak bisa nyumpit, pasti pedagangnya sewot.

Liputan Mendalam BaleBengong.ID
Luh De Suriyani

Luh De Suriyani

Ibu dua anak lelaki, tinggal di pinggiran Denpasar Utara. Anak dagang soto karangasem ini alumni Pers Mahasiswa Akademika dan Fakultas Ekonomi Universitas Udayana. Pernah jadi pemimpin redaksi media advokasi HIV/AIDS dan narkoba Kulkul. Menulis lepas untuk Mongabay.

Related Posts

BYURR! Kekacauan Baru di Skena Hardcore Bali

BYURR! Kekacauan Baru di Skena Hardcore Bali

10 July 2025
Diskusi dan Konser Hari HAM “Semakin Dibungkam Semakin Melawan”

Konser Bukan Cuma Menyanyi dan Bergembira, namun Juga Masalah Kenyamanan dan Keamanan

9 July 2025
Bandara Baru di Bali Utara: Gajah Putih dalam Bayang Pembangunan yang Salah Arah

Bandara Baru di Bali Utara: Gajah Putih dalam Bayang Pembangunan yang Salah Arah

9 July 2025
TAKSU Reuse di AJW 2025: Solusi Cerdas Kurangi Sampah Plastik Sekali Pakai

TAKSU Reuse di AJW 2025: Solusi Cerdas Kurangi Sampah Plastik Sekali Pakai

8 July 2025
Pariwisata Bergeliat, Konflik Tanah pun Menguat

Tren Pariwisata di Kawasan Rawan Bencana

8 July 2025
Pasar Badung Berwajah Mewah, Tukang Suun Kian Lelah, Perlindungan Susah

Pasar Badung’s Fancy Facade, Tukang Suun Plod, Protection is Flawed

8 July 2025
Next Post

Mengapa Gendo Membakar Gambar SBY

Comments 4

  1. alit karnajaya says:
    17 years ago

    Laper jadinya nok…

    Kanggoang disini makan nasi pecel aja..

    Udah murah, cuma 3rb rupiah perut meledak. 😀

    Reply
  2. made eka says:
    17 years ago

    hahahhahahaha kirain tentang sejarahnya Genghis Khan, ternyata cuman tempat makan….

    Reply
  3. Aprilia Gayatri says:
    17 years ago

    huuummm yummy yummy…

    saya tergila2 dengan Sushi!!!

    untunglah di Bali juga ada Sushi Tei di.. kalau nggak salah Sunset Road, Kuta

    tapi kalau keuangan lagi tipis, saya beli Sushi yang ada di Carefour..hiks hiks..

    Reply
  4. Ruthie says:
    16 years ago

    Hai lam kenal.
    Kerja di majalah kuliner yaa?
    Nama majalahnya apa?
    Bs tolong email ke aku ga artikelnya ato link majalahnya, soalny aku lagi mengumpulkan artikel2 ttg makanan jepang dan mknan Asia lainnya.

    Thx b4

    Reply

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Temukan Kami

Kelas Literasi BaleBengong
Melali Melali Melali
Seberapa Aman Perilaku Digitalmu? Seberapa Aman Perilaku Digitalmu? Seberapa Aman Perilaku Digitalmu?

Kabar Terbaru

BYURR! Kekacauan Baru di Skena Hardcore Bali

BYURR! Kekacauan Baru di Skena Hardcore Bali

10 July 2025
Diskusi dan Konser Hari HAM “Semakin Dibungkam Semakin Melawan”

Konser Bukan Cuma Menyanyi dan Bergembira, namun Juga Masalah Kenyamanan dan Keamanan

9 July 2025
Bandara Baru di Bali Utara: Gajah Putih dalam Bayang Pembangunan yang Salah Arah

Bandara Baru di Bali Utara: Gajah Putih dalam Bayang Pembangunan yang Salah Arah

9 July 2025
TAKSU Reuse di AJW 2025: Solusi Cerdas Kurangi Sampah Plastik Sekali Pakai

TAKSU Reuse di AJW 2025: Solusi Cerdas Kurangi Sampah Plastik Sekali Pakai

8 July 2025
BaleBengong

© 2024 BaleBengong Media Warga Berbagi Cerita. Web hosted by BOC Indonesia

Informasi Tambahan

  • Iklan
  • Peringatan
  • Kontributor
  • Bagi Beritamu!
  • Tanya Jawab
  • Panduan Logo

Temukan Kami

Welcome Back!

Sign In with Facebook
OR

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip

© 2024 BaleBengong Media Warga Berbagi Cerita. Web hosted by BOC Indonesia