Minggu pagi itu Gunung Batur berbeda dari biasanya.
Di posko sunrise view terdapat beberapa bendera merah putih yang berkibar gagah sekali. Di antara tiga puluhan wisatawan, warga Batur yang memakai pakaian adat Bali terlihat sibuk. Mereka akan memulai upacara melaspas di puncak Gunung Batur.
Matahari pagi sudah meninggi. Sejenak kemudian makin banyak warga naik. Mereka bergotong royong membawa sesuatu yang cukup berat. Selain melaspas, ternyata warga hendak membuat prasasti Geopark Gunung Batur. Mereka bahu-membahu mengangkat Prasasti berukuran 2,5 x 2 meter tersebut, dibantu tentara dan polisi.
Tepat pada ketinggian 1.717 meter dpl, prasasti tersebut diletakkan, di bibir kawah kaldera Gunung Batur. Peletakan batu pertama dan peresmiannya oleh Bupati Bangli, Dandim 1626 Bangli, Kapolres Bangli dan Penglingsir Pura Ulundanu Batur, disaksikan oleh puluhan warga Batur.
Pembuatan Prasasti tersebut untuk memperingati Hari Sumpah Pemuda dan memperingati 1 tahun penetapan Gunung Batur sebagai Global Geopark Network oleh UNESCO. Penetapan dilakukan saat Konferensi Geopark Eropa yang ke-11 di Geopark Auroca, Portugal, pada 20 September 2012 lalu.
Bupati Bangli Made Gianyar menjelaskan bahwa di Bali ada konsep Tri Hita Karana, di tingkat dunia juga ada konsep geopark. Oleh karena itu, dia berharap peletakan prasasti ini nantinya bisa membangun kesadaran bersama pada diri masyarakat. “Sekaligus sebagai bentuk sosialisasi sehingga masyarakat makin tahu bagaimana mendukung spirit-spirit konsep geopark dengan baik,” katanya.
Dalam prasasti tersbut tertulis sejarah letusan Gunung Batur sepanjang masa. Tercatat, letusan dahsyat pernah terjadi 29.300 tahun lalu. Pada waktu itu ketinggian Gunung Batur mencapai 3.000-4.000 meter dpl. Letusan itu menimbulkan kaldera seluas 13,8 x 10 kilometer yang akhirnya jadi salah satu yang terindah di dunia. Pada 1804-2000 Gunung Batur meletus sebanyak 26 kali.
Namun letusan paling dahsyat justru tercatat pada 1926. Kemudian pada 20 September 2012.
Gunung Batur diakui sebagai taman Bumi Nasional dengan dukungan dari Unesco. Selain tulisan tersebut juga tertulis pula ajakan melestarikan dalam keselarasan dan waspada sampah plastik yang tidak hancur ratusan tahun.
Setelah peletakan prasasti Geopark, kemudian dilanjutkan upacara melaspas. [b]