Titik pusat kota juga tempat berkumpulnya warga tanpa sekat.
Pada 20 September 1906, ribuan rakyat Kerajaan Badung bersama pemimpinnya melawan pasukan Belanda hingga titik darah penghabisan. Perang besar meskipun berakhir dengan kekalahan ini dalam bahasa Bali disebut puputan, yang dalam makna lain juga berarti akhir dari sesuatu atau selesai.
Tempat puputan tersebut kini diberi nama Lapangan Puputan Badung I Gusti Ngurah Made Agung diambil dari nama raja yang memimpin perang besar pada saat itu. Namun, bagi sebagian besar warga, lokasi ini dikenal dengan nama Lapangan Puputan Badung. Sebagai penanda tersebut, di sisi utara lapangan terdapat patung tiga orang membawa tombak dan keris, melambangkan rakyat Badung yang saat itu melawan Belanda.
Mungkin tak banyak yang tahu pula bahwa tempat ini adalah sekaligus titik nol kilometer ibukota Provinsi Bali sejak 23 Juni 1960 tersebut. Ada sebuah tapal, patok dari semen, dengan tulisan DPS 0 di depan rumah jabatan Gubernur Bali di Jalan Surapati, Denpasar.
Sebagai titik nol kilometer Denpasar, di tempat ini pula sering diadakan beraneka kegiatan. Misalnya, sebagai pusat berkumpulnya aneka ogoh-ogoh saat pengerupukan di Denpasar. Atau sebagai lokasi pawai pembukaan Pesta Kesenian Bali (PKB) tiap tahun.
Di sekitar nol kilometer ini pula terdapat beberapa tempat penting bagi Denpasar, Bali, dan sekitarnya. Misalnya pura terbesar di Denpasar Pura Jagatnatha, markas Kodam IX/Udayana, kantor Wali Kota Denpasar, hingga rumah jabatan Gubernur Bali. Terdapat pula Museum Bali di sisi timur lapangan ini.
Bagi warga umumnya, lapangan Puputan Badung adalah tempat untuk berkumpul, terutama pada akhir pekan atau hari libur. Ribuan warga memenuhi lapangan seluas sekitar dua kali luas lapangan sepak bola ini. Hampir tiap akhir pekan, ada pertunjukan tari pula di sisi selatan lapangan ini.
Tiap pagi dan sore, ratusan warga akan joging mengelilingi lapangan. Ada yang bersama pasangan, ada pula yang bersama keluarga. Sementara itu, di tengah lapangan, anak-anak dan orang dewasa bermain sepak bola dalam beberapa kelompok.
Minggu lalu, saya pun tumben olahraga pagi di sini. Padahal biasanya saya olahraga di Taman Kota Denpasar di kawasan Lumintang. Bagi saya sih lumayan juga olahraga di sini meskipun tetap lebih bagus yang di Lumintang.
Kelebihan tempat ini dibandingkan di Lumintang adalah karena banyaknya tempat bermain. Sejak tahun lalu, terdapat pula taman bermain bagi anak-anak. Aneka mainan tersebut, seperti jungkat jungkit, ayunan, prosotan, dan lain-lain. Semuanya gratis.
Karena itu, titik nol kilometer Denpasar memang bisa jadi tempat aktivitas apa saja: wisata, olahraga, bermain dengan keluarga, atau sekadar cuci mata. [b]