Rayakan Perbedaan. Demikian slogan salah satu media massa di Indonesia.
Idealnya di Indonesia memang terkandung dalam dua huruf tersebut. Perbedaan di Indonesia sangat banyak dan perlu untuk dirayakan. Tetapi perayaan tersebut haruslah dalam batas yang wajar dan sesuai norma serta hukum sebab Indonesia memiliki batasan itu juga, konstitusi dan hukum.
Indonesia saat ini memang sangat merayakan perbedaan namun sangat liar. Kemudahan teknologi dan konsep “citizen journalism” memudahkan penulisan serta penyebaran ide tanpa banyak filter. Juga kebebasan berpendapat dijamin oleh UUD 1945. Masyarakat dengan bhinneka latar belakang membuat banyak ide. Hal ini seharusnya tidak menjadi perdebatan. Yang menjadi perdebatan adalah tentang ragam ide tersebut apakah mendukung Indonesia yang tunggal, seperti sumpah para pemuda 1928, yang baru saja kita peringati. Dan media massa harus menjadi wasit dalam ragam ide tersebut.
Namun dalam kondisi saat ini, kenetralan media massa juga mulai diragukan. Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran, dalam suatu kesempatan mengatakan bahwa tidak ada satu pun media massa yang netral di mana pun. Menurut beliau, dulu media massa memang dianggap bisa obyektif. Namun kehadiran media massa berbasis jurnalisme warga seperti BaleBengong dan jejaringnya bisa menjadi alternatif wasit. Keberpihakan media massa idealnya ditujukan kepada warga dan Indonesia.
Ide masyarakat beragam seharusnya menjadi ajang uji dan saling mempertajam ide untuk memajukan Indonesia. Ibarat lukisan, warna-warna yang digunakan saling memperindah gambar dasarnya. Lukisan dihidupkan dan diperkaya oleh warna-warni goresan cat yang terkecil sekalipun. Gambar dasar inilah Indonesia dan hidup karena keberagaman. Dan media menjadi wasit yang menimbang dan menyebarkan ide dengan kemampuan yang dimiliki sebagai wadah yang tahu uji tulisan serta ide yang berimbang.
Keaktifan masyarakat dalam mengabarkan ide-ide beragam tidak lagi susah dalam perkembangan teknologi sekarang. Namun dibutuhkan kearifan dalam menimbang kepatutan ide tersebut. Ibarat mata pedang, keterbukaan teknologi sekarang juga memungkinan masyarakat menyebarkan hoax maupun ide yang bisa merusak harmonis masyarakat maupun Indonesia. Peran media massa khususnya yang berbasis warga memiliki pengaruh yang cukup signifikan dalam membangun opini masyarakat.
Media massa harus diarahkan membawa kenetralan dan memelihara kebhinnekaan ide masyarakat. Setiap ide diuji apakah mendukung serta memperkuat Indonesia atau malah mengganggu proses yang sudah dibangun sejak lama. Media massa harus menjadi wasit dalam setiap perdebatan ide yang bergulir dari masyarakat. Media tidak bisa hanya sekedar menulis dan menyebarkan ide yang laris saja, namun tetap memiliki daya kritis. Media tidak saja harus mencari pembaca sebanyak-banyak namun harus tetap bisa mengedukasi pembaca dengan tulisan yang benar dan netral.
Media massa memiliki peran yang penting dalam mendukung konsep demokrasi di Indonesia dan keberagaman memiliki peranan penting bagi kehidupan demokrasi di Indonesia. Media yang netral akan menjadi bagian masyarakat untuk menyampaikan pendapat serta menjadi media edukasi mengenai kebangsaan dan kebaragaman. Seperti pendapat Marshall McLuhan, seorang sosiolog asal Kanada yang mengatakan ”media is the extension of men”. Media massa menjadi citra masyarakat.
Media massa menjadi alat untuk merayakan perbedaan serta menjadi wasit dalam perayaan tersebut. Media massa menjadi unsur yang tetap melihat kebhinnekaan dalam mendukung ke-ika-an Indonesia, khususnya dalam masa makin banyaknya berita hoax. Media massa harus menjadi unsur yang memegang teguh semangat bhinneka tunggal ika.
Jika kita lihat kembali peristiwa Sumpah Pemuda 1928, pemuda merayakan perbedaan mereka tetapi terbingkai dalam satu semangat. Komposisi peserta kongres dari Jong Java, Jong Batak, Jong, Celebes, Jong Sumatranen Bond, Jong Islamieten Bond, Jong Ambon, dsb sangat merepresentasikan keberagaman di Indonesia. Tetapi kita tahu hasil sumpah mereka, yaitu bersumpah untuk satu tanah air, bangsa dan bahasa. Bhinneka tidak menjadi sebuah hambatan untuk merealisasikan sebuah ide tunggal tentang Indonesia.
Presiden Jokowi dalam masa kebebasan ide ini menjadi teladan yang baik dalam merayakan perbedaan. Mulai dari pidato kemenangan beliau di atas kapal Phinisi sampai acara kenegaraan peringatan kemerdekaan Republik Indonesia tahun 2017 yang menggunakan baju daerah yang sangat indah.
Ide keberagaman ini sebisanya mewarnai setiap ide dari masyarakat namun tidak lepas dari koridor kebangsaan. Menulis Indonesia berarti menuliskan keberagamannya, sebab cerita tentang Indonesia tidak bisa dilepas dari kata keberagaman. [b]